Analisis Kontrastif Kata Keterangan Bahasa Indonesia Dan Fukushi Bahasa Jepang Ditinjau Dari Sintaksis Tougoron Kara Miru Nihon Go No Fukushi To Indonesia Go No Kata Keterangan To No Hikaku

(1)

ANALISIS KONTRASTIF KATA KETERANGAN BAHASA

INDONESIA DAN FUKUSHI BAHASA JEPANG

DITINJAU DARI SINTAKSIS

TOUGORON KARA MIRU NIHON GO NO FUKUSHI TO

INDONESIA GO NO KATA KETERANGAN TO NO HIKAKU

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu

Sastra Jepang

Oleh:

ENDAH PANGESTU

040708019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI S-1 SASTRA JEPANG

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah dan karunia – Nya akhirnya tugas akhir berupa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Skripsi ini diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Sarjana Jurusan Sastra Jepang di Universitas Sumatera Utara. Tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Karena itulah pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A, Ph.D sebagai Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D sebagai Ketua Program Studi Sarjana Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Adriana Hasibuan, SS, M.Hum sebagai Ketua Program Studi Bahasa Jepang (D3) Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Drs. H. Yuddi Adrian M, MA sebagai Dosen Pembimbing I yang telah menyediakan waktu dan pemikirannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Nandi S sebagai Dosen Pembimbing II yang juga telah menyediakan waktu dan sarannya dalam penulisan skripsi ini

6. Seluruh Bapak/ Ibu Pengajar dan Staf di Universitas Sumatera Utara, khususnya di Jurusan Sastra Jepang


(3)

7. Orang tua dan saudara yang telah banyak memberikan bimbingan dan bantuan baik moril maupun materil selama penulis mengikuti pendidikan hingga selesai, dan

8. Seluruh teman yang telah memberikan dukungan kepada penulis, khususnya teman – teman Jurusan Sastra Jepang Stambuk 2004.

Mudah – mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya. Dan karena keterbatasan waktu yang dimiliki penulis, kekurangan atau kesalahan yang tidak disadari penulis mungkin ada di dalam skripsi ini. Saran dan kritikan akan sangat membantu untuk memperbaikinya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, September 2008

Penulis,


(4)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ... 6

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 7

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 10

1.6 Metode Penelitian ... 11

BAB II KATA KETERANGAN BAHASA INDONESIA DAN KATA KETERANGAN BAHASA JEPANG, SINTAKSIS DAN TOUGORON 2.1. Kata Keterangan Bahasa Indonesia ... 14

2.1.1. Pengertian Kata Keterangan Bahasa Indonesia... 14

2.1.2. Jenis – jenis Kata Keterangan Bahasa Indonesia ... 14

2.1.3. Fungsi Kata Keterangan Bahasa Indonesia... 16

2.2. Kata Keterangan Bahasa Jepang ... 17

2.2.1 Pengertian Kata Keterangan Bahasa Jepang... 17

2.2.2. Jenis – Jenis Kata Keterangan Bahasa Jepang... 17

2.2.3. Fungsi Kata Keterangan Bahasa Jepang ... 24

2.3. Sintaksis ... 25


(5)

BAB III ANALISIS KONTRASTIF KATA KETERANGAN BAHASA INDONESIA DAN FUKUSHI BAHASA JEPANG DITINJAU DARI SINTAKSIS

3.1. Analisis Kata Keterangan Bahasa Indonesia dan Kata

Keterangan Bahasa Jepang ditinjau dari Segi Jenisnya ... 40

3.1.1. Kata Keterangan Bahasa Indonesia... 41

3.1.2. Kata Keterangan Bahasa Jepang ... 46

3.1.3. Analisa... 52

3.2. Analisis Kata Keterangan Bahasa Indonesia dan Kata Keterangan Bahasa Jepang ditinjau dari Segi Fungsinya ... 62

3.2.1. Kata Keterangan Bahasa Indonesia... 62

3.2.2. Kata Keterangan Bahasa Jepang ... 63

3.2.3. Analisa... 65

3.3. Analisis Persyaratan Kata Keterangan Bahasa Indonesia dan Kata Keterangan Bahasa Jepang ... 67

3.3.1. Syarat Kata Keterangan Bahasa Indonesia ... 68

3.3.2. Syarat Kata Keterangan Bahasa Jepang ... 68

3.4. Persamaan dan Perbedaan Kata Keterangan Bahasa Indonesia dan Kata Keterangan Bahasa Jepang ... 69

3.4.1. Persamaan Kata Keterangan Bahasa Indonesia dan BahasaJepang... 69

3.4.2. Perbedaan Kata Keterangan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jepang ... 69


(6)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ... 71 4.2 Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA


(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana interaksi dalam terjalinnya sebuah komunikasi. Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa lisan maupun bahasa tulis yang tujuannya untuk menyampaikan ide, pikiran, hasrat ataupun keinginan kepada orang lain. Dalam bahasa lisan, suatu ide, pikiran atau keinginan disampaikan secara langsung dengan cara diucapkan dan dengan bantuan udara pernapasan. Menurut Bambang Yudi Cahyono 1995 : 6 pada teori ‘ta-ta’dituliskan bahwa bahasa lisan bermula dari peniruan gerakan dan isyarat tubuh secara verbal, berhubungan dengan mulut dan lidah sehingga mendorong orang untuk berbicara. Sedangkan bahasa tulis, ditulis dengan menggunakan sistem tulisan.

Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Gorys Keraf 1984 : 16 ).

Mengingat betapa pentingnya peranan bahasa yaitu baik sebagai sarana komunikasi, sarana integrasi dan adaptasi, kemudian yang paling penting adalah sarana memahami orang lain, maka banyak orang yang mempelajari bahasa dari bangsa – bangsa lain atau yang sering disebut dengan bahasa asing, terutama bahasa dari bangsa – bangsa yang telah maju dan mempunyai pengaruh dalam dunia internasional seperti Amerika, Inggris, Jerman, Jepang dan lain – lain. Tujuannya tiada lain adalah memahami orang lain untuk beradaptasi dan


(8)

berkomunikasi. Agar terjalinnya komunikasi yang lancar antar bangsa maka kita haruslah mengetahui bahasa yang dipergunakan oleh bangsa lain karena bahasa yang dipergunakan oleh setiap bangsa tidaklah sama.

Dewasa ini bahasa Jepang menjadi bahasa asing yang banyak diminati oleh orang Indonesia, baik pelajar, mahasiswa atau siapa saja yang memang tertarik dengan bahasa Jepang. Dalam kepentingan selanjutnya, bahasa Jepang dipelajari sebagai ilmu bahasa yang digunakan untuk studi di Jepang atau sebagai pengantar bahasa pada perusahaan-perusahaan Jepang yang ada di luar negara Jepang.

Jadi untuk memahami jalan pikiran orang Jepang salah satunya adalah dengan cara berkomunikasi menggunakan bahasa Jepang. Tetapi ternyata memang tidak mudah memahami tataran bahasa Jepang karena banyak sekali ungkapan – ungkapan untuk menyatakan suatu kondisi yang sama.

Konsep ketatabahasaan bahasa Jepang berbeda jauh dengan bahasa Indonesia, misalnya bentuk struktur kalimat bahasa Jepang menggunakan pola Subjek (S) Objek (O) Predikat (P) disingkat menjadi SOP, sedangkan struktur kalimat bahasa Indonesia menggunakan pola Subjek (S) Predikat (P) Objek (O) disingkat menjadi SPO, bahasa Jepang juga mengenal pola perubahan kata kerja yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman tentang aturan atau kaidah – kaidah yang terdapat pada bahasa tersebut dan kesabaran dalam mempelajarinya. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan suatu bahasa yang komunikatif.

Penulis sebagai pembelajar bahasa Jepang ingin lebih mendalami bahasa Jepang dan merasa tertarik untuk membahas salah satu sub bagian dari kelas kata antara bahasa Indonesia dengan bahasa Jepang serta mencoba untuk


(9)

membandingkannya. Adapun bagian yang ingin penulis bandingkan adalah kata keterangan bahasa Indonesia dengan kata keterangan bahasa Jepang atau yang sering disebut fukushi dan mencoba membahas perbedaan antara keduanya.

Kata keterangan atau adverbia bahasa Indonesia adalah kata – kata yang memberi keterangan tentang kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata bilangan, seluruh kalimat (Gorys Keraf 1984 : 72).

Kata keterangan dalam bahasa Jepang disebut fukushi. Fukushi ialah kata yang dipakai untuk menerangkan yougen (verba, adjektiva-i, adjektiva-na), tidak dapat menjadi subjek dan tidak mengenal konjugasi/ deklinasi (Bunkacho dalam Sudjianto 2004 : 72).

Contoh dalam kalimat :

(1) Dia pasti akan membantu kita. ( bahasa Indonesia) (2) Kinoo wa totemo atsukatta. (bahasa Jepang) ‘Kemarin sangat dingin’

Dari dua defenisi dan contoh kata keterangan bahasa Indonesia dan fukushi bahasa Jepang di atas, terdapat perbedaan yang nyata, bahwa pada kalimat (1) kata pasti merupakan kata keterangan yang berfungsi menyatakan’kepastian’ lazimnya digunakan di depan predikat atau bisa juga pada awal kalimat. Sedangkan pada kalimat (2) kata keterangan totemo ‘sangat’ merupakan kata keterangan yang menerangkan kata atsui ‘panas’. Kata keterangan bahasa Indonesia pengertiannya lebih luas, artinya kata keterangan tersebut tidak hanya menerangkan salah satu unsur kalimat misalnya verba, tetapi juga dapat menerangkan keseluruhan kalimat, berbeda dengan bahasa Jepang.


(10)

Kemudian dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa melalui dua contoh terdapat perbedaan antara kata keterangan bahasa Indonesia dan fukushi bahasa Jepang dilihat dari ciri – ciri kata yang membentuk kata keterangan.

Dalam bahasa Indonesia ada dua macam kata keterangan, yaitu :

(1) Kata keterangan yang menerangkan keseluruhan kalimat. Kata – kata yang termasuk kata keterangan ini, karena menerangkan keseluruhan kalimat, letaknya dapat dipindah – pindahkan. Contohnya kata barangkali, pada kalimat – kalimat berikut.

Barangkali dia sakit hari ini. Dia barangkali sakit hari ini. Dia sakit hari ini barangkali.

(2) Kata keterangan yang menerangkan unsur kalimat. Kata – kata yang termasuk kata keterangan ini, karena hanya menerangkan salah satu unsur kalimat, maka kedudukannya terikat pada unsur kalimat yang diterangkannya itu. Contohnya kata sekali yang selalu terikat dengan kata cantik dalam kalimat – klaimat berikut.

Nampaknya gadis itu cantik sekali. Gadis itu cantik sekali nampaknya. Cantik sekali nampaknya gadis itu.

Dari dua jenis kata keterangan di atas, juga menjadi perbedaan untuk diperbandingkan dengan fukushi bahasa Jepang yang mempunyai ciri, dapat berdiri sendiri (jiritsugo), tidak berkonjugasi, tidak dapat diubah – ubah lalu disusun dengan kata – kata lain, tidak dapat menjadi subjek, tidak menjadi predikat, dan tidak menjadi objek.


