Penelitian Yang Sudah Dilakukan

29

2.10.5. Stabilitas

Marshall Stabilitas Marshall adalah beban maksimum yang dibutuhkan untuk hasil kegagalan tekan saat pengujian benda uji dengan menggunakan prosedur Marshall. Pada umumnya batas stabilitas Maeshall bagi lalu-lintas berat di Indonesia adalah 840 Kg untuk British Standart, dan 680 Kg atau 1500 lbs untuk AASHTO.

2.10.6. Hasil Bagi Marshall

Marshall Quotient Marshall Quotient sebagai karakteristik harga modulus daya tekan atau kekuatan. Nilai yang rendah dari Marshall Quotient berarti daya tekan akan lembek dan stabilitasnya kurang cukup dengan resiko yang mungkin retak pada permukaan dan pergerakan horizontal pada arah perjalanan.

2.11. Penelitian Yang Sudah Dilakukan

Banyak penelitian yang telah dilakukan berkaitan pada bahan campuran aspal beton dan dapat sebagai acuan untuk menyusun tugas akhir. a. Sumarni Hamid Aly Taufik Takdir 2011. Di dalam penelitian ini ditulis tentang “Penggunaan pasir besi sebagai agregat halus pada beton aspal lapisan aus”. Dimana untuk mencari KAO Kadar Aspal Optimum ketiga variasi campuran. Campuran Variasi 1 mempunyai nilai KAO tertinggi, yaitu 5,85 , diikuti berturut-turut oleh campuran- campuran Variasi 2 dan Variasi 3, dengan masing-masing mempunyai KAO sebesar 5,70 dan 5,45 . Nilai stabilitas campuran AC-WC yang 30 menggunakan agregat halus pasir besi mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya kadar aspal, pada rentang kadar aspal 4,5-6,5. Nilai stabilitas maksimum, sebesar 2.081,67 kg, terjadi pada kadar aspal 4,5. Penambahan pasir besi, sebagai bagian agregat halus, menyebabkan jumlah media gelincir semakin bertambah, karena permukaan pasir besi yang lebih licin menyebabkan daya lekat terhadap aspal menjadi lebih kecil. Akibatnya stabilitas campuran AC-WC mengalami penurunan, walaupun nilai-nilai stabilitas yang turun akibat penambahan jumlah pasir besi ini masih memenuhi spesifikasi campuran AC-WC, yaitu minimal 800 kg. Kelelehan flow campuran AC-WC yang menggunakan agregat halus pasir besi meningkat dengan meningkatnya kadar aspal. Campuran dengan agregat halus pasir besi mempunyai nilai kelelehan yang lebih tinggi dibandingkan dengan campuran yang menggunakan pasir sungai. kelelehan terbesar terjadi pada kadar aspal 6,5. Campuran dengan 100 pasir besi mempunyai kelelehan sebesar 4,35 mm, sedangkan campuran tanpa pasir besi dan campuran yang menggunakan 50 pasir besi, mempunyai kelelehan berturut- turut sebesar 4,32 mm dan 4,27 mm. Nilai Rongga Dalam Campuran VIM akan menurun dengan bertambahnya kadar aspal dan jumlah pasir besi dalam campuran, hal ini disebabkan karena pasir besi memiliki rongga yang lebih sedikit dibandingkan dengan pasir sungai. Kondisi ini diindikasikan oleh nilai absorbsi pasir besi lebih kecil dibandingkan nilai absorbsi abu batu dan pasir sungai, sehingga kurangnya pori dalam agregat menyebabkan aspal yang digunakan lebih banyak mengisi rongga di antara partikel agregat. Campuran yang menggunakan agregat halus pasir besi mempunyai nilai Rongga Antar 31 Agregat VMA yang tinggi, hal ini disebabkan karena pasir besi mempunyai sifat fisik yang lebih padat dan memiliki rongga dalam agregat lebih kecil sehingga absorsi terhadap aspal juga kecil. Jika terjadi penambahan aspal pada campuran yang menggunakan agregat halus pasir besi, aspal tersebut cenderung hanya akan mengisi rongga-rongga di antara partikel agregat sehingga rongga di antara agregat menjadi lebih kecil. Nilai Rongga Terisi Aspal VFB campuran yang menggunakan agregat halus pasir besi lebih tinggi daripada VFB campuran yang menggunakan agregat halus pasir sungai, Hal ini disebabkan karena rongga dalam agregat pasir besi lebih kecil sehingga nilai absorbsi aspalnya juga rendah. Tingginya nilai