Kedelapan, memasukkan potongan organ dalam Eosin selama 2 menit. Kesembilan, secara berurutan memasukkan potongan
organ dalam alkohol 96 selama 2 menit, Alkohol 96, alkohol absolut III dan IV masing-masing selama 3 menit.
Terakhir, memasukkan dalam xilol IV dan V masing-masing 5 menit.
9 Mounting Setelah pewarnaan selesai, menempatkan slide di atas tisu pada
tempat datar, menetesi dengan bahan mounting yaitu kanada balsam dan tutup dengn cover glass, cegah jangan sampai
terbentuk gelembung udara. 10 Membaca slide dengan mikroskop
Slide diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 100X, 200X, atau 400X. Metode yang digunakan dengan melihat
preparat adalah prosedur Double Blinded.
Timbang berat badan tikus
K1 K2
K3 K4
K5
Tikus di adaptasikan selama 7 hari
Tikus diberi perlakuan selama 8 hari
Cekok Cekok
Cekok
Jintan hitam Jintan hitam
Jintan hitam 500 mgkgBB
1000 mgkgBB 1500 mgkgBB
Cekok I.P.
I.P. I.P.
I.P
Akuades Gentamisin 80 mgkgBB Gentamisin 80 mgkg Gentamisin 80 mgkgBB Gentamisin 80 mgkgBB
1x sehari 1x sehari
1x sehari 1x sehari
1x sehari Pada hari ke 9 dan 10
Cekok I.P.
Cekok Cekok
Cekok
Akuades
Akuades Jintan hitam
Jintan hitam Jintan hitam
500 mgkgBB 1000 mgkgBB 1500 mgkgBB
1x sehari 1x sehari
1x sehari 1x sehari
1x sehari
Tikus di narkosis dengan kloroform Lakukan Laparotomi lalu paru-paru tikus diambil
Sempel paru-paru difiksasi dengan formalin 10 Sample paru-paru dikirim ke LAB PA dan Histologi FK untuk pembuatan sediaan histopatologi
Pengamatan sediaan histopatologi dengan mikroskop
Gambar 8. Diagram alur penelitian
Setelah 2 jam
Interpretasi hasil pegamatan
F. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel
1. Identifikasi Variabel
a. Variabel independen adalah pemberian ekstrak etanol jintan hitam. b. Variabel dependen adalah gambaran histopatologi alveolus paru-paru
tikus.
2. Definisi Operasional Variabel
a. Variabel Independen Pemberian ekstrak jintan hitam dilakukan pada tikus percobaan. Tikus
percobaan yang dilakukan terbagi atas 5 kelompok percobaan. 1 Kelompok I
Tikus diberikan akuades sebanyak 0,4 ml.
2 Kelompok II Tikus diberikan gentamisin secara intraperitoneal sebanyak 0,4
ml selama 8 hari, kemudian dilanjutkan dengan pemberian 0,4 ml akuades pada hari ke-9 dan ke-10.
3 Kelompok III Tikus diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,02 ml per oral
kemudian 2 jam kemudian diberikan gentamisin secara intraperitoneal sebanyak 0,4 ml. Kedua perlakuan ini diberikan
selama 8 hari. Pada hari ke-9 dan ke-10, tikus diberikan ekstrak jintan hitam per oral sebanyak 0,02 ml.
4 Kelompok IV Tikus diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,04 ml per oral
kemudian 2 jam setelahnya diberikan gentamisin 0,4 ml secara intraperitoneal. Kedua perlakuan ini diberikan selama 8 hari.
Pada hari ke-9 dan ke-10, tikus diberikan ekstrak jintan hitam per oral sebanyak 0,04 ml.
5 Kelompok V Tikus diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,08 ml per oral
kemudian 2 jam setelahnya diberikan gentamisin 0,4 ml secara intraperitoneal. Kedua perlakuan ini diberikan selama 8 hari.
Pada hari ke-9 dan ke-10, tikus diberikan ekstrak jintan hitam sebanyak 0,08 ml per oral.
b. Variabel Dependen.
Variabel dependen adalah gambaran histopatologi alveolus paru-paru tikus, berupa edema sel alveolus. Dari setiap tikus dibuat preparat
jaringan paru, yaitu paru-paru kanan dan kiri. Preparat dibaca dalam 5 lapang pandang, yaitu pada keempat sudut dan bagian tengah preparat
menggunakan mikroskop perbesaran objektif 1000x. Sasaran yang dibaca adalah perubahan struktur pada daerah alveolus. Penilaian
kerusakan alveolus dihitung berdasarkan persentase kerusakannya Akoso dkk, 1999. Jumlah rasio kerusakan untuk 5 lapangan pandang
tiap tikus dijumlah kemudian dirata-ratakan Nurjunieva, 2006.