(11)

Defenisi lain juga menerangkan adanya perbedaan kata keterangan bahasa Indonesia dan fukushi bahasa Jepang.

Kata keterangan adalah kata – kata yang digunakan untuk memberi penjelasan pada kalimat atau bagian kalimat lain, yang sifatnya tidak menerangkan keadaan atau sifat (Abdul Chaer, 1998 : 162).

Fukushi adalah kata - kata yang menerangkan verba, adjektiva, dan adverbia yang lainnya, tidak dapat berubah, dan berfungsi menyatakan derajat atau derajat suatu aktivitas, suasana, atau perasaan pembicara (Matsuoka dalam Sudjianto dan Ahmad Dahidi, 2004 : 165).

Dari dua pendapat tentang kata keterangan bahasa Indonesia dan kata keterangan bahasa Jepang (fukushi) di atas, bahwa kata keterangan bahasa Indonesia sifatnya tidak menerangkan keadaan atau sifat, sedangkan fukushi tidak dapat berubah dan berfungsi menyatakan keadaan atau derajat suatu aktivitas, suasana, atau perasaan pembicara.

Atas dasar inilah penulis mencoba untuk membahas perbedaan – perbedaan tersebut dengan mengambil pokok bahasan analisis kontrastif kata keterangan bahasa Indonesia dan fukushi bahasa Jepang.

1.2. Rumusan Masalah

Seperti yang dikemukakan oleh Gorys Keraf bahwa kata keterangan adalah kata – kata yang memberi keterangan tentang kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata bilangan, seluruh kalimat. Lalu pengertian Fukushi menurut Bunkacho dalam Sudjianto ialah kata yang dipakai untuk menerangkan yougen (verba, adjektiva-i, dan adjektiva-na),tidak dapat menjadi subjek dan tidak


(12)

mengenal konjugasi/ deklinasi. Maka dari kedua pendapat tersebut menunjukkan adanya perbedaan.

Untuk melihat bagaimana sebenarnya perbedaan kedua kelas kata ini dalam kalimat baik dari segi fungsi/ pemakaiannya, bentuk, serta penulisan/ posisinya atau apakah ada persamaannya penulis akan mencoba membahasnya dalam tulisan ini. Bila diuraikan dalam bentuk pertanyaan maka masalah yang akan penulis bahas adalah :

1. Bagaimanakah pengertian Kata Keterangan bahasa Indonesia dan bahasa Jepang?

2. Bagaimanakah fungsi Kata Keterangan bahasa Indonesia dan bahasa Jepang dalam kalimat?

3. Apakah perbedaan dan persamaan Kata Keterangan bahasa Indonesia dan bahasa Jepang?

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Bila kita membicarakan tentang kata keterangan pastilah tidak terlepas atau sangat terkait dengan kalimat. Kalimat ialah satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap (Gorys Keraf 1984 : 140).

Ilmu yang mempelajari kalimat disebut Sintaksis atau Ilmu tata kalimat. Sintaksis merupakan bidang garapan yang sering dijadikan bahan kajian linguistik kontrastif (Dedi Sutedi, 2003 : 196). Objek yang sering diperbandingkan yaitu urutan kata dalam kalimat, atau struktur kalimat itu sendiri. Kajian sintaksis inilah yang akan penulis gunakan untuk membahas tulisan ini.


(13)

Kata keterangan bahasa Indonesia memiliki perbedaan dan persamaan dengan fukushi bahasa Jepang. Perbedaan tersebut baik dari segi fungsi, bentuk, serta posisi/ letak kata keterangan itu sendiri.

Jadi pembahasan dalam tulisan ini dibatasi oleh permasalahan sebagai berikut:

(1) Pengertian Kata Keterangan bahasa Indonesia dan bahasa Jepang.

(2) Fungsi Kata Keterangan bahasa Indonesia dan bahasa Jepang dalam kalimat.

(3) Menguraikan persamaan perbedaan Kata Keterangan bahasa Indonesia dan kata keterangan bahasa Jepang.

Penulis akan mencoba memberikan contoh kalimat dalam jenis kata keterangan dan fukushi untuk dapat melihat dengan jelas apakah terdapat persamaan atau perbedaan diantara keduanya bila diperbandingkan.

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka

Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya (Abdul Chaer, 2003 : 1). Dalam tata bahasa baku kata diklasifikasikan menjadi sepuluh kelas kata, diantaranya adalah nomina (meishi), verba (doushi), adjektiva I (keiyoushi), adjektiva II (keiyodoushi), verba bantu


(14)

(joudoushi), prenomina (rentaishi), konjungsi (setsuzokushi), partikel (joushi), adverbia (fukushi) dan lain – lain.

Bahasa Jepang dan bahasa Indonesia, mempunyai kelas kata diantaranya adalah adverbia (kata keterangan). Adverbia dalam bahasa Jepang disebut fukushi. Fukushi adalah kata yang menerangkan yougen (verba, adjektiva I dan adjektiva II) dan taigen (meishi = nomina) yang menunjukkan keadaan atau menerangkan fukushi lain (Bunkacho dalam Sudjianto, 1995 : 72). Sedangkan menurut Hamzon Situmorang (2007 : 40) yang dimaksud dengan fukushi adalah kata yang dapat berdiri sendiri, tidak berkonjugasi, tidak menjadi subjek, tidak menjadi predikat dan tidak menjadi objek, menerangkan doushi, keiyoushi dan menerangkan fukushi lagi.

Kata keterangan bahasa Indonesia oleh tata bahasa Tradisional ditempatkan sebagai satu jenis kata (kelas kata). Kata keterangan tidak lain adalah suatu kata atau kelompok yang menduduki suatu fungsi tertentu, yaitu fungsi untuk menerangkan kata kerja, kata sifat, kata keterangan yang masing – masingnya menduduki pula suatu jabatan atau fungsi dalam kalimat (Gorys Keraf, 1984 : 72).

Penelitian ini difokuskan kepada analisis kontrastif kata keterangan bahasa Indonesia dan fukushi bahasa Jepang. Analisis kontrastif dalam kajian ilmu linguistik merupakan kajian tentang perbandingan unsur – unsur yang dapat dilihat dari sudut perbedaan dan persamaan pada dua bahasa atau lebih yang dijadikan objek perbandingan (Naibaho 2000 : 16). Linguistik kontrastif pada dasarnya hanya meneliti perbedaan – perbedaan atau ketidaksamaan yang


(15)

mencolok yang terdapat pada dua bahasa atau lebih yang tidak serumpun sedangkan persamaan – persamaannya tidak begitu dipentingkan atau diperhatikan. Kesamaan dianggap sebagai hal yang biasa atau hal yang umum saja. Sedangkan untuk menjelaskan contoh – contoh penggunaan kata keterangan bahasa Indonesia dan fukushi bahasa Jepang dalam kalimat maka digunakan kajian sintaksis, yaitu salah satu cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase, berbeda dengan morfologi yang membicarakan seluk beluk kata dan morfem (Ramlan, 1995 : 21).

Dalam hal ini penulis ingin menjelaskan salah satu bagian dari kelas kata yaitu adverbia (fukushi) yang diteliti melalui analisis kontrastif antara bahasa Indonesia dan bahasa Jepang.

2. Kerangka Teori

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan kerangka teori berdasarkan pendapat dari para pakar, kemudian untuk menganalisa mengenai kata keterangan bahasa Indonesia dan fukushi bahasa Jepang maka digunakan pendekatan linguistik kontrastif dalam kajian bidang sintaksis. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Secara umum, linguistik sering diartikan ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Linguistik kontrastif (taishou gengogaku) disebut juga linguistik bandingan merupakan kajian linguistik yang bertujuan untuk mendeskripsikan persamaan dan perbedaan dua bahasa yang berbeda.

Sintaksis adalah kajian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini. Kata sintaksis dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Belanda syntaxis. Dalam


(16)

bahasa Inggris digunakan istilah syntax. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase, berbeda dengan morfologi yang membicarakan seluk beluk kata dan morfem (Ramlan, 1995 : 21). Sedangkan menurut Gorys Keraf(1984 : 137), bahwa sintaksis (Yunani: Sun + tattein = mengatur bersama – sama) adalah bagian dari tatabahasa yang mempelajari dasar – dasar dan proses – proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa.

Jadi untuk menganalisa mengenai kata keterangan bahasa Indonesia dan fukushi bahasa Jepang digunakan kajian ilmu linguistik kontrastif, yaitu kajian linguistik yang bertujuan untuk mendeskripsikan persamaan dan perbedaan dua bahasa yang berbeda. Kemudian teori sintaksis digunakan sebagai dasar pembentuk kalimat dalam menerangkan kata keterangan bahasa Indonesia dan fukushi bahasa Jepang.

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian kata keterangan bahasa Indonesia dan bahasa Jepang.

2. Untuk mengetahui fungsi/ pemakaiannya kata keterangan bahasa Indonesia dan kata keterangan bahasa Jepang dalam kalimat.


(17)

3. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara kata keterangan dalam bahasa Indonesia dan kata keterangan dalam bahasa Jepang.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah :

1. Dapat menggunakan dan menempatkan fukushi dengan baik dan benar.

2. Dapat menjadi tambahan referensi untuk mengembangkan penulisan yang lebih mendalam di masa yang akan datang.

3. Dapat membantu dalam pengajaran bahasa Indonesia untuk orang Jepang, atau pengajaran bahasa Jepang untuk orang Indonesia.

4. Dapat menambah pengetahuan dalam bidang linguistik bahasa Indonesia dan bahasa Jepang.

1.6. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif. Data dalam metode deskriptif yang dikumpulkan adalah berupa kata – kata, gambar dan bukan angka – angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan – kutipan kata untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Menurut Nawawi (1991 : 63). Penelitian deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta – fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.


(18)

Metode lain yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian kepustakaan (library research), yaitu studi kepustakaan atau pengumpulan data – data dan informasi yang bersumber dari buku – buku kepustakaan yang ada kaitannya dengan kata keterangan dalam buku – buku bahasa Indonesia dan fukushi bahasa Jepang, baik yang berbahasa Indonesia maupun yang berbahasa Jepang. Buku – buku yang digunakan diperoleh dari perpustakaan umum maupun pribadi.

Untuk mengadakan perbandingan yang sistematis, diperlukan metode – metode tertentu. Disini juga digunakan metode perbandingan, metode perbandingan adalah suatu alat untuk menyusun perangkat ciri – ciri yang berkorespondensi dari unsur – unsur yang diperbandingkan dalam macam – macam bahasa (Gorys Keraf, 1996 : 34)

Adapun proses yang dilakukan adalah :

1. Mengumpulkan buku – buku yang diharapkan dapat mendukung tulisan ini kemudian memilih data yang dianggap paling penting dan menyusunnya secara sistematis.

2. Mengelompokkan data – data sehingga dapat terlihat kaitannya satu sama lain.

3. Menguraikan data – data yang telah ada dengan sebaik – baiknya sehingga data tersebut dengan jelas memberikan pengertian tentang uraian yang disampaikan.


