29
Pada Gambar 2.21, proses ini merupakan udara dipanaskan disertai penambahan uap air. Pada proses ini, terjadi peningkatan kelembaban spesifik,
entalpi, temperatur bola basah, dan temperatur bola kering. Proses ini menunjukkan suhu udara yang dihasilkan mesin penyejuk udara setelah melewati evaporator
sehingga temperatur udara menjadi naik. Selanjutnya udara kembali ke proses Titik A dimana kondisi udara sebelum memasuki evaporator. Selisih nilai specific
humidity titik A dengan titik C merupakan jumlah kandungan uap air di udara yang berhasil dinaikkan oleh proses heating and humidify ini.
2.2 Tinjuan pustaka
Effendy, M., 2005. Telah melakukan penelitian tentang
“Pengaruh kecepatan udara pendingin kondensor terhadap koefisien air conditioning
”. Bertujuan untuk mengungkap pengaruh peningkatan laju aliran massa udara di
kondensor terhadap koefisien prestasi sistem pendingin AC. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan mesin refrigerasi dengan pendingin
udara. Hasil penelitian menunjukkan semakin besar laju aliran udara untuk mendinginkan kondensor maka besarnya koefisien prestasi semakin meningkat.
Pada kecepatan udara pendingin di atas 2,98 ms pengaruh perubahan terhadap koefisien prestasi relatif kecil.
Helmi, R. 2010. telah melakukan penelitian tentang “Perbandingan COP
pada refrigerator dengan refrigeran CFC R12 dan HC R134a untuk panjang pipa kapiler yang b
erbeda”. Penelitian bertujuan untuk mengetahui mana yang lebih baik dan efisien dari kedua refrigeran CFC R12 ke HC R134a, serta manakah yang
menghasilkan suhu dingin dan COP tertinggi. Penelitian menggunakan tiga pipa kapiler dengan ukuran yang berbeda. Untuk pipa kapiler ukuran 2,25 m, dengan
refrigeran HC R134a, suhu di evaporator lebih dingin dan COPnya lebih besar dibandingkan refrigeran CFC R12. Tetapi pemakaian refrigeran CFC R12 lebih
banyak dibandingkan HC R134a. Suhu terendah yang dihasilkan jika mempergunakan refrigeran CFC R12 sebesar : -14 ºC, dengan pipa yang berukuran
panjang 1,75 m. Suhu terendah yang dihasilkan oleh refrigeran HC R134a sebesar : -16 ºC, dengan panjang 2,25m.
30
Syawalludin, S., 2013. telah melakukan penelitian tentang “Analisa
Pengaruh arus aliran udara masuk evaporator terhadap coefficient of performance ”
yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi kecepatan aliran udara pada evaporator terhadap unjuk kerja AC ruangan + 9000 Btujam. Penelitian ini
menggunakan metode eksperimental yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung untuk memperoleh data sebab akibat melalui eksperimen guna
mendapatkan data empiris. Hasil dari penelitian didapatkan kesimpulan bahwa kecepatan aliran udara sebelum masuk ke evaporator mempengaruhi unjuk kerja
air conditioning pendingin ruangan 1 HP yang dalam hal ini ditunjukkan oleh besarnya nilai coefficient of perfomance COP. Coefficient of perfomance COP
tertinggi yaitu 4,84 terjadi pada kecepatan aliran udara sebesar 154,524 ms. Sedangkan COP terkecil terjadi pada kecepatan aliran udara 84,699 ms yaitu
sebesar 3,18. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI