Demam Berdarah Dengue Pengendalian Vektor

6

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

A. Demam Berdarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut Adimidjaja, 2007. Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses arboviruses dengan diameter 30 nm yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Keempat tipe virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia Adimidjdja, 2007; Djunaedi, 2006. Penyakit DBD ditemukan nyaris di seluruh belahan dunia terutama di negara tropik dan subtropik baik secara endemik maupun epidemik dan menjangkit manusia pada waktu musim penghujan tiba. Di Asia Tenggara termasuk Indonesia, epidemik DBD merupakan masalah abadi dan penyebab morbiditas dan mortilitas pada anak- anak Djunaedi, 2006. Peluang penyebaran penyakit DBD ke depan nampaknya masih terus meningkat sehubungan dengan adanya kendala pemberantasan vektor Aedes aegypti dan Aedes albopictus dan tingkat mobilitas manusia yang semakin tinggi Djunaedi, 2006. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 Satu-satunya cara pemberantasan DBD yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan memberantas nyamuk penularnya, guna memutuskan rantai penularan karena vaksin untuk mencegah DBD masih dalam taraf penelitian dan obat yang efektif terhadap virus DBD belum ditemukan Sungkar, 2005.

B. Nyamuk Aedes aegypti

1. Pengantar

Nyamuk Aedes aegypti merupakan serangga dengan ukuran tubuh kecil ± 5 mm dan memiliki garis-garis hitam putih pada kaki dan punggungnya. Nyamuk Aedes aegypti yang memiliki virus dengue dalam tubuhnya dapat menyebabkan infeksi pada manusia lewat gigitannya Anonim, 2004a.

2. Klasifikasi nyamuk Aedes aegypti

Menurut Gandahusada, Ilahude dan Pribadi 1998, nyamuk Ae. aegypti dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Filum : Arthropoda Kelas : HexapodaInsekta Anak kelas : Pterygota Bangsa : Diptera Anak bangsa : Nematocera Suku : Culicidae Anak suku : Culicinae Marga : Aedes PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 Jenis : Ae. aegypti

3. Morfologi nyamuk Aedes aegypti

a. Telur Telur Ae. aegypti berwarna hitam seperti sarang tawon, diletakkan satu demi satu di permukaan atau sedikit di bawah permukaan air dalam jarak ± 2,5 cm dari dinding tempat perindukan. Telur dapat bertahan sampai berbulan-bulan pada suhu - 2 ºC sampai 40 ºC. Namun, bila kelembabannya terlalu rendah, maka telur akan menetas dalam waktu 4 hari Soedarmo, 1988. Gambar 1 . Telur nyamuk Ae. aegypti Anonim, 2006c b. Larva Larva Ae. aegypti terdiri atas kepala, toraks, dan abdomen. Pada ujung abdomen terdapat segmen anal dan sifon. Larva instar IV mempunyai tanda khas yaitu pelana yang terbuka pada segmen anal, sepasang bulu pada sifon, dan gigi sisir yang berduri lateral pada segmen abdomen ke-7. Larva Ae. aegypti bergerak sangat lincah dan sangat sensitif terhadap rangsang getaran dan cahaya. Bila ada rangsangan, larva segera menyelam selama beberapa detik kemudian muncul kembali ke permukaan air. Larva mengambil makanannya di dasar TPA sehingga disebut pemakan makanan di dasar bottom feeder. Pada saat larva PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 mengambil oksigen dari udara, larva menempatkan sifonnya di atas permukaan air sehingga abdomennya terlihat menggantung pada permukaan air Sungkar, 2005. Gambar 2 . Larva nyamuk Ae. aegypti Bowles and Swaby, 2006 c. Pupa Pupa terdiri atas sefalotoraks, abdomen dan kaki pengayuh. Sefalotoraks mempunyai sepasang corong pernapasan berbentuk segitiga. Pada bagian distal abdomen ditemukan sepasang kaki pengayuh yang lurus dan runcing. Jika terganggu, pupa akan bergerak cepat untuk menyelam selama beberapa detik kemudian muncul kembali ke permukaan air Sungkar, 2005. Gambar 3 . Pupa nyamuk Ae. aegypti Anonim, 2002a d. Nyamuk dewasa Bagian tubuh nyamuk dewasa terdiri atas kepala, toraks dan abdomen Sungkar, 2005. Ae. aegypti dewasa berukuran kecil dengan warna dasar hitam. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 Probosis bersisik hitam, palpi hitam dengan ujung hitam bersisik putih perak. Oksiput bersisik lebar, berwarna putih terletak memanjang. Femur bersisik putih pada permukaan posterior dan setengah basal, anterior dan tengah bersisik putih memanjang. Tibia betis semuanya hitam. Tarsi belakang berlingkaran putih pada segmen basal kesatu sampai keempat dan segmen kelima berwarna putih. Sayap berukuran 2,5 – 3 mm bersisik hitam Soedarmo, 1988. Gambar nyamuk dewasa Ae. aegypti dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 . Nyamuk Ae. aegypti Bowles and Swaby, 2006 Pada stadium ini, morfologi nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus dapat dibedakan. Perbedaan thoraks antara Aedes aegypti dan Aedes albopictus dapat dilihat pada gambar di bawah ini. A B Gambar 5 . Perbedaan toraks nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus Leisnham, 1999. A. Nyamuk Aedes aegypti; B. Nyamuk Aedes albopictus PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 Toraks Aedes aegypti memiliki gambaran bulan sabit yang dibentuk oleh sisik-sisik putih keperakan, sedangkan toraks Aedes albopictus terdapat satu garis longitudinal yang dibentuk oleh sisik-sisik putih keperakan.

4. Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti

Gambar 6 . Siklus hidup nyamuk Ae. aegypti Anonim, 2002a; Anonim, 2006c; Bowles and Swaby, 2006. 1. telur; 2. larva; 3. pupa; 4. dewasa. Nyamuk Ae. aegypti mengalami metamorfosis sempurna: telur – larva – pupa – dewasa. Stadium telur, larva, dan pupa hidup di dalam air sedangkan stadium dewasa hidup di udara Gandahusada et.al, 1998. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 Nyamuk betina dewasa akan meletakkan telurnya pada dinding tempat air, telur akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 hari, selanjutnya larva akan berubah menjadi pupa dalam waktu 5-15 hari. Stadium pupa biasanya berlangsung 2 hari. Perkembangan dari telur sampai dewasa dalam suasana optimum memerlukan waktu sekurang-kurangnya 9 hari Sungkar, 2005. Siklus hidup nyamuk Ae. aegypti dapat dilihat pada Gambar 6 di atas.

5. Habitat hidup nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Ae. aegypti merupakan spesies nyamuk yang hidup dan ditemukan di negara-negara yang terletak antara 35° Lintang Selatan pada temperatur udara paling rendah sekitar 10°C. Pada musim panas, spesies ini kadang-kadang ditemukan di daerah yang terletak sampai sekitar 45° Lintang Selatan. Selain itu ketahanan hidup spesies ini juga tergantung pada ketinggian daerah yang bersangkutan dari permukaan laut Djunaedi, 2006. Nyamuk Ae. aegypti mampu terbang sejauh 2 kilometer, walaupun umumnya jarak terbangnya adalah pendek yaitu kurang lebih 40 meter Gandahusada, et.al, 1998. Ae. aegypti bersifat antropofilik senang sekali kepada manusia dan hanya nyamuk betina yang menggigit. Nyamuk ini mempunyai kebiasaan menggigit berulang multiple biters, yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena nyamuk Ae. aegypti sangat sensitif dan mudah terganggu. Keadaan ini sangat membantu Ae. aegypti dalam memindahkan virus dengue ke beberapa orang sekaligus sehingga dilaporkan adanya beberapa penderita demam dengue atau DBD di satu rumah. Nyamuk jantan tertarik juga pada manusia bila melakukan perkawinan Soedarmo, 1988. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13

6. Kebiasaan menggigit nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Ae. aegypti aktif menghisap darah pada siang hari dengan 2 puncak aktivitas, yaitu pada pukul 8.00-12.00 dan 15.00-17.00. setelah menghisap darah, Ae. aegypti hinggap beristirahat di dalam rumah atau kadang-kadang di luar rumah, berdekatan dengan tempat berkembangbiaknya. Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab. Pada tempat tersebut nyamuk menunggu proses pematangan telurnya. Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakkan telurnya di dinding tempat berkembangbiaknya, sedikit di atas permukaan air Sungkar, 2005.

C. Pengendalian Vektor

Pengendalian vektor DBD dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu pengelolaan lingkungan, perlindungan diri, pengendalian biologis, dan pengendalian dengan bahan kimiawi Anonim, 2004b. 1. Pengendalian lingkungan Pengelolaan lingkungan meliputi berbagai perubahan yang menyangkut upaya pencegahan atau mengurangi perkembangbiakan vektor sehingga dapat mengurangi kontak antara vektor dengan manusia. Metode ini dilakukan antara lain dengan cara mengeringkan genangan air, menimbun wadah-wadah yang dapat menampung air dan perbaikan desain rumah untuk mengurangi kesempatan masuknya nyamuk, misalnya dengan memasang kawat nyamuk di jalan angin atau jendela rumah Anonim, 2004b. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 2. Perlindungan diri Tindakan perlindungan diri telah dilakukan secara luas dalam upaya untuk perlindungan terhadap penyakit. Tindakan dapat dilakukan dengan pengendalian diri, seperti menggunakan obat nyamuk baik semprot, bakar maupun memakai obat oles anti nyamuk, penggunaan kelambu saat tidur dan pemasangan kawat kasa atau kawat nyamuk Anonim, 1999. 3. Pengendalian biologis Pengendalian ini dilakukan dengan tujuan untuk menurunkan populasi serangga secara alami tanpa mengganggu ekologi. Termasuk dalam pengendalian serangga secara biologik adalah menggunakan predator binatang pemangsa serangga, misalnya dengan memelihara ikan untuk memberantas larva nyamuk, menyebarkan parasit penyebab penyakit pada serangga Soedarto, 1989. 4. Pengendalian dengan bahan kimia Pengendalian ini menggunakan bahan kimia yang berkhasiat membunuh serangga insektisida atau hanya menghalau serangga saja Repellant. Contoh cara ini adalah menaburkan bubuk Abate R pada tempat-tempat penampungan air untuk membunuh larva nyamuk, penggunaan insektisida bentuk spray untuk membunuh nyamuk dewasa Gandahusada, et al., 1998. Selama kurun waktu 40 tahun, bahan kimia telah digunakan secara luas untuk pengendalian vektor nyamuk dan serangga lain dalam kepentingan kesehatan masyarakat. Hasilnya, Ae. aegypti dari berbagai negara terbukti resisten terhadap insektisida yang umumnya digunakan. Sebelum proses kontrolisasi dimulai dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 dilanjutkan dengan proses pemantauan tingkat resistensi secara periodik, alangkah baiknya apabila ada proses pencarian data tentang status resistensi suatu daerah terhadap insektisida terlebih dahulu Anonim, 2007.

D. Insektisida