(19)

BAB II

KATA KETERANGAN BAHASA INDONESIA, KATA KETERANGAN BAHASA JEPANG, SINTAKSIS DAN TOUGORON

2.1 Kata Keterangan Bahasa Indonesia

2.1.1 Pengertian Kata Keterangan Bahasa Indonesia

Kata keterangan dalam bahasa Indonesia disebut juga adverbia. Kata keterangan adalah kata – kata yang digunakan untuk memberi penjelasan pada kata – kata kalimat lain yang sifatnya tidak menerangkan keadaan atau sifat. (Abdul Chaer, 1994 : 202).

Kata keterangan di dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah kata yang memberikan keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif atau kalimat, misalnya sangat, lebih, tidak.

2.1.2 Jenis – Jenis Kata Keterangan Bahasa Indonesia

Dalam bahasa Indonesia ada 2 jenis/ macam kata keterangan, yaitu :

(1) Kata Keterangan yang menerangkan keseluruhan kalimat. Kata – kata yang termasuk kata keterangan ini, karena menerangkan keseluruhan kalimat, letaknya dapat dipindah – pindahkan. Misalnya kata barangkali pada kalimat berikut :

Barangkali hujan akan turun pagi ini. Hujan akan turun pagi ini barangkali. Hujan akan turun barangkali pagi ini.


(20)

(a) Kepastian, yaitu kata – kata memang, pasti dan tentu.

(b) Keraguan atau kesangsian, yaitu kata – kata barangkali, mungkin, kiranya, rasanya, agaknya, rupanya.

(c) Harapan yaitu, kata – kata semoga, moga – moga, mudah – mudahan dan hendaknya.

(d) Pengakuan, yaitu kata – kata seringkali, sekali – kali, sesekali.

(2) Kata keterangan yang menerangkan unsur kalimat. Kata – kata yang termasuk kata keterangan ini karena hanya menerangkan salah satu unsur kalimat maka kedudukannya terikat pada unsur kalimatyang diterangkannya itu. Misalnya kata baru yang selalu terikat dengan kata kamus dalam kalimat berikut :

Ayah membeli kamus baru untuk adik. Kamus baru dibeli ayah untuk adik. Untuk adik ayah membeli kamus baru.

Kata – kata yang termasuk kata keterangan ini berfungsi untuk menyatakan : (a) Waktu, yaitu kata – kata : sudah, telah, sedang, lagi, tengah, akan, belum,

masih, baru, pernah dan sempat.

(b) Sikap batin, yaitu kata – kata : ingin, mau, hendak, suka dan segan.

(c) Perkenan, yaitu kata – kata : boleh, wajib, mesti, harus, jangan dan dilarang.

(d) Kekerapan, yaitu kata – kata : jarang, sering, sekali, dua kali.

(e) Kualitas, yaitu kata – kata : sangat, amat, sekali, lebih, paling, kurang dan cukup.


(21)

(f) Kuantitas dan jumlah, yaitu kata – kata : banyak, sedikit, kurang, cukup, semua, beberapa, seluruh, sejumlah, sebagian, separuh, kira – kira sekitar, kurang lebih dan sementara.

(g) Penyangkalan, yaitu kata – kata : tidak, tak, tiada dan bukan.

Kata – kata yang digunakan untuk menyangkal atau mengingkari terjadinya suatu peristiwa atau adanya suatu hal.

2.1.3 Fungsi Kata Keterangan Bahasa Indonesia

Fungsi kata keterangan bahasa Indonesia sesuai dengan defenisi adalah memberikan penjelasan pada kata – kata, yaitu : kata kerja, kata sifat, kata bilangan dan seluruh kalimat (Gorys Keraf 1984 : 72).

Contoh kata keterangan yang menerangkan kata kerja: • Kami sudah membayar rekening listrik bulan ini. Contoh kata keterangan yang menerangkan kata sifat:

Saya akan takut berada pada kegelapan.

Contoh kata keterangan yang menerangkan kata bilangan: • Harga novel itu kira – kira lima puluh ribu rupiah. Contoh kata keterangan yang menerangkan seluruh kalimat:


(22)

2.2 Kata Keterangan Bahasa Jepang (Fukushi) 2.2.1 Pengertian Kata Keterangan Bahasa Jepang

品詞 一 自立語 活用 主語 い語う 主

連用修飾語 用い ( hinshi no hitotsu. Jiritsugo de katsuyou ga naku, shuugo ni naru koto ga nai go no uchi, shuu toshite renyoushuushoukugo toshite mochiirarerumono no: salah satu jenis kata. Sebagian besar, kata yang menerangkan secara terus – menerus, tidak mengalami perubahan, berdiri sendiri dan tidak dapat menjadi subjek).

Fukushi dalam bahasa Indonesia disebut kata keterangan. Fukushi adalah kata – kata yang digunakan untuk menerangkan yougen (verba, adjektiva – i dan adjektiva – na), tidak dapat menjadi subjek dan tidak mengenal konjugasi/ deklanasi (Bunkacho dalam Sudjianto 2004 : 72).

Uehara Takeshi berpendapat hampir sama dengan defenisi Bunkacho tersebut. Ia menyatakan bahwa fukushi adalah kata yang menerangkan yougen, termasuk jenis kata yang berdiri sendiri (jiritsugo) dan tidak mengenal konjugasi/ deklinasi. Fukushi di dalam kalimat dengan sendirinya dapat menjadi bunsetsu (klausa) yang menerangkan kata lain (Takeshi dalam Sudjianto 2004 : 72).

2.2.2 Jenis – Jenis Kata Keterangan Bahasa Jepang

Terdapat berbagai pendapat tentang jenis – jenis fukushi. Murakami Motojiro 1986 : 93 – 96) di dalam Shoho no Kokubunpou membagi fukushi menjadi tiga macam yaitu jootai no fukushi, teido no fukushi dan tokubetsuna iikata o yookyuu suru fukushi. Begitu juga Hirai Masao (1989 : 155 – 156) di dalam Shinkokugo Handobukku mengklasifikasikan fukushi menjadi 3 macam


(23)

yaitu jootai fukushi, teido o arawasu fukushi, dan nobekata o shuushoku suru fukushi (dalam Sudjianto dan Ahmad Dahidi 2004 : 166).

1) Jootai no Fukushi

情態 表 主 用言 修飾 情態副詞 いう

( joutai wo hyoushi, shuu tushite yougen wo shuushoukusurumono wo joutai fukushi to iu: disebut joutai fukushi apabila sebagian besar kata – katanya dapat menerangkan predikat, menyatakan keadaan).

Jootai no fukushi yaitu fukushi yang sering dipakai untuk menerangkan verba, secara jelas menerangkan keadaan pekerjaan atau perbuatan itu (Isami, 1986 :146, dalam Sudjianto 2004 :74).

• 彼 休

Kare wa tokidoki yasumimasu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern) Dia kadang – kadang libur.

• 涼 い風 い

Suzushii kaze ga yoso – yoso to fuimasu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)

Angin yang dingin berhembus sepoi – sepoi.

Jootai no fukushi juga banyak terdapat pada kata – kata giongo yaitu kata yang menyatakan suara makhluk hidup atau bunyi yang keluar dari benda mati (Ogawa Yoshio, 1989 :302 dalam Sudjianto dan Ahmad Dahidi 2004 :115).

Contoh:


(24)

Selain giongo, gitaigo juga terdapat dalam fukushi. Gitaigo adalah kata – kata yang mengungkapkan aktifitas, keadaan dan sebagainya.

Contoh:

Kata ‘shitoshito’ ‘rintik – rintik’ pada kalimat :

Ame ga shitoshito furu, yang menyatakan keadaan hujan yang sedang turun.

Jootai no fukushi dapat dibagi menjadi tiga (Hamzon Situmorang 2007 :41) yaitu :

a. Jootai no fukushi yang menunjukkan keadaan.

• 話 い

Yukkuri hanashite kudasai. (Minna no Nihongo I) Tolong bicara pelan - pelan.

b. Jootai no fukushi yang menunjukkan waktu.

• 眠い 車 止 寝

Nemui toki, kuruma wo tomete, shibaraku nemasu. (Minna no Nihongo II)

Kalau mengantuk, saya menghentikan mobil dan tidur sebentar.

c. Jootai no fukushi yang menyatakan perintah atau petunjuk.

• う泳

Doo oyogimasuka. (Skripsi Ade Iriani) Bagaimana caranya berenang?


(25)

2) Teido no Fukushi

主 情態 表 語修飾 情態 程 限定

程 副 詞 い う ( shu toshite, jootai wo arawasu go wo shuushoukushite, sono joutai no teido wo genteisuru mono wo teido fukushi to iu: sebagian besar, menerangkan kata yang menunjukkan keadaan, dari defenisi derajat keadaan itulah disebut sebagai teido fukushi ).

Murakami Motojiro menjelaskan bahwa teido no fukushi adalah fukushi yang menerangkan yoogen (verba, adjektiva – i, adjektiva – na), menyatakan standar (batas, tingkat, derajat) suatu keadaan atau suatu perbuatan (Motojiro 1986 : 95 dalam Sudjianto 2004 :79). Pada dasarnya kata – kata yang diterangkan oleh teido no fukushi adalah adjektiva – i dan adjektiva – na.

Contoh:

a) Menerangkan adjektiva – i

• 今年 い 寒い

Kotoshi wa taihen samui desu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)

Tahun ini sangat dingin. b) Menerangkan adjektiva- na

• あ 人 親

Ano hito wa mattaku shinsetsu desu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)


(26)

Orang itu benar – benar ramah. c) Menerangkan verba

• あ 子 英語

Ano ko wa ei go ga kanari dekimasu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)

Anak perempuan itu lumayan bisa bahasa Inggris.

3) Jojutsu no Fukushi/ Chinjutsu no Fukushi

普通 文頭 現 文 陳述 質 予告 働

陳述副詞 (文法説 誘導副詞 いう ( futsu, buntou ni

arawarete, bunmatsu no chinjutsu no shitsu wo yokokusuru hataraki wo suru mono wo chinjutsu fukushi ( bunpouzei dewa, ( yuudou fukushi ) tomo) to iu: umumnya, disebut chinjutsu fukushi yaitu kata keterangan yang menjelaskan dengan bentuk kepala kalimat, atau kata keterangan pernyataan yang menjelaskan sifat pernyataan pada akhir kalimat ( dalam teori tata bahasa disebut kata keterangan yang menyampaikan pernyataan)).

Chinjutsu no fukushi berbeda dengan jootai no fukushi dan teido no fukushi. Kalau jootai no fukushi dan teido no fukushi digunakan berdasarkan bagaimana kaitannya dengan yoogen atau taigen dan digunakan berdasarkan bagaimana hubungannya antara fukushi itu dengan kelas kata yang diterangkannya, sedangkan chinjutsu no fukushi digunakan berdasarkan bentuk kalimatnya.

Contoh:

• 勉強


(27)

Sedikitpun tidak belajar.

Berikut ini chinjutsu no fukushi lainnya :

(a) Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan negatif (uchikeshi).

• 失敗

Kesshite shippai shimasen. (Gramatika Bahasa Jepang Modern) Sama sekali tidak gagal.

