38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengujian Benda Uji
Pada  penelitian  ini  pengujian  material  dilakukan  dengan  acuan  Standart Nasional  Indonesia  SNI  03-1737-1989  tentang  Pelaksanaan  Lapis  Campuran
Beraspal Panas.
4.2. Analisa Saringan Agregat
Pemeriksaan  ini  dimaksud  untuk  menentukan  pembagian  butir  gradasi agregat  kasar  dan  halus  dengan  menngunakan  saringan  yang  dapat  dilihat  pada
gambar 4.1
Gambar 4.1 Foto Analisa Saringan
39
4.2.1. Agregat Kasar
Jenis Material : Agregat Kasar Batu pecah 10 mm
Berat Contoh : 1000 gram
Dari  hasil  analisa  saringan  pada  agregat  kasar  batu  pecah  10  mm  dapat dibuat tabel dengan hasil tabel 4.1 sebagai berikut :
Tabel 4.1 Tes Analisa Saringan Agregat Kasar Batu Pecah 10 mm
Ukuran Saringan
inch Berat
Saringan gram
Berat Jumlah
Tertahan gram
Berat Tertahan
gram Prosentase
Jumlah Prosentase
Lolos
1 598.75
598.75 100
34 555.25
555.25 100
12 559.7
1341.74 782.04
78.204 21.796
14 523.19
739.77 216.58
21.658 0.138
No. 4 411.2
411.2 0.138
No. 8 415.7
415.7 0.138
No. 30 411.16
411.16 0.138
No. 50 390.7
390.7 0.138
No. 100 385.75
385.81 0.06
0.006 0.132
No. 200 372.02
372.11 0.09
0.009 0.123
PAN 433.86
435.09 1.23
0.123
Sumber : Hasil Pengujian Keterangan :
Berat kerikil tertahan = berat saringan tertahan – berat saringan = 1341,74 – 559,7 = 782,04
Prosentase jumlah =
Σ
100
=
,
100 = 78,204
Prosentase lolos = Prosentase lolos - Prosentase jumlah = 100 – 78,204 = 21,796
Dari tabel 4.1 hasil prosentase lolos dapat digambarkan pada gambar grafik 4.2
40 Gambar 4.2 Grafik Analisa Saringan Agregat Kasar 10 mm
4.2.2. Agregat Kasar
Jenis Material = Agregat Kasar Batu Pecah 20 mm
Berat Contoh = 1000 gram
Hasil  analisa  ayakan  pada  agregat  kasar  batu  pecah  20  mm  dilihat  pada tabel 4.2 dibawah ini.
Tabel 4.2 Analisa Saringan Agregat Kasar Batu Pecah 20 mm
Ukuran Saringan
inch Berat
Saringan gram
Berat Jumlah
Tertahan gram
Berat Tertahan
gram Prosentase
Jumlah Prosentase
Lolos
1 598.75
633.09 34.34
3.434 100
34 555.25
1328.33 773.08
77.308 96.566
12 559.7
751.35 191.65
19.165 19.258
14 523.19
523.2 0.01
0.001 0.093
No. 4 411.2
411.2 0.092
No. 8 415.7
415.7 0.092
No. 30 411.16
411.16 0.092
No. 50 390.7
390.7 0.092
No. 100 385.75
385.76 0.01
0.001 0.091
No. 200 372.02
372.86 0.84
0.084 0.007
PAN 433.86
433.93 0.07
0.007
Sumber : Hasil Pengujian.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1 34
12 14
No. 4 No. 8 No. 30 No. 50
No. 100
No. 200
L o
lo s
No. Saringan
Lolos
41 `Dari tabel 4.2 hasil prosentase lolos dapat digambarkan pada gambar grafik
4.3 sebagai berikut :
Gambar 4.3 Grafik Analisa Saringan Agregat Kasar 20 mm
4.2.3 Agregat halus
Jenis Material : Agregat Halus pasir
Berat Contoh : 500 gram
Hasil analisa saringan agregat halus pasir dapat dilihat pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Analisa Saringan Agregat Halus pasir
Ukuran Saringan
inch Berat
Saringan gram
Berat Jumlah
Tertahan gram
Berat Pasir Tertahan
gram Presentase
Jumlah Presentase
Lolos
1 598.75
598.75 100
34 555.25
555.25 100
12 559.7
559.7 100
14 523.19
525.54 2.35
0.47 99.53
No. 4 411.2
414.15 2.95
0.59 98.94
No. 8 415.7
417.18 1.48
0.296 98.644
No. 30 411.16
540.8 129.64
25.928 72.716
No. 50 390.7
686.13 295.43
59.086 13.63
No. 100 385.75
437.16 51.41
10.282 3.348
No. 200 372.02
387.06 15.04
3.008 0.34
PAN 433.86
435.56 1.7
0.34
Sumber : Hasil Pengujian
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1 34
12 14
No. 4 No. 8 No. 30 No. 50 No.