absorbsi pasir sungai menyebabkan banyak aswpal yang diserap, sehingga menurunkan nilai VFB. Secara keseluruan, untuk ketiga variasi campuran, bertambahnya kadar aspal pada campuran meningkatkan nilai VFB. Campuran AC-WC yang menggunakan pasir sungai memiliki nilai Marshall Quotient MQ yang paling tinggi, dengan nilai MQ maksimum, yaitu 654,31 kgmm, terjadi pada kadar aspal 6,0 . Sedangkan nilai MQ terendah adalah untuk campuran dengan agregat halus pasir besi, yang pada kadar aspal 6,5 sebesar 273,48 kgmm. b. Hadi Ali 2011 Dalam penelitian ini yang berjudul “Karakteristik campuran Asphall Concrete-Wearing Course AC-WC dengan penggunaan abu vulkanik dan abu batu sebagai filler”. Nilai kepadatan dan Stabilitas Marshall dengan abu vulkanik memiliki nilai lebih tinggi dari pada campuran dengan abu batu. Kepadatan terendah pada kadar aspal 4,5 sebesar 2,2946 grcm3 untuk 32 filler abu batu dan 2,3259 grcm3 untuk filler abu vulkanik, sedangkan kepadatan tertinggi terjadi pada kadar aspal 6 sebesar 2,366 grcm3 untuk abu batu dan 2,3718 grcm3 untuk abu vulkanik. Sedangkan nilai stabilitas tertingi terjadi pada kadar aspal 5,5 yaitu 1009,35 kg untuk filler abu batu dan 1025,301 kg untuk abu vulkanik. Pada seluruh kadar aspal, nilai flow campuran dengan abu batu lebih tinggi dari pada campuran dengan abu vulkanik. Nilai tertinggi pada abu batu sebesar 4,66667 mm, sedangkan abu vulkanik sebesar 4,26667 mm. Marshal Quottient untuk kedua jenis filler, nilai terendah terjadi pada kadar aspal tertinggi 6,5 yaitu sebesar 217,19407 kgmm untuk filler abu batu dan 239,5274 kgmm untuk filler abu vulkanik. Filler abu vulkanik memiliki nilai VFA lebih tinggi dari pada abu batu, namun nilai VMA lebih rendah. Sedangkan nilai Rongga udara dalam campuran VIM, filler abu batu lebih tinggi dari pada abu vulkanik atau filler abu batu daya serap terhadap aspal lebih tinggi dari pada abu vulkanik. Kadar Aspal Optimum KAO untuk filler abu batu lebih tinggi dari pada abu vulkanik yaitu 5,875 untuk filler abu batu dan 5,825 untuk abu vulkanik. c. Anas Tahir 2009 Dalam penetilian ini yang berjudul “Karakteristik campuran beton aspal AC- WC dengan menggunakan variasi kadar filler abu terbang batu bara”. Berdasarkan hasil pemeriksaan dan analisis karakteristik campuran aspal beton dengan menggunakan variasi kadar filler abu terbang batu bara menunjukan adanya peningkatan kinerja campuran beton aspal. Stabilitas campuran yang menggunakan filler abu terbang batu bara cenderung mengalami kenaikan sampai pada batas optimum kemudian mengalami 33 penurunan. Stabilitas tertinggi tercapai pada kadar aspal 6 dengan kadar filler optimum berkisar 6 - 7Fleksibilitas campuran dinyatakan daengan Marshall Quotient MQ, menunjukan bahwa nilainya cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya kadar filler abu terbang batu bara kedalam campuran beton aspal. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa campuran akan semakin kaku dengan nilai MQ yang cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya variasi kadar filler abu terbang batu bara kedalam campuran. Durabilitas campuran dinyatakan dengan nilai stabilitas sisa. Nilai durabilitas meningkat seiring meningkatnya kadar filler abu terbang batu bara yang digunakan berturut 4,5, 6, 7 dan 8 yaitu sebesar 91,433, 93,042. 95,216, 95,400, dan 95,703. Untuk rentang kadar filler 4 sampai 8, meningkatkan nilai durabilitas, yang mengidikasikan adanya ketahanan campuran terhadap pengaruh cuaca dan beban lalu lintas atau nilai keawetan yang cukup baik. Dari kelima variasi kadar filler abu terbang batu bara yang digunakan, kadar filler 6 menjadi kadar filler yang optimum atau ideal sebagai bahan pengisi dalam campuran beton aspal, dengan Kadar Aspal Optimum KAO sebesar 5,47 . 34