(b) Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan harapan, keinginan atau perintah (ganmou/ kibou).

• ひ僕 教え い

Zehi boku ni oshiete kudasai. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)

Benar – benar tolong ajari saya.

(c) Chinjutsu no fukushi yang berpasangan denga peryataaan larangan (kinshi).

• う 言い

Danjite uso wa iimasen.(Gramatika Bahasa Jepang Modern) Pasti yang dikatakannya itu bohong.

(d) Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataaan perkiraan atau sangkaan (suiryou).


(28)

Kare wa tabun konai deshou. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)

Dia mungkin tidak datang.

(e) Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataaan perumpamaan (tatoe).

• う う

Choudo daruma san no youdesu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)

Persis seperti nona Darma.

(f) Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataaan perkiraan negatif (uchikeshi suiryou).

• 僕 思う い

Masaka boku ga shita to wa omou mai desu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)

Saya pikir lebih baik jangan saya yang melakukan.

(g) Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataaan keputusan, kesimpulan atau kepastian (dantei).

• 彼 来

Kare wa kanarazu kimasu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern) Dia pasti datang.

(h) Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataaan pertanyaan (gimon).


(29)

Kinou wa doushite gakkou wo yasumimashita ka? (Gramatika Bahasa Jepang Modern)

Kenapa kemarin sekolah libur?

(i) Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataaan pengandaian (katei).

• 雨 降

Moshi ame ga futtara yamemasu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)

Seandainya hujan berhenti.

2.2.3 Fungsi Kata Keterangan Bahasa Jepang

Seperti yang telah dijelaskan pada Bab II (pengertian fukushi) yaitu diterangkan untuk menerangkan kata yang ada di depannya, yaitu verba, adjektiva, nomina dan adverb lain.

Contoh:

1) Menerangkan verba (dooshi)

• 熊 歩

Kuma ga nosonoso arukimasu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern) Seekor Kumbang berjalan dengan pelan - pelan.

2) Menerangkan adjektiva (keiyoushi)

• 部屋 静

Kono heya wa totemo shizuka desu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)


(30)

Kamar itu sangat sejuk.

3) Menerangkan adverbia (fukushi) lain.

• い 見え

Ikubun hakkiri mieta. (Skripsi Ade Iriani) Sebagian terlihat dengan nyata.

2.3 Sintaksis

Sintaksis adalah ilmu yang membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain, atau unsur – unsur lain sebagai suatu satuan ujaran. Hal ini sesuai dengan asal – usul kata sintaksis itu sendiri, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan kata tattein yang berarti ‘menempatkan’. Jadi, secara etimologi istilah itu berarti : menempatkan bersama – sama kata – kata menjadi kelompok kata atau kalimat (Abdul, Chaer : 206).

Hal – hal yang dibahas dalam sintaksis adalah : 1) Stuktur sintaksis

Struktur sintaksis mencakup masalah fungsi, kategori dan peran sintaksis; serta alat – alat yang digunakan dalam membangun struktur itu. Contoh:

• Ibu mencium adik tadi pagi

Fungsi dan kategori sintaksis dari contoh kalimat di atas, yaitu:

Ibu : berfungsi sebagai subjek dan berkategori nomina. Mencium : berfungsi sebagai predikat dan berkategori verba. Adik : berfungsi sebagai objek dan berkategori nomina.


(31)

Tadi pagi = frase :berfungsi sebagai keterangan dan berkategori nomina.

Kata ibu pada contoh di atas memiliki peran ‘pelaku’, melirik memiliki peran ‘aktif’, adik memiliki peran ‘sasaran’ dan tadi pagi memiliki peran ‘waktu’. Apabila contoh kalimat di atas diubah menjadi bentuk pasif maka dengan sendirinya fungsi dan peran sintaksis tersebut akan berubah.

Banyak pakar yang mengatakan bahwa suatu struktur sintaksis minimal harus memiliki fungsi subjek dan fungsi predikat. Tanpa fungsi subjek dan predikat konstruksi itu belum dapat disebut sebuah struktur sintaksis. Ada pakar lain, yaitu Chafe (1970) yang menyatakan bahwa yang paling penting dalam struktur sintaksis adalah fungsi predikat (Abdul, Chaer: 209).

Eksistensi struktur sintaksis terkecil ditopang oleh urutan kata, bentuk kata dan intonasi. Peranan ketiga alat sintaksis itu (yaitu urutan kata, bentuk kata dan intonasi) tampaknya tidaklah sama antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lain.

2) Satuan – satuan sintaksis a) Kata

Dalam tataran morfologi kata merupakan satuan terbesar, tetapi dalam tataran sintaksis kata merupakan satuan terkecil yang secara hierarkial menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase. Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperanan sebagai pengisi fungsi sintaksis, sebagai penanda kategori sintaksis dan


(32)

sebagai perangkai dalam penyatuan satuan – satuan atau bagian – bagian dari satuan sintaksis.

b) Frase

Frase lazim didefenisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Dari penjelasan tersebut diketahui bahwa frase terdiri lebih dari sebuah kata. Ini berarti, hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase itu tidak berstruktur subjek - predikat atau berstruktur predikat – objek. Contoh:

Konstruksi seperti adik tidur dan menjual mobil bukan frase. Konstruksi seperti kamar tidur dan bukan mobil merupakan frase.

Jenis Frase

9 Frase Eksosentrik

Frase eksosentrik adalah frase yang komponen – komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.

Contoh: • Frase di pasar

Terdiri dari komponen di dan pasar. Secara keseluruhan frase ini dapat mengisi fungsi keterangan. Tetapi pada contoh di bawah ini, baik komponen di atau pasar tidak dapat mengisi fungsi keterangan.


(33)

Ibu berbelanja di Ibu berbelanja pasar 9 Frase Endosentrik

Frase endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Artinya salah satu komponennya itu dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya.

Contoh:

Frase sedang membaca

Frase sedang membaca dapat diganti dengan ‘membaca’, seperti dalam contoh kalimat berikut:

Ayah sedang membaca komik di kamar Ayah membaca komik di kamar

Frase endosentrik ini lazim juga disebut frase subordinatif karena salah satu komponennya, yaitu yang merupakan inti frase berlaku sebagai komponen atasan, sedangkan komponen lainnya, yaitu komponen yang membatasi, berlaku sebagai komponen bawahan.

9 Frase Koordinatif

Frase koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat dan secara potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif, baik yang tunggal seperti dan, atau, tetapi, maupun


(34)

konjungsi terbagi seperti baik...baik, makin...makin, dan baik...maupun...

Contoh:

Sehat dan kuat, buruh atau majikan, dan makin terang makin baik.

9 Frase Apositif

Frase apositif adalah frase koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk sesamanya; oleh karena itu, urutan komponennya dapat dipertukarkan.

Contoh:

Frase pak Ahmad, guru saya

Dapat diubah urutannya atau susunannya seperti pada kalimat berikut:

Pak Ahmad, guru saya, ganteng sekali Guru saya, pak Ahmad, ganteng sekali c) Klausa

Klausa merupakan tataran di dalam sintaksis yang berada di atas tataran frase dan di bawah tataran kalimat.

Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata – kata berkontruksi predikatif. Artinya, di dalam kontruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan. Selain fungsi predikat yang harus ada dalam kontruksi klausa ini, fungsi subjek


(35)

boleh dikatakan bersifat wajib, sedangkan yang lainnya bersifat tidak wajib.

Contoh:

Kontruksi adik mandi

Kontruksi adik mandi adalah sebuah klausa karena hubungan komponen adik dan komponen mandi bresifat predikatif; adik adalah pengisi fungsi subjek dan mandi adalah pengisi fungsi predikat.

Jenis Klausa

a. Klausa berdasarkan struktur

9 Klausa bebas, yaitu klausa yang mempunyai unsur – unsur lengkap, sekurang – kurangnya mempunyai subjek dan predikat. 9 Klausa terikat, yaitu klausa yang memiliki struktur yang tidak

lengkap. Unsur yang ada dalam klausa ini mungkin hanya subjek saja, mungkin hanya objeknya saja, atau juga hanya berupa keterangan saja.

b. Klausa berdasarkan kategori segmental yang menjadi predikatnya. 9 Klausa verbal, yaitu klausa yang predikatnya berkategori verba.

Contohnya, klausa adik mandi, sapi itu berlari dan matahari terbit. 9 Klausa nominal, yaitu klausa yang predikatnya berupa nomina atau frase nomina. Contohnya, pedagang, pegawai bank dan dosen matematika.

9 Klausa adjektival, yaitu klausa yang predikatnya berkategori adjektiva, baik berupa kata maupun frase. Contonya klausa – klausa berikut:


(36)

1. Bumi ini sangat luas. 2. Ibu dosen itu cantik sekali.

9 Klausa adverbial, yaitu klausa yang predikatnya berupa adverbia. Contohnya, klausa bandelnya teramat sangat.

9 Klausa preposional, yaitu klausa yang predikatnya berupa frase yang berkategori preposisi. Contohnya, dia dari Belanda, dan Ayah pergi ke kantor.

d) Kalimat

Berbagai defenisi banyak dikemukakan mengenai kalimat. Diantaranya ‘kalimat adalah susunan kata – kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap’ merupakan defenisi umum yang biasa kita jumpai. Disini dalam kaitannya dengan satuan – satuan sintaksis yang lebih kecil (kata, frase dan klausa) kita akan mengikuti konsep bahwa kalimat adalah susunan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final (Abdul Chaer 2003 : 240).

Jenis Kalimat

a. Kalimat Inti dan Kalimat Non Inti

Kalimat inti sering juga disebut kalimat dasar, adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif, atau netral. Kalimat inti dapat diubah menjadi kalimat non inti dengan berbagai proses.


(37)

Kalimat tunggal ialah kalimat yang hanya memiliki satu klausa. Sedangkan kalimat majemuk ialah kalimat yang memiliki klausa lebih dari satu.

c. Kalimat Mayor dan Kalimat Minor

Kalimat mayor adalah kalimat yang memiliki klausa yang lengkap, sekurang – kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat. Sedangkan kalimat minor ialah kalimat yang klausanya tidak lengkap, entah hanya terdiri dari subjek saja, predikat saja, objek saja ataukah keterangan saja.

d. Kalimat Verbal dan Kalimat non-Verbal

Kalimat verbal ialah kalimat yang dibentuk dengan klausa verbal, atau kalimat yang predikatnya berupa kata atau frase yang berkategori verba. Sedangkan kalimat non verbal ialah kalimat yang kalimat yang predikatnya bukan kata atau frase verbal, bisa nominal, adjektival, adverbial atau juga numeralia.

e. Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat

Kalimat bebas ialah kalimat yang berpotensi untuk menjadi ujaran lengkap atau dapat memulai sebuah paragraf atau wacana tanpa bantuan kalimat atau konteks lain yang menjelaskannya. Sedangkan kalimat terikat ialah kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap, atau menjadi pembuka paragraf atau wacana tanpa bantuan konteks.