100 No.
200
L o
lo s
No. Saringan
Lolos
42 Dari tabel 4.3 hasil prosentase lolos dapat di gambarkan pada gambar grafik
4.4 sebagai berikut :
Gambar 4.4 Grafik Analisa Saringan pasir Dari gambar grafik 4.2 sampai tgrafik 4.4 dapat dikombinasikan dengan
gambar 4.5 dibawah ini :
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
1 34
12 14
No. 4 No. 8 No. 30 No. 50
No. 100
No. 200
L o
lo s
No. Saringan
Lolos
43 Gambar 4.5 Grafik Kombinasi Analisa Agregat
44
4.3. Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat
Agregat kasar yang digunakan pada penelitian ani adalah batu pecah dengan ukuran  10-20  mm,  sedangkan  agregat  halus  yang  digunakan  adalah  0-5  mm  dan
pasir.  Untuk  memperoleh  aspal  beton  yang  baik  maka  gradasi  agregat  harus memenuhi  spesifikasi  yang  telah  ditetapkan.  Pada  penelitian  ini  didapat  hasil
perbandingan  campuran  agregat  dengan  komposisi  ukuran  10-20  mm  sebesar  56,9 , sedangkan agregat halus sebesar 38,6 .
Setelah dilakukan pengujian gradasi agregat, selanjutnya dilakukan pengujian berat  jenis  agregat.  Dari  hasil  pengujian  terhadap  agregat  kasar  didapat  berat  jenis
Bulk  Specific  grafity  sebesar  2,27  grcm
3
,  berat  jenis  permukaan  jenuh  SSD Grafity  sebesar  2,52  grcm
3
,  berat  jenis  semu  Apparent  Spesific  Grafity  sebesar 3,04 grcm
3
, dan penyerapan Absorptoin sebesar 1,116. Untuk hasil pemeriksaan pada agregat halus didapat berat jenis Bulk Specific
grafity  sebesar  =  2,75  grcm
3
,  berat  jenis  permukaan  jenuh  SSD  Grafity  sebesar 2,76  grcm
3
,  berat  jenis  semu  Apparent  Spesific  Grafity  sebesar  2,27  grcm
3
,  dan penyerapan  Absorptoin  sebesar  0,26.  Dari  keseluruhan  pengujian  agregat  harus
memenuhi  syarat  sesuai  dengan  SNI  03-1737-1989.  Untuk  lebih  jelas  dapat  dilihat pada tabel 4.4 sebagi berikut :
45 Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Benda uji
Karakteristik Standart Pengujian
Persyaratan Hasil
Keterangan
Agregat Kasar Penyerapan air
SNI 03-1969-1990 maks. 3
1.12 Memenuhi
Berat Jenis SNI 03-1970-1990
min 2.5 grcm3 2.94 grcm3
Memenuhi Agregat Halus
Penyerapan air SNI 03-1969-1990
maks. 3 0.26
Memenuhi Berat Jenis
SNI 03-1970-1990 min 2.5 grcm3
2.75 grcm3 Memenuhi
Sumber : Hasil Pengujian. Dari tabel 4.4 diatas dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini :
a. Agregat Kasar
Tabel 4.5 Hasil pemeriksaan benda uji agregat kasar
Jenis Pengujian Percobaan gram
Berat Benda Uji Bk 1000
Berat Benda Uji Kering Permukaan Jenuh Bj 1111.6
Berat Benda Uji dalam air Ba 771.94
i. Berat Jenis Bulk Specific Grafity
= =
, .
= 2,94 grcm
3
ii. Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh Saturated Sufrace Dry
= =
, ,
,
= 2,26 grcm
3
iii. Berat Jenis Semu Apparent Spesific Grafity
= =
,
= 3,04 grcm
3
46 iv.
Penyerapan Absorbtion =
=
,
= 1,116 b.
Agregat Halus
Tabel 4.6 Hasil pemeriksaan benda uji agregat halus
Jenis Pengujian Percobaan gram
berat benda uji kering permukaan jenuh 500
berat piknometer + air B 1252.75
berat benda uji  + air + piknometer Bt 1571.74
berat benda uji kering oven Bk 498.67
i. Berat Jenis Bulk Specific Grafity
= =
, ,
,
= 2,75 grcm
3
i. Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh Saturated Sufrace Dry
= =
, ,
= 2,76 grcm
3
ii. Berat Jenis Semu Apparent Spesific Grafity
= =
, ,   ,
,
= 2,27 grcm
3
47 iii.
Penyerapan Absorbtion =
100
=
, ,
100
= 0,26 4.4.
Pemeriksaan Sifat Fisik Aspal 4.4.1.  Pemeriksaan Uji Penetrasi
Pemeriksaan  ini  dimaksud  untuk  menentukan  penetrasi  bitumen  keras  atau lembek.  Dengan  memasukkan  jarum  penetrasi  ukuran  tertentu,  beban,  dan  waktu
tertentu  kedalam  bitumen  pada  suhu  tertentu  pula.  Pada  pemeriksaan  uji  penetrasi dapat dilihat pada gambar 4.6
Gambar 4.6 Foto Uji Penetrasi
48 Dari hasil pemeriksaan uji penetrasi dapat dilihat pada tabel 4.7
Tabel 4.7 Hasil Uji Penetrasi
Percobaan pada 25°C 100 gram, 5 detik
Penetrasi
Percobaan 1
2 3
1 73
62 75
2 79
72 74
3 78
59 65
Rata-Rata 73
Sumber : Hasil Pengujian
4.4.2.  Pemeriksaan Uji Daktilitas
Maksud  pemeriksaan  ini  bertujuan  untuk  mengukur  jarak  terpanjang  yang dapat ditarik antara tiga cetakan yang berisi bitumen keras sebelum putus pada suhu
dan kecepatan tertentu. Pada pemeriksaan uji daktilitas dapat dilihat pada gambar 4.7
Gambar 4.7 Uji Foto Daktilitas
Hasil dari pemeriksaan uji daktilitas dapat dilihat pada tabel 4.8
49 Tabel 4.8 Hasil Uji Daktilitas
Pengamatan Benda Uji Pembacaan Pengukuran
Pada Alat cm Keterangan
1 150
Tidak Putus 2
150 Tidak Putus
3 150
Tidak Putus Rata – Rata
150 Sumber : Hasil Pengujian
4.4.3.  Pemeriksaan Uji Titik Lembek
Pemeriksaan  ini  dimaksudkan  untuk  menentukan  titik  lembel  aspal  dan  ter yang  berkisar  antara  30
C  sampai  200 C.  Yang  dimaksudkan  dengan  titik  lembek
adalah suhu pada saat bola baja dengan berat tertentu, mendesak turun suatu lapisan aspal  atau  ter  tertahan  dalam  cincin  berukuran  tertentu,sehingga  aspal  atau  ter
tersebut menyentuh pelat dasar yng terletak dibawah cincin pada tinggi tertentu yang dapat dilihat pada gambar 4.8
Gambar 4.8 Uji Titik Lembek
50 Hasil dari pemeriksaan uji titik lembek dapat dilihat pada tabel 4.9
Tabel 4.9 Hasil Uji Titik Lembek
No. Suhu
yang diambil
°C Waktu detik
Titik Lembek °C
Rata - Rata I
II I
II
1 5
60 60
53.5 2
10 120
120 3
15 180
180 4
20 240
240 5
25 300
300 6
30 360
360 7
35 420
420 8
40 480
480 9
45 540
540 10
50 600
600 52
11 55
660 660
55 12
60 720
720 Sumber : Hasil Pengujian
4.4.4.  Pemeriksaan Uji Titik Nyala
Pemeriksaan  ini  dimaksudkan  untuk  menentukan  titik  nyala  dan  titik  bakar dari  semua  jenis  minyak  bumi  kecuali  minyak  bakar  dan  bahan  lainnya  yang
mempunyai  titik  nyala  open  cup  kurang  dari  79 C.  Titik  nyala  adalah  suatu  suhu
pada saat terlihat nyala singkat pada suatu titik diatas permukaan  aspal. Titik bakar adalah  suatu  suhu  pada  saat  terlihat  nyala  sekurang-kurangnya  5  detik  pada  suatu
titik diatas permukaan aspal. Pada pemeriksaan ini dapat dilihat pada gambar 4.9
51 Gambar 4.9 Uji Titik Nyala
Hasil dari pemeriksaan uji titik nyala dapat dilihat pada tabel 4.10 Tabel 4.10 Pemeriksaan Titik Nyala
No
° C
Dibawah Waktu  Temperatur
Keterangan Titik
Nyala detik
° C
1 58
60 184
2 53
120 189
3 48
180 194
4 42
240 199
5 38
300 204
6 33
360 209
7 38
420 214
8 23
480 219
9 18
540 224
10 13
600 229
11 8
660 234
12 3
720 239
Sumber : Hasil Pengujian Titik nyala
terjadi pada suhu 226°C
52 Hasil  tersebut  telah  memenuhi  syarat  SNI  06-2433-1991.  Untuk  lebih  jelas
dapat dilihat pada tabel 4.11 sebagai berikut : Tabel 4.11 Hasil Pemeriksaan Sifat Fisik Aspal
Pengujian Standart
pengujian Syarat
Satuan Hasil
Keterangan Min.  Maks.
