34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini akan dilakukan di laboratorium dimana penelitian ini membuat benda uji degan diameter 10 cm atau 4 inchi dan tinggi 7,5 cm atau 3 inchi,
yang memerlukan material sebanyak ± 1000 gram untuk agregat kasar, dan ± 500 gram untuk agregat halus. Benda uji tersebut menggunakan agregat kasar berupa
batu pecah, agregat halus berupa pasir besi dan aspal.
3.2. Persentase Aspal
Pada perencanaan ini bertujuan mencari kadar aspal. Pada perencanaan ini prosedur yang dilakukan sesuai dengan perencanaan mix design atau pembuatan dan
benda uji aspal beton. Persentase aspal yang digunakan 4,5 dari jumlah berat agregat halus.
3.3.
Pemeriksaan Karakteristik Bahan Campuran
Pada campuran aspal beton dipengaruhi oleh mutu bahan penyusun campuran. Untuk mengetahui mutu dari bahan perlu dilakukan analisa karakteristik
bahan. Analisa bahan untuk agregat kasar maupun agregat halus meliputi analisa saringan agregat, berat jenis agregat, keausan agregat dengan mesin Los Angeles,
sedangkan untuk analisa bahan aspal meliputi analisa titik lembek aspal dan titik bakar aspal.
35
3.3.1. Agregat Kasar dan Agregat Halus
Pengujian laboratorium untuk agregat kasar yang digunakan dalam campuran aspal adalah :
a. Gradasi
b. Analisa berat jenis dan penyerapan agregat kasar
c. Analisa berat jenis dan penyerapan agregat halus.
3.3.2. Pengujian Bahan Bitumen
Pengujian laboratorium terhadap bahan bitumen meliputi : a.
Uji penetrasi b.
Uji daktilitas c.
Uji titik lembek d.
Uji titik nyala dan titik bakar
3.4.
Uji Campuran Bitumen
Benda uji yang telah didapat diuji stabilitas, kelelehan, keawetan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh air. Pengujian benda uji menggunakan metode
Marshall untuk stabilitas dan kelelehannya, sedangkan untuk keawetannya menggunakan Marshall Rendaman.
3.5. Uji Marshall
Prinsip dasar metode Marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan flow, serta analisa kepadatan dan pori dari campuran padat yang terbentuk. Dalam
hal ini benda uji beton aspal padat dibentuk dari gradasi agregat campuran yang telah
36 didapat dari hasil uji gredasi, sesuai spesifikasi campuran. Pengujian Marshall untuk
mendapatkan stabilitas dan kelelehan flow mengikuti prosedur SNI 06 – 2489 – 1991 atau AASHTO T245 – 90. Dari hasil gambar hubungan antara kadar aspal dan
parameter Marshall, maka akan diketahui kadar aspal optimumnya.
3.6. Identifikasi Benda Uji
Benda uji akan dibuat pada penelitian ini dengan campuran pasir besi sebagai campuran aspal beton. Sehingga perlu identifikasi benda uji untuk membedakan
campuran kadar pasir besi dengan presentase 0, 25, 50, 75, 100.
Tabel 3.1 Identifikasi Benda Uji
Presentase Nama
Benda Uji
Jumlah Benda
Uji I A
1 II A
1 III A
1 25
I B 1
II B 1
III B 1
50 I C
1 II C
1 III C
1 75
I D 1
II D 1
III D 1
100 I E
1 II E
1 III E
1 Jumlah
15 Sumber : Perkiraan Jumlah Benda Uji
37
Selesai
Pembuatan Benda Uji Prosentase Pasir Besi 0. 25, 50, 75, 100
• Pemeriksaan agregat
• Pemeriksaan bitumen Aspal
Mulai
Pemeriksaan Berat Jenis Benda Uji
Kesimpulan Persiapan alat dan bahan
Hasil
3.7. Flow Chart
Sesuai syarat bahan uji YA
TIDAK
Gambar 3.1 Diagram Alur penelitian
Uji Marshall
Benda uji direndam selama 24 jam
Benda uji direndam dengan suhu 60°C
selama 2 jam
38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengujian Benda Uji
Pada penelitian ini pengujian material dilakukan dengan acuan Standart Nasional Indonesia SNI 03-1737-1989 tentang Pelaksanaan Lapis Campuran
Beraspal Panas.
4.2. Analisa Saringan Agregat
Pemeriksaan ini dimaksud untuk menentukan pembagian butir gradasi agregat kasar dan halus dengan menngunakan saringan yang dapat dilihat pada
gambar 4.1
Gambar 4.1 Foto Analisa Saringan