(38)

Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut 統語論’tougoron’ atau

シン ス’sintakusu’ . Sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji

tentang struktur dan unsur – unsur pembentuk kalimat. Nita dalam Dedi Sutedi (2003:61) menjelaskan bahwa bidang garapan sintaksis adalah kalimat yang mencakup: jenis dan fungsinya, unsur – unsur pembentuknya, serta struktur dan maknanya. Dengan demikian, berbagai unsur pembentuk struktur kalimat pun merupakan garapan dari sintaksis. Struktur yang dimaksud mencakup struktur frase, klausa dan kalimat itu sendiri.

Nita dalam Dedi Sutedi (2003:61) menggolongkan jenis kalimat dalam bahasa Jepang dua macam, yaitu kalimat berdasarkan struktur 構造

’kouzou-jou’ dan berdasarkan pada makna 意味 ’imi-jou’ .

Kalimat berdasarkan pada struktur pembentukannya terbagi atas: 1. Dokuritsugobun (独立語文)

Dokuritsugobun adalah kalimat yang tidak memiliki unsur predikat disebut juga kalimat minim. Dalam dokuritsugobun ada dua macam, yaitu:

a. yang menggunakan kandoshi (kata seru)

Menurut Shimizu Yoshiaki dalam Sudjianto (2004:169) di dalam kandoshi terkandung kata – kata yang mengungkapkan perasaan seperti rasa terkejut dan rasa gembira.


(39)

• 雪! ”yuki” <”Salju!”> b. yang menggunakan meishi (kata benda)

Kalimat ini terbentuk dari kata benda, dan masih bisa diperluas dengan memberi keterangan lainnya.

• 田中! “Tanaka” <”Tanaka”> • 火 ! “Kaji” <”Kebakaran”> 2. Jutsugobun (述語文)

Jutsugobun adalah kalimat yang berkontruksi predikatif. Jutsugobun digolongkan berdasarkan jenis kata yang digunakan dalam predikatnya.

a. Berdasarkan jenis kata yang menjadi predikatnya 1) Doushibun (kalimat verbal)

a) Tadoushibun (kalimat transitif)

• Bakso 食

Lidia san wa bakso o tabemasu. Nona Lidia makan bakso. b) Jidoushibun (kalimat intransitif)

• 雨 降

Ame ga furimasu. Hujan turun.


(40)

a) I – keiyoushi (adjektive – I)

• 重い

Kono kaban ga omoi desu. Tas itu berat.

b) Na – keiyoushi (adjektive – Na)

• あ 人 ンサ

Ano hito wa hansamu desu. Orang itu ganteng.

3) Meishibun (kalimat nomina)

• Toba湖 い

Toba ko wa totemo kirei desu. Danau Toba sangat indah. b. Berdasarkan pada jumlah klausanya

1) Tanbun (kalimat tunggal)

• 私 北ス 大学 日 語 勉強

Watashi wa kita sumatora daigaku de nihon go o benkyoushimasu.

Saya belajar bahasa Jepang di Universitas Sumatera Utara. 2) Fukubun (kalimat majemuk), di dalamnya terdapat:

a) Shusetsu (klausa utama)

• 頭 痛い 行


(41)

Karena sakit kepala, tidak pergi kemana – mana. b) Juusetsu (klausa tambahan)

• 頭 痛い 行

Atama ga itai desukara, doko e ikimasen.

Karena sakit kepala, tidak pergi kemana – mana. c) Seibunsetsu (klausa pelengkap)

• 私 先週 ー

い 見

Watashi wa senshuu Gramedia de Ramah san ga megane o kaketeita no wo mimashita.

Minggu lalu saya melihat ramah yang memakai kaca mata di Gramedia.

Kalimat berdasarkan pada makna terbagi atas:

1. Kalimat dari segi isi 意味的内容 ’imiteki – naiyou’ terbagi atas:

a. Kalimat yang menyatakan keadaan 状態文 ’joutaibun’

• 北ス 大学 大 い大学

Kita Sumatora daigaku ga ookii daigaku desu.

Universitas Sumatera Utara adalah universitas yang besar. b. Kalimat yang menyatakan aktivitas 動 文 ‘ugoki no bun’


(42)

Watashi wa ronbun o kaiteiru tokoro desu. Saya sedang menulis skripsi.

2. Kalimat dari segi fungsi 伝 的機能 ‘dentatsuteki – naiyou’

terbagi atas:

a. Kalimat perintah 働 文 ‘hataraki – kake no bun’

Kalimat perintah adalah kalimat yang berfungsi untuk menyampaikan keinginan kepada lawan bicara agar melakukan sesuatu. Di dalamnya terkandung kalimat yang berfungsi untuk menyatakan:

1) Perintah 命令 ‘meirei’

• 立 い!

Tatte nasai! Silahkan berdiri! 2) Larangan 禁止 ‘kinshi’

• 食 !

Taberuna! Jangan makan! 3) Permohonan 依頼 ‘irai’

• コ わ い い!


(43)

Tolong jangan merokok! 4) Ajakan 勧誘 ‘kannyuu’

• 一緒 食 !

Isshouni tabemasenka!

Mari makan bersama – sama.!

b. Kalimat yang menyatakan maksud/ keinginan 意思願望 表出

‘ishi/ ganbou no hyoushutsubun’

Kalimat yang menyatakan maksud/ keinginan adalah kalimat yang menyatakan harapan pembicara, tetapi diutarakan hanya kepada diri sendiri bukan orang lain. Di dalamnya terkandung kalimat yang menyatakan:

1) Maksud atau hasrat 意思 ‘ishi’

• 今年 頑張 う

Kotoshi mo ganbarou.

Tahun ini saya harus bekerja keras. 2) Keinginan 希望 ‘kibou’

• 去年 日 行 い

Kyou nen, ni hon e ikitai desu. Tahun ini ingin pergi ke Jepang. 3) Harapan 願望‘ganbou’


(44)

• あ 試験 合格 !

Ashita shiken o gokaku ni narimasu! Mudah – mudahan ujian besok lulus. c. Kalimat berita 述 立 文 ‘nobetate no bun’

Kalimat berita berfungsi untuk menyampaikan informasi dari pembicara pada lawan bicara. Di dalamnya terkandung kalimat yang menyatakan:

1) Kalimat untuk menyampaikan informasi baru 現象描写文

‘genshou – byounshabun’

• う 妹 新 い携帯電話 買い

Kinou, imouto wa atarashii keitai denwa o kaimashita. Kemarin adik saya membeli HP baru.

2) Kalimat yang berisi suatu keputusan atau kepastian 断文

‘handanbun’

• いい尾先生 日 人

Iio sensei wa ni hon jin desu. Bapak Iio adalah orang Jepang. d. Kalimat tanya問い 文 ‘toikake no bun’

Kalimat tanya adalah kalimat yang digunakan untuk meminta informasi dari lawan bicara tentang hal yang tidak atau belum


(45)

diketahui, untuk menghilangkan keraguan pembicara terhadap sesuatu hal. Di dalamnya terkandung kalimat yang menyatakan: 1) Pertanyaan 問い 文 ‘toikake no bun’

• 赤い い

Kono akai kaban wa ikura desuka? Tas merah itu harganya berapa?

2) Keragu – raguan 疑い 文 ‘utagai no bun’

• 先生 来

Sensei wa, kurukashira desu. Dosen datang ga ya?

3) Ekspresi emosi 感嘆 表 文 ‘kantan o arawasu bun’

• うわ ンサ !

Uwa, hansamu da! Wah, gantengnya!


(46)

BAB III

ANALISIS KONTRASTIF KATA KETERANGAN BAHASA INDONESIA DAN KATA KETERANGAN BAHASA JEPANG DITINJAU DARI

SINTAKSIS

Berdasarkan uraian dan penjelasan pada bab 2 penulis akan membuat analisis kontrastif antara kata keterangan bahasa Indonesia dengan kata keterangan bahasa Jepang. Seperti sudah dijelaskan bahwa defenisi dari analisis kontrastif adalah suatu kajian tentang perbandingan unsur – unsur yang dapat dilihat dari sudut perbedaan dan persamaan pada dua bahasa atau lebih yang dijadikan objek perbandingan. Meskipun bahasa Indonesia dan bahasa Jepang berada pada rumpun yang berbeda, akan terdapat beberapa persamaan pada kata keterangan bahasa Indonesia dan kata keterangan bahasa Jepang. Namun dalam analisis kontrastif akan lebih diutamakan perbedaan atau ketidaksamaan yang mencolok antara bahasa yang menjadi objek penelitian.

3.1 Analisis Kata Keterangan Bahasa Indonesia dan Kata Keterangan Bahasa Jepang ditinjau dari Segi Jenisnya

Pada bab 2 telah diuraikan bebrapa jenis dari kata keterangan bahasa Indonesia dan kata keterangan bahasa Jepang. Kata keterangan bahasa Indonesia


(47)

dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu, kata keterangan yang menerangkan keseluruhan kalimat dan kata keterangan yang menerangkan unsur kalimat. Sedangkan kata keterangan bahasa Jepang dapat dibagi atas tiga jenis yaitu, Jotai no fukushi, teido no fukushi dan chinjutsu no fukushi. Kemudian dari kedua jenis kata keterangan bahasa Indonesia dan kata keterangan bahasa Jepang tersebut, akan dianalisis melalui contoh – contoh berdasarkan sintaksis untuk memperoleh persamaan dan perbedaan dari kedua bahasa.

3.1.1 Kata Keterangan Bahasa Indonesia

Kata keterangan bahasa Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Kata keterangan yang menerangkan keseluruhan kalimat.

Kata keterangan yang termasuk kata keterangan ini berfungsi untuk menyatakan:

a. Kepastian, yaitu kata – kata memang, pasti dan tentu. Contoh:

1) Mereka itu memang anak – anak jalanan.

2) Ibu pasti akan selalu membantu anak – anaknya.

Kata keterangan memang berfungsi untuk menyatakan ‘kepastian dan pembenaran’ digunakan di depan kalimat atau dapat juga di bagian belakang kalimat yang menduduki fungsi subjek. Dan kata keterangan pasti berfungsi untuk menyatakan ‘kepastian’ lazimnya digunakan di depan predikat atau bisa juga pada awal kalimat. b. Keraguan atau kesangsian, yaitu kata – kata barangkali, mungkin,


(48)

Contoh:

1) Kakak mungkin melupakan surat di atas meja itu. 2) Ibu rupanya marah kepadaku.

Kata keterangan mungkin berfungsi untuk menyatakan ‘ketidakpastian’ lazim digunakan pada awal kalimat, dapat juga di tengah atau pada akhir kalimat. Dan kata keterangan rupanya berfungsi untuk menyatakan ‘keraguan’ lazim digunakan pada awal kalimat atau di depan predikat.

c. Harapan, yaitu kata – kata semoga, moga – moga, mudah – mudahan dan hendaknya.

Contoh:

1) Semoga kalian lulus dengan nilai yang bagus. 2) Ayah hendaknya tidak terlambat menjemput ibu.

Kata keterangan semoga dan hendaknya berfungsi untuk menyatakan ‘harapan’ lazim digunakan pada awal kalimat, di depan predikat atau pada posisi akhir kalimat.

d. Frekuensi, yaitu kata – kata seringkali, sekali – kali, sesekali, acapkali dan jarang.