G. Analisis Data
Analisis data berupa variabel numerik. Untuk uji normalitas data dilakukan uji Shapiro-Wilk karena jumlah sampel 50. Berdasarkan uji normalitas, data
tidak memenuhi syarat penelitian, maka diuji dengan uji Kruskal Wallis lalu dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui kelompok mana yang
berbeda secara bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Abimosaurus. 2006. Mencit dan Tikus Putih Galur Wistar dan Sprague dawley untuk Praktikum dan Penelitian. repository.ipb.ac.id.
Achyad, D dan R. Rasyidah . 2000. Jintan Hitam Nigella sativa L. [Terhubung Berkala]. www.asiamaya.com.
Ahmad. 2012. Pulmonary Edem. ahmadkelhy.blogspot.com. Akoso, B., S. Satja., D. Sri., T. Budi., A. Margaretha. 1999. Manual Standar Metoda
Diagnosa Laboratorium Kesehatan Hewan. Jakarta : Departemen Pertanian.
Al-Saleh, I., L. Antuono., A. Moretti., G. Billedo., El-Doush. 2006. Jintan Hitam Sebagai Obat Tradisional. www.scribd.com.
Ali dan Bunden. 2003. Pharmacological and Toxicological Properties of Nigella sativa. Phytother Res 17: 299-305.
Alsaif, M. 2007. Effedct of Thymoquinone on Ethanol-Induced Hepatotoxicity in Wistar Rats. J. Med. Sci. 7 : 1164-1170.
Anonim. 2009. Jinten Hitam [Terhubung Berkala]. http:perkebunan.litbang.deptan.go.id.
Aulia, K. 2010. Perbedaan Histopatologi Alveolus antara Injeksi Hcl dengan Cairan Lambung Intratracheal pada Model Sindrom Aspirasi Paru Tikus Wistar. Semarang :
FK UNDIP.
Bayir, Y., A. Albayrak., I. Can., Y. Karagoz., A. Cakir., H. Suleyman., H. Uyanik., N. Yayla., B. Polat., E. Karakus., M. Keles. 2012. Nigella sativa As A Potential
Therapy For The Treatment Of Lung Injury Caused By Cecal Ligation And Puncture- Induced Sepsis Model In Rats. 1. Cell Mol Biol Noisy-le-grand. 2012 Jun 15;58
Suppl:OL1860-687.
Chakhravarty, N. 1993. Inhibition of Histamine Release from Mast Cells by Nigellone. Ann Allergy. 1993 Mar: 703 : 237-42.
Dahlan, M. 2009. Seri Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Uji Hipotesis dengan Menggunakan SPSS Program 12 Jam. Jakarta : Bina Mitra Press.
Dekhuijen, P. 2004. Antioxidant Properties of N-acetylcystein: Their Relevance in Relation to Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Eur Respir J. 23:629-636.
Direja. 2007. Efek Antimikroba Jintan Hitam. www.scribd.com. El-Dakhakhny, M., N. Madi ., N. Lembert ., H. Ammon. 2002. Nigella sativa oil,
nigellone and derived thymoquinone inhibit synthesis of 5-lipoxygenase products in polymorphonuclear leukocytes from rats. J of Ethnopharmacology. 81:161–164.
El-Kadi, A., O. Kandil ., A. Tabuni. 1989. Nigella sativa and cell mediated immunity. Arch AIDS Res. 1989;1:232-233.
El-Tahir, K., D. Bakeet. 2006. The Black Seed Nigella sativa Linnaeus – A Mine for Multi Cures: A Plea for Urgent Clinical Evaluation of its Volatile Oil. J T U Med Sc.
1: 1-19.
Farrag, A., K. Mahdy., G. Rahman., M. Osfor. 2007. Protective effect of Nigella sativa Seeds Against Lead Induced Hepatorenal Damage in Male Rats. Pakistan
Journal of Biological Sciences. 10: 2809-2816.
Fetoni, A., S. Eramo., R. Rolesi., D. Troiani., G. Paludetti. 2012. Antioxidant treatment with coenzyme Q-ter in prevention of gentamycin ototoxicity in an animal
model. Italy : Institute of Otolaryngology and 1 Human Physiology, Catholic University of Rome.
Eroschenko, V. 2003. Atlas Histologi Difiore dengan Korelasi Fungsional. Jakarta : EGC.
Gali-Muhtasib ,H., N. El-Najjar ., R. Schneider-Stock . 2007. The medicinal potential of black seed Nigella sativa and its components. Advances in Phytomedicine. 2:133-
153.
Gernot, K. 2009. Spice Page: Onion Seeds Nigella sativa, falsely Black Cumin or Black Caraway. Available from: http: www.unigraz.
Gilani, A., Q. Jabeen., M. Asad. 2004. A Review of Medicinal Uses and Pharmacological Activities of Nigella sativa. Pakistan Journal of Biological
Sciences. 4: 441-451.
Govindasamy, N.2011.Antioxidant Activity of Black Cumin. Kuala Lumpur : School of Arts and Science Tunku Abdul Rahman College.