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini akan dilakukan di laboratorium dimana penelitian ini membuat benda uji degan diameter 10 cm atau 4 inchi dan tinggi 7,5 cm atau 3 inchi, yang memerlukan material sebanyak ± 1000 gram untuk agregat kasar, dan ± 500 gram untuk agregat halus. Benda uji tersebut menggunakan agregat kasar berupa batu pecah, agregat halus berupa pasir besi dan aspal.

3.2. Persentase Aspal

Pada perencanaan ini bertujuan mencari kadar aspal. Pada perencanaan ini prosedur yang dilakukan sesuai dengan perencanaan mix design atau pembuatan dan benda uji aspal beton. Persentase aspal yang digunakan 4,5 dari jumlah berat agregat halus. 3.3. Pemeriksaan Karakteristik Bahan Campuran Pada campuran aspal beton dipengaruhi oleh mutu bahan penyusun campuran. Untuk mengetahui mutu dari bahan perlu dilakukan analisa karakteristik bahan. Analisa bahan untuk agregat kasar maupun agregat halus meliputi analisa saringan agregat, berat jenis agregat, keausan agregat dengan mesin Los Angeles, sedangkan untuk analisa bahan aspal meliputi analisa titik lembek aspal dan titik bakar aspal.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH PASIR BESI SEBAGAI BAHAN CAMPURAN AGREGAT HALUS TERHADAP NILAI MARSHALL TEST PADA CAMPURAN LAPIS TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KLAS B

3 17 20

PENGARUH SUBSTITUSI AGREGAT HALUS DENGAN PASIR LAUT TERHADAP KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN SEMEN PCC

5 68 1

ANALISIS KUAT TEKAN DAN PERMEABILITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS CAMPURAN PASIR MERAH PURWODADI DAN Analisis Kuat Tekan Dan Permeabilitas Beton Dengan Agregat Halus Campuran Pasir Merah Purwodadi Dan Pasir Kaliworo Klaten.

4 17 14

ANALISIS KUAT TEKAN DAN PERMEABILITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS CAMPURAN PASIR MERAH PURWODADI Analisis Kuat Tekan Dan Permeabilitas Beton Dengan Agregat Halus Campuran Pasir Merah Purwodadi Dan Pasir Kaliworo Klaten.

0 2 20

PENDAHULUAN Analisis Kuat Tekan Dan Permeabilitas Beton Dengan Agregat Halus Campuran Pasir Merah Purwodadi Dan Pasir Kaliworo Klaten.

0 6 8

Analisis Kuat Tekan Beton yang Menggunakan Pasir Laut sebagai Agregat Halus pada Beberapa Quarry di Kabupaten Fakfak

0 1 7

Keywords— Spent Bleaching Earth; agregat halus; minyak sawit; Uji kuat Tekan

0 0 6

PEMANFAATAN PASIR VULKANIK GUNUNG KELUD SEBAGAI AGREGAT HALUS TERHADAP NILAI MARSHALL TEST PADA CAMPURAN LATASTON KELAS B

0 0 6

Karakteristik Marshall campuran asphalt AC WC Menggunakan tras Lompotoo sebagai filler

3 27 12

ANALISA UJI KUAT TEKAN AGREGAT HALUS PASIR BESI TULUNGAGUNG PADA CAMPURAN ASPAL DENGAN MENGGUNAKAN MARSHALL TEST TUGAS AKHIR - ANALISA UJI KUAT TEKAN AGREGAT HALUS PASIR BESI TULUNGAGUNG PADA CAMPURAN ASPAL DENGAN MENGGUNAKAN MARSHALL TEST

1 3 17