Contoh:

1) Seringkali kota Medan mengalami kemacetan.

2) Kami sesekali mengunjungi tempat – tempat bersejarah.

Kata keterangan seringkali berfungsi untuk menyatakan ‘suatu peristiwa telah berulang – ulang terjadi’ lazim digunakan pada awal kalimat. Dan kata keterangan sesekali berfungsi untuk


(49)

menyatakan ‘jarang terjadi’ lazim digunakan pada awal kalimat atau di depan predikat.

2. Kata Keterangan yang menerangkan Unsur Kalimat

Kata – kata yang termasuk kata keterangan ini berfungsi untuk menyatakan:

a. Waktu, yaitu kata – kata sudah, telah, sedang, lagi, tengah, akan, belum, masih, baru, pernah dan sempat.

Contoh:

1) Murid – murid sedang mempraktekkan pelajaran wirausaha. 2) Dia belum tahu kabar dari ayahnya.

Kata keterangan sedang berfungsi untuk menyatakan bahwa ‘suatu pekerjaan atau peristiwa sedang berlangsung’ digunakan di depan kata kerja. Dan kata keterangan belum berfungsi untuk menyatakan:

ƒ ‘suatu peristiwa belum terjadi’ digunakan di depan kata kerja. ƒ ‘suatu keadaan belum terjadi’ digunakan di depan kata sifat. 3) Pohon itu belum besar.

b. Sikap batin, yaitu kata – kata ingin, mau, hendak, suka dan segan. Contoh:

1) Saya ingin pergi ke Jepang.

2) Ibu hendak menanam bunga mawar itu.

Kata keterangan ingin berfungsi untuk menyatakan ‘kehendak batin’ digunakan di depan kata kerja dan kata keterangan hendak berfungsi untuk menyatakan ‘keinginan batin’ digunakan di depan kata kerja.


(50)

c. Perkenan, yaitu kata – kata boleh, wajib, mesti, harus, jangan dan dilarang.

Contoh:

1) Saya harus menyerahkan laporan ini sebelum lusa. 2) Jangan letakkan benda tajam itu di situ.

Kata keterangan harus berfungsi untuk menyatakan ‘keharusan’ digunakan di depan kata kerja dan kata keterangan jangan berfungsi untuk menyatakan ‘larangan’ digunakan di depan kata kerja.

d. Frekuensi, yaitu kata – kata jarang, sering, sekali, dua kali. Contoh:

1) Kakak jarang membersihkan motornya. 2) Pak Nandi sering memberikan tugas.

Kata keterangan jarang berfungsi untuk menyatakan ‘suatu pekerjaan atau peristiwa tidak sering terjadi’ digunakan di depan kata kerja dan kata keterangan sering berfungsi untuk menyatakan ‘suatu pekerjaan atau perbuatan acapkali terjadi’ digunakan di depan kata kerja.

e. Kualitas, yaitu kata – kata sangat, amat, sekali, lebih, paling, kurang, cukup.

Contoh:

1) Nilai ujian adik sangat bagus. 2) Kakek sangat merindukan nenek.

Kata keterangan sangat berfungsi untuk menyatakan:

ƒ ‘suatu keadaan tidak ada yang melebihi tarafnya atau derajatnya’ digunakan di depan kata sifat, tetapi juga dapat digunakan di depan


(51)

kata kerja berimbuhan yang kata dasarnya adalah kata sifat, seperti pada contoh 2).

3) Saya paling suka semur ayam kampung. 4) Berita itu paling mengecewakan bagi ayah. Kata keterangan paling digunakan dengan aturan:

ƒ Untuk menyatakan ‘keadaan yang tertinggi derajatnya bila dibandingkan dengan yang lainnya’ digunakan di depan kata sifat. ƒ Untuk menyatakan ‘pekerjaan yang tertinggi derajat penilaiannya’

digunakan di depan kata kerja berimbuhan yang kata dasarnya adalah kata sifat.

f. Kuantitas, yaitu kata – kata banyak, sedikit, kurang, cukup, semua, beberapa, seluruh, sejumlah, sebagian, separuh, kira – kira, sekitar, kurang lebih, para dan kaum.

Contoh:

1) Kakek banyak bercerita tentang peperangan. 2) Ada beberapa buku yang hilang.

Kata keterangan banyak berfungsi untuk menyatakan ‘suatu perbuatan memadai pelaksanaanya’ digunakan di depan kata kerja dan kata keterangan beberapa berfungsi untuk menyatakan ‘kelompok atau kumpulan yang jumlahnya tidak banyak’ digunakan di depan kata benda terhitung.

g. Penyangkalan, yaitu kata – kata tidak, tak, tiada dan bukan. Contoh:


(52)

2) Kampus saya tidak jauh dari sini.

Kata keterangan tidak berfungsi untuk menyatakan ‘ingkar’ digunakan di depan kata kerja dan kata sifat.

h. Pembatasan, yaitu kata – kata hanya dan Cuma Contoh:

1) Hanya Ibu yang bisa mengerti masalah ini. 2) Cuma memasak yang menjadi keahlian kakak.

Kata keterangan hanya dan cuma berfungsi untuk menyatakan ‘pembatasan terhadap kata yang diikuti’ digunakan di depan kata benda atau kata kerja.

3.1.2 Kata Keterangan Bahasa Jepang

Kata keterangan Bahasa Jepang dibagi tiga, yaitu: 1. Jotai no Fukushi

Kata keterangan yang termasuk jotai no fukushi ini antara lain: a. Jotai no fukushi yang menunjukkan keadaan

Contoh:

1) 話 い

Yukkuri hanashite kudasai. (Minna no Nihongo I) Tolong bicara pelan - pelan.

2) 聞 え 大 い声 話 い

Hakkiri kikoemasenkara, ookii koe de hanashite kudasai. (Minna no Nihongo II)


(53)

Karena tidak dapat mendengar, tolong bicara dengan suara yang keras.

b. Jotai no fukushi yang menunjukkan waktu Contoh:

1) 眠い 車 止 寝

Nemui toki, kuruma wo tomete, shibaraku nemasu. (Minna no Nihongo II)

Kalau mengantuk, saya menghentikan mobil dan tidur sebentar.

2)

Shibaraku machimashita. (Skripsi Ade Iriani) Sudah lama menunggu.

2. Teido no Fukushi

a. Menerangkan adjektiva – i Contoh:

1) 今年 い 寒い

Kotoshi wa taihen samui desu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)

Tahun ini sangat dingin.

2) 井戸 い 深い

Kono ido wa zuibun fukai desu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)


(54)

Sumur itu cukup dalam. b. Menerangkan adjektiva – na

Contoh:

1) あ 人 親

Ano hito wa mattaku shinsetsu desu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)

Orang itu benar – benar ramah.

2) 字引 便利

Sono jibiki wa kanari benri desu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)

Kamus itu cukup praktis. c. Menerangkan verba

Contoh:

1) あ 子 英語

Ano ko wa ei go ga kanari dekimasu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)

Anak perempuan itu lumayan bisa bahasa Inggris.

2) 行 交番 あ

Sukoshi iku to kouban ga arimasu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)


(55)

3. Jujutsu no Fukushi/ Chinjutsu no Fukushi

a. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan negatif (uchikeshi)

Contoh:

1) 失敗

Kesshite shippai shimasen. (Gramatika Bahasa Jepang Modern) Sama sekali tidak gagal.

2) う い勝

Toutei kattemasen.(Gramatika Bahasa Jepang Modern) Sama sekali tidak menang.

b. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan harapan, keinginan atau perintah (ganmou/kibou)

Contoh:

1) ひ僕 教え い

Zehi boku ni oshiete kudasai. (Gramatika Bahasa Jepang Modern) Benar – benar tolong ajari saya.

2) う い

Douka osuwari kudasai.(Gramatika Bahasa Jepang Modern) Silahkan duduk.

c. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan larangan (kinshi)


(56)

1) う 言い

Danjite uso wa iimasen.(Gramatika Bahasa Jepang Modern) Pasti yang dikatakannya itu bohong.

2)

Korekara kesshite namakemasen. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)

Mulai sekarang sekalipun tidak malas.

d. Chijutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan perkiraan atau sangkaan (suiryo)

Contoh:

1) 彼 来 い う

Kare wa tabun konai deshou. (Gramatika Bahasa Jepang Modern) Dia mungkin tidak datang.

2) 君 行 い う

Masaka kimi wa ikanai darou.(Gramatika Bahasa Jepang Modern) Masa iya saya tidak datang.

e. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan perumpamaan (tatoe)

Contoh:

1) う う

Choudo daruma san no youdesu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)


(57)

Persis seperti nona Darma.

2) う

Marude yume no youdesu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern) Seolah – olah seperti mimpi.

f. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan perkiraan negatif (uchi keshi suiryo)

Contoh:

1) 僕 思う い

Masaka boku ga shita to wa omou mai desu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)

Saya pikir lebih baik jangan saya yang melakukan.

2) 死 い う

Yomoya shini hashinai deshou. (Skripsi Ade Iriani) Tidak mungkin ada orang yang tidak mati.

g. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan keputusan, kesimpulan atau kepastian (dantei)

Contoh:

1) 彼 来

Kare wa kanarazu kimasu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern) Dia pasti datang.

2) 僕 行


(58)

Pasti saya pergi.

h. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan pertanyaan (gimon)

Contoh:

1) う う 学校 休

Kinou wa doushite gakkou wo yasumimashita ka? (Gramatika Bahasa Jepang Modern)

Kenapa kemarin sekolah libur?

2) 掛 い う

Naze konna ni kakenai no darou desuka. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)

Kenapa tidak digantung seperti ini?

i. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan pengandaian (katei)

Contoh:

1) 雨 降

Moshi ame ga futtara yamemasu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)

Seandainya hujan berhenti.

2) 休 う 連絡

Moshi yasumu you nara renrakushimasu. (Skripsi Ade Iriani) Kalau ada waktu luang saya akan hubungi.


(59)

3.1.3 Analisa

1. Kata Keterangan Bahasa Indonesia

1) Dari contoh kalimat 3.1.1 (1) bagian (a) pada (1) dan (2) dapat kita lihat bahwa kata keterangan memang dan pasti merupakan perwakilan kata – kata keterangan yang menyatakan kepastian, digunakan sebagai kata keterangan yang menerangkan keseluruhan kalimat. Kemudian urutan kata keterangan tersebut dapat diletakkan di depan kalimat atau dapat juga di belakang bagian kalimat yang menduduki fungsi subjek. Fungsi kata keterangan memang dan pasti ialah untuk menyatakan ‘kepastian dan pembenaran’. 2) Dari contoh kalimat 3.1.1 (1) bagian (b) pada (1) dan (2) dapat kita lihat

bahwa kata keterangan mungkin dan rupanya merupakan perwakilan kata – kata keterangan keraguan atau kesangsian, digunakan sebagai kata keterangan yang menerangkan keseluruhan kalimat. Kemudian urutan kata keterangan tersebut dapat diletakkan di awal, di tengah, atau pada akhir kalimat. Fungsi kata keterangan mungkin dan rupanya ialah untuk menyatakan ‘ketidakpastian dan keraguan’.