Uji Penetrasi 25°C, 5 detik  SNI 06-2456-1991 60
79 mm
73 mm Memenuhi
Uji Titik Lembek SNI 06-2434-1991
48 58
ºC 53,5 ºC
Memenuhi Uji Titik Nyala
SNI 06-2433-1991 200
- ºC
226 ºC Memenuhi
Uji Daktilitas SNI 06-2432-1991
100 -
Cm 150 cm
Memenuhi
Sumber : Hasil Pengujian.
4.5. Penentuan Kadar Aspal
Setelah  didapat  nilai  presentase  agregat  kasar  dan  halus  selanjutnya menentukan perkiraan kadar aspal. Dalam revisi SNI 03-1737-1989 dijelaskan untuk
menentukan perkiraan kadar aspal sebagai berikut : Tabel 4.12 Perhitungan Blending Agregat
Saringan No.
Lolos Agregat Kasar
Agregat Halus
Kombinasi Agregat Kasar
Agregat Halus
10 mm 20 mm
Pasir 10 mm
20 mm Pasir
100 22
39,4 38,6
1 100
100 100
22 39.4
38.6 100
34 100
96.566 100
22 38.047
38.6 98.647
12 21.796
19.258 100
4.795 7.588
38.6 50.983
14 0.138
0.093 99.53
0.030 0.037
38.419 38.486
No. 4 0.138
0.092 98.94
0.030 0.036
38.191 38.257
No. 8 0.138
0.092 98.644
0.030 0.036
38.077 38.143
No. 16 0.138
0.092 72.716
0.030 0.036
28.068 28.135
No. 50 0.138
0.092 13.63
0.030 0.036
5.261 5.328
No. 100 0.132
0.091 3.348
0.029 0.036
1.292 1.357
No. 200 0.123
0.007 0.34
0.027 0.003
0.131 0.161
PAN
Sumber : Hasil Perhitungan
53 CA = 100 - ∑ Total gradasi lolos saringan no. 8
= 100 - 0,03+0,036+38,077 = 100 - 38,143
= 61,857 FA = ∑ Total gradasi lolos saringan no. 8 - ∑ Total gradasi lolos saringan no. 200
= 38,143 - 0,161 = 37,982
FF = ∑ Total gradasi lolos saringan no. 200 = 0,161
Penentuan Perkiraan Kadar Aspal Pb = 0,035  CA + 0,045  FA + 0,18  FF + Konstanta
= 0,035  61,857 + 0,045  37,982 + 0,18  0,161 + 0,5 = 4,5
54
4.6. Hasil Pengujian Marshall Test
Pengujian  Marshall  ini  dilakukan  untuk  mengetahui  nilai  stabilitas  dan kelelehan  flow,  serta  kepadatan  dan  pori  pada  campuran  padat  yang  terbentuk.
Kadar aspal yang digunakan yaitu sebesar 4,5. Untuk kadar serat itu diperoleh dari prosentase  pasir  besi  0,  25,  50,  75,  100  diambil  dari  berat  agregat  halus.
Setelah  diketahui  kadar  aspal  optimumnya,  hasil  pengujian  tersebut  akan dibandingkan  dengan  spesifikasi  Marshall  dapat  dilihat  pada  tebel  4.13  sebagai
berikut :
55
Tabel 4.13 Marshall Test
No. Prosentase
Pasir besi Kadar
Aspal Berat gram
Isi Benda
Uji cc
Berat Isi
Benda Uji
Gmb grcc
BJ. Maks.
Teoritis Gmm
grcc Volume
Aspal Volume
Total Agg.
Volume Total
Void Rongga
dalam Campuran
Agg. Rongga
Terisi Aspal
Rongga Udara
Stabilitas kg Flow
mm Marshall
Quotient
kgmm Di Udara
SSD Dalam
Air VMA
VFA VIM
Diukur dari Marshall
Dibaca Disesuaikan
A B
C D
E F
G H
I J
K L
M N
O P
Q R
S I A
4.5 1446
1497.4 889.34
608.06 2.38
5.38 4.73
39.91 55.36
60.09 7.12
55.81 240
1944.00 1574.64
3.6 437.40
II A 1151
1167 694.95
472.05 2.44
5.38 4.61
40.92 54.46
59.08 7.43
54.69 149
1206.90 977.59
2.8 349.14
III A 1154
1187 697.97
489.03 2.36
5.38 4.77
39.61 55.63
60.39 7.03
56.15 135
1093.50 885.74
3.4 260.51
Rata - Rata 59.85
7.20 55.55