3) Dari contoh kalimat pada 3.1.1 (1) bagian (c) pada (1) dan (2) dapat kita lihat bahwa kata keterangan semoga dan hendaknya merupakan perwakilan kata – kata keterangan yang menyatakan harapan, digunakan sebagai kata keterangan yang menerangkan keseluruhan kalimat. Kemudian urutan kata keterangan tersebut dapat diletakkan di awal kalimat, di akhir kalimat serta di depan predikat. Fungsi kata keterangan semoga dan hendaknya ialah untuk menyatakan ‘harapan’.


(60)

4) Dari contoh kalimat 3.1.1 (1) bagian (d) pada (1) dan (2) dapat kita lihat bahwa kata keterangan seringkali dan sesekali merupakan perwakilan kata – kata keterangan yang menyatakan frekuensi, digunakan sebagai kata keterangan yang menerangkan keseluruhan kalimat. Kemudian urutan kata keterangan tersebut di letakkan di awal kalimat atau di depan predikat. Fungsi kata keterangan seringkali ialah untuk menyatakan ‘suatu peristiwa telah berulang – ulang terjadi’ sedangkan fungsi kata keterangan sesekali ialah untuk menyatakan ‘jarang terjadi’.

5) Dari contoh kalimat 3.1.1 (2) bagian (a) pada (1) dan (2) dapat kita lihat bahwa kata keterangan sedang dan belum merupakan perwakilan kata – kata keterangan yang menyatakan waktu, digunakan sebagai kata keterangan yang menerangkan unsur kalimat. Kata keterangan sedang penggunaannya dapat disamakan dengan frase endosentrik, artinya salah satu komponen unsurnya dapat menggantikan kedudukannya. Kemudian urutan kata keterangan tersebut dapat diletakkan di depan kata kerja dan kata keterangan belum selain diletakkan di depan kata kerja juga dapat diletakkan di depan kata sifat. Fungsi kata keterangan sedang ialah untuk meyatakan ‘suatu peristiwa sedang berlangsung’ dan fungsi kata keterangan belum ialah untuk menyatakan ‘suatu peristiwa yang belum terjadi’.

6) Dari contoh 3.1.1 (2) bagian (b) pada (1) dan (2) dapat kita lihat bahwa kata keterangan ingin dan hendak merupakan perwakilan kata – kata keterangan yang menyatakan sikap batin, digunakan sebagai kata keterangan yang menerangkan unsur kalimat. Kemudian urutan kata keterangan tersebut


(61)

dapat diletakkan di depan kata kerja. Fungsi kata keterangan ingin dan hendak ialah untuk menyatakan ‘kehendak batin’.

7) Dari contoh 3.1.1 (2) bagian (c) pada (1) dan (2) dapat kita lihat bahwa kata keterangan harus dan jangan merupakan perwakilan kata – kata keterangan yang menyatakan perkenan, digunakan sebagai kata keterangan yang menerangkan unsur kalimat. Urutan kata keterangan tersebut dapat diletakkan di depan kata kerja. Kedua kata keterangan di atas memeiliki fungsi yang berlawanan. Fungsi kata keterangan harus ialah untuk menyatakan ‘keharusan’ sedangkan fungsi kata keterangan jangan ialah untuk menyatakan ‘larangan’.

8) Dari contoh 3.1.1 (2) bagian (d) pada (1) dan (2) dapat kita lihat bahwa kata keterangan jarang dan sering merupakan perwakilan kata – kata keterangan yang menyatakan frekuensi, digunakan sebagai kata keterangan yang menerangkan unsur kalimat. Urutan kata keterangan tresebut dapat diletakkan di depan kata kerja. Kedua kata keterangan di atas memiliki fungsi yang berlawanan meskipun berada pada satu jenis. Fungsi kata keterangan jarang ialah untuk menyatakan ‘suatu pekerjaan atau peristiwa tidak sering terjadi’ sedangkan fungsi kata keterangan sering ialah untuk meyatakan ‘suatu pekerjaan atau perbuatan acapkali terjadi’.

9) Dari contoh 3.1.1 (2) bagian (e) pada (1) dan (2) dapat kita lihat bahwa kata keterangan sangat merupakan perwakilan kata – kata keterangan yang menyatakan kualitas, digunakan sebagai kata keterangan yang menerangkan unsur kalimat. Urutan kata keterangan tersebut dapat diletakkan di depan kata sifat dan dapat juga diletakkan di depan kata kerja berimbuhan yang


(62)

kata dasarnya adalah kata sifat. Fungsi kata keterangan sangat ialah untuk menyatakan ‘keadaan yang tertinggi derajatnya bila dibandingkan dengan yang lain’.

10) Dari contoh 3.1.1 (2) bagian (f) pada (1) dan (2) dapat kita lihat bahwa kata keterangan banyak dan beberapa merupakan perwakilan kata – kata keterangan yang menyatakan kuantitas dan jumlah, digunakan sebagai kata keterangan yang menerangkan unsur kalimat. Urutan kata keterangan banyak dapat diletakkan di depan kata kerja sedangkan urutan kata keterangan beberapa dapat diletakkan di depan kata benda terhitung. Fungsi kata keterangan banyak ialah untuk menyatakan ‘suatu perbuatan memadai pelaksanaannya’ dan fungsi kata keterangan beberapa ialah untuk menyatakan ‘kelompok atau kumpulan yang jumlahnya tidak banyak’.

11) Dari contoh 3.1.1 (2) bagian (g) pada (1) dan (2) dapat kita lihat bahwa kata keterangan tidak merupakan perwakilan kata – kata keterangan yang menyatakan penyangkalan, digunakan sebagai kata keterangan yang menerangkan unsur kalimat. Kemudian urutan kata keterangan tersebut diletakkan di depan kata kerja dan kata sifat. Fungsi kata keterangan tidak ialah untuk menyatakan ‘ingkar’.

12) Dari contoh 3.1.1 (2) bagian (h) pada (1) dan (2) dapat kita lihat bahwa kata keterangan hanya dan cuma merupakan kata – kata keterangan yang menyatakan pembatasan, digunakan sebagai kata keterangan yang menerangkan unsur kalimat. Urutan kata keterangan tersebut dapat diletakkan di depan kata benda atau kata kerja. Fungsi kata keterangan


(63)

hanya dan cuma ialah untuk menyatakan ‘pembatasan terhadap kata yang diikuti’.

2. Kata Keterangan Bahasa Jepang

1) Dari contoh 3.1.2 (1) bagian (a) pada (1) dan (2) dapat kita lihat bahwa kata keterangan yukkuri dan hakkiri termasuk kata keterangan jootai no fukushi yang menunjukkan keadaan, proses atau keadaan aktivitas tersebut, kata keterangan yukkuri menerangkan verba hanasu dan kata keterangan hakkiri menerangkan verba kikoeru. Jadi, kedua kata keterangan tersebut berfungsi sebagai kata keterangan yang menerangkan verba.

2) Dari contoh 3.1.2 (1) bagian (b) pada (1) dan (2) dapat kita lihat bahwa kata keterangan shibaraku termasuk kata keterangan jootai no fukushi yang menunjukkan waktu, kata keterangan shibaraku pada kalimat I menerangkan verba neru dan pada kalimat II menerangkan verba matsu. Jadi, kedua kata keterangan tersebut berfungsi sebagai kata keterangan yang menerangkan verba yang menunjukkan waktu.

3) Dari contoh 3.1.2 (2) bagian (a) pada (1) dan (2) dapat kita lihat bahwa kata keterangan taihen dan zuibun termasuk kata keterangan teido no fukushi yang menerangkan adjektiva – i, kata keterangan taihen menerangkan adjektiva – i samui dan kata keterangan zuibun menerangkan adjektiva – i fukai. Jadi, kedua kata keterangan tersebut berfungsi sebagai kata keterangan yang menerangkan adjektiva – i.

4) Dari contoh 3.1.2 (2) bagian (b) pada (1) dan (2) dapat kita lihat bahwa kata keterangan mattaku dan kata keterangan kanari termasuk kata keterangan


(64)

teido no fukushi yang menerangkan adjektiva – na, kata keterangan mattaku menerangkan adjektiva – na shinsetsu dan kata keterangan kanari menerangkan adjektiva – na benri. Jadi, kedua kata keterangan tersebut berfungsi sebagai kata keterangan yang menerangkan adjektiva – na.

5) Dari contoh 3.1.2 (2) bagian (c) pada (1) dan (2) dapat kita lihat bahwa kata keterangan kanari dan kata keterangan sukoshi termasuk kata keterangan teido no fukushi yang menerangkan verba. Kata keterangan kanari menerangkan verba dekiru dan kata keterangan sukoshi menerangkan verba iku. Jadi, kata keterangan tersebut berfungsi sebagai kata keterangan yang menerangkan verba.

6) Dari contoh 3.1.2 (3) bagian (a) pada (1) dan (2) dapat kita lihat bahwa kata keterangan keshite dan totei termasuk kata keterangan chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan negatif. Kata keterangan keshite berpasangan dengan verba suru dan kata keterangan totei berpasangan dengan verba katsu. Jadi kata keterangan tersebut berfungsi sebagai kata keterangan yang menerangkan verba yang diikuti dengan pernyataan negatif.

7) Dari contoh 3.1.2 (3) bagian (b) pada (1) dan (2) dapat kita lihat bahwa kata keterangan zehi dan douka termasuk kata keterangan chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan harapan, keinginan atau perintah. Kata keterangan zehi menerangkan verba oshieru dan kata keterangan douka menerangkan verba osuwari. Jadi, kata keterangan tersebut berfungsi sebagai kata keterangan yang menerangkan verba yang diikuti pernyataan harapan atau keinginan.


(65)

8) Dari contoh 3.1.2 (3) bagian (c) pada (1) dan (2) dapat kita lihat bahwa kata keterangan danjite dan kata keterangan keshite termasuk kata keterangan chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan larangan. Kata keterangan danjite menerangkan verba iu dan kata keterangan keshite menerangkan verba namakeru. Jadi, kedua fungsi kata keterangan tersebut berfungsi sebagai kata keterangan yang menerangkan verba yang diikuti pernyataan larangan.

9) Dari contoh 3.1.2 (3) bagian (d) pada (1) dan (2) dapat kita lihat bahwa kata keterangan tabun dan masaka termasuk kata keterangan chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan perkiraan atau sangkaan. Kata keterangan tabun menerangkan verba kuru dan kata keterangan masaka menerangkan verba iku. Jadi, kedua kata keterangan tersebut berfungsi sebagai kata keterangan yang menerangkan verba yang diikuti pernyataan perkiraan atau sangkaan.

10) Dari contoh 3.1.2 (4) bagian (e) pada (1) dan (2) dapat kita lihat bahwa kata keterangan choudo dan marude termasuk kata keterangan chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan perumpamaan. Kata keterangan choudo menerangkan nomina daruma san dan kata keterangan marude menerangkan nomina yume . Jadi, kedua kata keterangan tersebut berfungsi sebagai kata keterangan yang menerangkan nomina yang diikuti pernyataan perumpamaan.

11) Dari contoh 3.1.2 (3) bagian (f) pada (1) dan (2) dapat kita lihat bahwa kata keterangan masaka dan yomoya termasuk kata keterangan chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan perkiraan negatif. Kata


(66)

keterangan masaka menerangkan verba omou dan kata keterangan yomoya menerangkan verba shinu. Jadi, kedua kata keterangan tersebut berfungsi sebagai kata keterangan yang menerangkan verba yang diikuti dengan pernyataan perkiraan negatif.

12) Dari contoh 3.1.2 (3) bagian (g) pada (1) dan (2) dapat kita lihat bahwa kata keterangan kanarazu dan mochiron termasuk kata keterangan chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan keputusan, kesimpulan atau kepastian. Kata keterangan kanarazu menerangkan verba kuru dan kata keterangan mochiron menerangkan verba iku. Jadi, kedua kata keterangan tersebut berfungsi sebagai kata keterangan yang menerangkan verba yang diikuti pernyataan keputusan, kesimpulan atau keputusan.

13) Dari contoh 3.1.2 (3) bagian (h) pada (1) dan (2) dapat kita lihat bahwa kata keterangan doushite dan naze termasuk kata keterangan chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan pertanyaan. Kata keterangan doushite menerangkan verba yasumu dan kata keterangan naze menerangkan verba kakeru. Jadi kata keterangan doushite dan kata keterangan naze berfungsi menerangkan verba yang diikuti pernyataan pertanyaan.

14) Dari contoh 3.1.2 (3) bagian (i) pada (1) dan (2) dapat kita lihat bahwa kata keterangan moshi termasuk kata keterangan chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan pengandaian. Kata keterangan moshi menerangkan verba furu dan verba yasumu. Jadi kedua kata keterangan tersebut berfungsi sebagai kata keterangan yang menerangkan verba yang diikuti dengan pernyataan pengandaian.


(67)

Dari hasil analisa contoh – contoh kata keterangan di atas dapat diketahui bagaimana persamaan dan perbedaan kata keterangan bahasa Indonesia dan bahasa Jepang.

1. Kata Keterangan Bahasa Indonesia

1) Kata – kata keterangan dalam bahasa Indonesia dapat menerangkan keseluruhan kalimat dan unsur – unsur kalimat. Kata – kata keterangan yang menerangkan keseluruhan kalimat yaitu kata – kata keterangan tersebut apabila diletakkan di awal, di tengah atau di akhir kalimat tetap memberikan arti kepada keseluruhan kalimat.

2) Kata – kata keterangan yang menerangkan unsur kalimat yaitu kata – kata keterangan yang letaknya harus berdekatan dengan unsur – unsur kalimat tersebut, seperti kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), kata benda (nomina), dan kata bilangan (numerilia), apabila letaknya berjauhan dengan kata yang diterangkannya maka kata keterangan tersebut mengalami kerancuan makna.

3) Kata – kata keterangan dalam bahasa Indonesia baik yang menerangkan keseluruhan kalimat maupun yang menerangkan unsur – unsur kalimat telah memiliki ketentuan letak tertentu. Meskipun terkadang kata keterangan tersebut dapat diletakkan di awal, di tengah, dan di akhir, tetapi tidak semua memiliki ketentuan yang sama. Apabila kata keterangan tersebut diletakkan secara sembarang dalam sebuah kalimat maka kalimat tersebut akan mengalami kerancuan makna.

4) Dalam beberapa contoh kata keterangan bahasa Indonesia khususnya kata keterangan yang menerangkan keseluruhan kalimat, contoh – contoh


(68)

kalimat tersebut tidaklah mengikuti aturan sintaksis. Meskipun di dalam bahasa Indonesia urutan kata merupakan hal yang sangat penting, tetapi dalam hal ini kalimat tersebut masih dapat dipahami makna gramatikalnya. 5) Banyak contoh kalimat kata keterangan bahasa Indonesia yang terbentuk

hanya sebuah klausa, artinya kalimat – kalimat tersebut hanya memiliki fungsi sebagai subjek atau predikat saja, kontruksi yang harus ada dalam sebuah klausa. Kemudian disebabkan oleh unsur kalimat yang tidak lengkap, maka kalimat – kalimat yang terbentuk hanya sebuah kalimat minor.

2. Kata Keterangan Bahasa Jepang

1) Kata – kata keterangan bahasa Jepang apabila dilihat dari segi jenis maka penggunaannya lebih spesifik. Artinya, kata keterangan tersebut hanya bisa menerangkan verba saja, nomina saja atau adjektif saja. Seperti pada jenis teido no fukushi. Kata keterangan yang termasuk di dalamnya hanya berfungsi sebagai kata yang menerangkan adjektif saja atau verba saja.

2) Kata – kata keterangan bahasa Jepang apabila dilihat dari jenis chinjutsu no fukushi , maka penggunaan kata – kata keterangan tersebut harus berpasangan dengan pernyataan tertentu yang telah ditetapkan jenis – jenisnya. Apabila tidak mengikuti aturan tersebut maka kata keterangan yang digunakan tidak dipahami maknanya.

3) Contoh – contoh kalimat dalam bahasa Jepang termasuk jenis jutsugobun, yaitu kalimat yang berkontruksi predikatif. Apabila dilihat berdasarkan


(69)

klausa maka contoh – contoh kalimat tersebut termasuk tanbun, yaitu jenis kalimat tunggal.

3.2 Analisis Kata Keterangan Bahasa Indonesia dan Kata Keterangan Bahasa Jepang ditinjau dari Segi Fungsinya

3.2.1 Kata Keterangan Bahasa Indonesia

a. Kata keterangan yang berfungsi menerangkan kata kerja (verba) Contoh:

1) Ibu sering memasak makanan kesukaanku. 2) Jangan duduk di situ!

b. Kata keterangan yang berfungsi menerangkan kata sifat (adjektiva) Contoh:

1) Dekorasi pelaminan itu cantik sekali. 2) Adik lebih tinggi dari pada aku.

c. Kata keterangan yang berfungsi menerangkan kata benda (nomina) Contoh:

1) Cuma dia yang bersimpati padaku.

2) Sebagian penduduk mengungsi karena bencana longsor itu.

d. Kata keterangan yang berfungsi menerangkan kata bilangan (numerilia) Contoh:

1) Peserta lomba pidato itu kurang lebih empat puluh lima orang. 2) Harga tiket konser itu sekitar seratus ribu rupiah.


(70)

3.2.2 Kata Keterangan Bahasa Jepang

a. Kata keterangan yang berfungsi menerangkan kata kerja (doushi) Contoh:

1) ほ あ 欠席

Honda san wa amari kesseki shimasen. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)

Saudara Honda tidak begitu sering absen.

2) 行 交番 あ

Sukoshi iku to kouban ga arimasu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern)

Jalan sedikit saja kemudian ada pos polisi.

b. Kata keterangan yang berfungsi menerangkan kata sifat (adjektiva-na dan adjektiva-i)

Contoh:

1) 今日 暑い

Kyou wa sukoshi atsui desu. (Gramatika Bahasa Jepang Modern) Hari ini sedikit panas.

2) 海 い 深い

Kono umi wa zuibun fukai. (Gramatika Bahasa Jepang Modern) Laut itu cukup dalam.

c. Kata keterangan yang berfungsi menerangkan kata keterangan lain (adverbia)


(1)

keterangan yaitu kata keterangan bahasa Indonesia dan kata keterangan bahasa Jepang diperlukan pemahaman yang dalam mengenai kedua bahasa tersebut.

2) Baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Jepang jumlah kata keterangan sangatlah banyak, agar penggunaannya mudah dipahami dalam kalimat, maka haruslah benar – benar diperhatikan pemakaian kata, struktur kalimat dan pemakaian tanda baca. Kesalahan dalam penggunaan kata keterangan mengakibatkan kerancuan arti dan maksud.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal – Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya : Erlangga University Press.

Chaer, Abdul. 1998. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.

2003. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta.

Hs, Widjono. 2005. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian

Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Jakarta: Balai Pustaka.

Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende – Flores : Nusa Indah. 1996. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta : PT. Gramedia.

Minna no Nihongo I

日 語

.2006. Surabaya: IMA Foundation

Press.

Minna no Nihongo II

日 語

.2005. Surabaya: PT. Pustaka Lintas

Budaya.

Moleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.


(3)

Muhibbah. 2003. Analisis Kontrastif Kata Sambung Bahasa Indonesia dan

Setsuzokushi Bahasa Jepang Ditinjau dari Sintaksis. (Skripsi). Medan :

Fakultas Sastra. Jurusan Sastra Jepang Ekstensi.

Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada University.

Nomura, Masaaki. 1992.

日 語 辞典

(Nihongo no Jiten: Kamus Bahasa

Jepang). Seiji Koike.

Ramlan, M. 1995. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta : CV. Karyono. Situmorang, Hamzon. 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Medan : USU

Press.

Sudjianto. 2004. Gramatika Bahasa Jepang Modern Seri A. Bekasi : Kesaint Blanc.

Sudjianto dan Ahmad Dahidi. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta : Kesaint Blanc.

Sutedi, Dedi. 2003. Dasar – dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung : Humaniora Utama Press (HUP).


(4)

要旨

統語論

見 日 語 副詞

ン ネシ 語

KATA

KETERANGAN

比較

コ ュニ ーション 言う 各人 ンフォー ーション 伝え

関係 形 あ ンフォー ーション 伝え

各人 言語 使うわ あ 一番大 言語 通

他人 あ 外国語 外国語

勉強 い 人々 多

各国 使 い 言語 い い 文法 い 例え

ン ネシ 語 日 語 う文法 あ ン ネシ 語 日

語 副詞 閑 対照言語学い う い 調査 目的 類似い 相

見 あ

う い


(5)

中 最後 置 機能 全文章 説明 あ 元素

文章 説明 副詞 文章 説明 言葉 い 置 機能

元素 文章 説明 あ

日 語 中 副詞 い 状態 副

詞 程 副詞 特 言い方 要 求う う 副詞 陳 述 副詞 あ

状態 副詞 状態 表 副詞 あ 程 副詞 いー形容詞 ー形容

詞 動詞 特 表 副詞 あ 陳述 副詞 文章 使い方 決

形 あ 例え ~ い形 ~ い形 あ

ン ネシ 語 日 語 副詞 機能 類似 あ 動詞

形容詞 詞 ほ 副詞 説明 あ 相 詞 説明

日 語 副詞 機能 あ 総計う い 方向ほう う 時間 表 詞 あ

ン ネシ 語 日 語 副詞 い 調査 結果 類似

相 見 類似 あ 文章 作 時 特


(6)

い あ 機能 い 動詞 形容詞 詞

ほ 副詞 説明 あ 副詞 一般 説明 言葉

え 置 あ

ン ネシ 語 日 語 副詞 相 ン ネシ 語 副詞

熟 語 重 複う 接辞語 作 あ 日

語 副詞 作 うえ 擬音語 擬態語い 擬声語 作

あ 後 ン ネシ 語 副詞 機能 ほ 副詞

詞 形容詞 動詞 表 い 日 語 中 副詞

表 い 詞 機能 中 時間 表 詞 あ

方向 表 総計 表 詞 あ