Penetapan Kadar Fe Dalam Air Olahan Secara Spektrofotometri Pada PT. Coca Cola Botting Indonesia-Medan

(1)

PENENTUAN KADAR ION BESI DALAM AIR OLAHAN

SECARA SPEKTROFOTOMETRI PADA

PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA

UNIT-MEDAN

TUGAS AKHIR

Oleh:

NURI ELISAH

NIM 062410025

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENENTUAN KADAR ION BESI DALAM AIR OLAHAN

SECARA SPEKTROFOTOMETRI

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Ahli Madya Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh: NURI ELISAH NIM 062410025 Medan, Juni 2009

Disetujui Oleh: Dosen pembimbing,

Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Apt. NIP 131 283 721

Disahkan Oleh: Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra., Apt. NIP 131 283 716


(3)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya serta shalawat teriring salam atas junjungan Nabi besar Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini dengan baik.

Judul dari tugas akhir ini adalah: ”Penetapan Kadar Fe Dalam Air Olahan Secara Spektrofotometri Pada PT. Coca Cola Botting Indonesia-Medan” dibuat sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya pada Program Diploma III Analis Farmasi Dan Makanan, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Ayah, ibu tercinta Saiful Amri Nasution dan Nurhaidah Lubis yang telah membesarkan, merawat, mendidik serta memberikan motivasi baik moril maupun materil kepada penulis. Juga kepada Adik-adik saya serta keluarga yang penulis sayangi. Terima kasih atas doa, dorongan, dan kasih sayang yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan Tugas Akhir dengan baik.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi dorongan, bantuan serta dukungan, dalam menyelesaikan tugas akhir ini, diantaranya:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas

Farmasi, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing pada

penyelesaia Tugas Akhir ini yang telah memberikan panduan dan penuh kepercayaan kepada saya untuk menyempurnakan tugas akhir ini.


(4)

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M. App., Sc, Apt., selaku Koordinator Program studi diploma III Analis Farmasi dan Makanan.

4. Bapak Drs. Safruddin, M.S, Apt. selaku dosen wali yang telah

memberikan bimbingan kepada penulis.

5. Adik-adik saya Andri, Fadli, Ilwan dan Alwi yang telah memberikan

motivasi dan doa kepada penulis.

6. Sahabat saya Nia, Rani, Ayu dan Ipo yang telah memberi dukungan dan

bantuan kepada penulis.

7. Terima kasih penulis ucapkan kepada rekan–rekan Mahasiswa Program

Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Angkatan 2006 dan semua pihak yang telah banyak membantu dan berjasa kepada penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih, semoga penulisan tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT memberikan Rahmat dan Berkah-Nya atas bantuan yang diberikan kepada penulis. Amin.

Medan, Juni 2009 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Dan Manfaat ... 2

1.2.1 Tujuan ... 2

1.2.2 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Sumber Air ... 3

2.2 Besi ... 6

2.2.1 Defenisi Besi ... 6

2.2.2 Sifat – Sifat Besi ... 6

2.3 Pengaruh Besi ... 7

2.3.1 Pengaruh Besi Dalam Air ... 7

2.3.2 Pengaruh Besi Dalam Tubuh Manusia ... 7

2.3.3 Sumber Besi Dalam Makanan ... 8

2.4 Penentuan Zat Besi ... 9

2.5 Metode Pengolahan Air ... 9

2.6 Teori Spektrofotometri ... 10

2.7 Komponen-Komponen Spektrofotometer ... 10


(6)

3.1Alat Dan Bahan ... 12

3.1.1 Alat ... 12

3.1.2 Bahan ... 12

3.2 Teknik Pengambilan Sampel ... 12

3.3 Prosedur Kerja ... 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

4.1 Hasil ... 14

4.2 Pembahasan ... 15

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 16

5.1 Kesimpulan ... 16

5.2 Saran ... 16


(7)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang produksi minuman ringan. Memiliki sumber air sendiri, dimana pada proses pengolahan air di setiap tahapnya baik untuk treated water maupun soft water juga memerlukan analisis–analisis yang sangat penting untuk menjaga kualitasnya. Salah satu analisanya adalah analisis besi yang dilakukan 2 kali dalam seminggu pada air karbon, air frestea, dan air produksi. Dimana analisis dilakukan sampai air dikirim ke tangki pencampuran.

Pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan terdapat beberapa bahan baku yang penting untuk produksi minuman ringan, yaitu di antaranya air, daun teh, gula, dan konsentrat (bahan yang memberikan warna, rasa, dan aroma pada minuman). Komponen bahan baku yang paling dominan dalam suatu minuman adalah air (Anonim, 1990).

Standar untuk menentukan kualitas air baik itu secara fisik, kimiawi, dan biologi yang ditetapkan oleh DEPKES RI dan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Air yang layak digunakan haruslah bebas dari kuman penyakit, bakteri–bakteri patogen, jernih, tidak berasa, berbau, dan tidak korosif serta juga tidak meninggalkan endapan pada jaringan distribusi yang dilaluinya. Parameter fisika dan biologis yang disebutkan di atas erat kaitannya dengan parameter kimiawi di dalam air yaitu penentuan kandungan logam. Salah satu kandungan logam yang terdapat di dalam air adalah logam besi. Dalam jumlah yang sesuai dengan standar besi tersebut sangat berperan dalam proses biologis pada tubuh manusia, yaitu membantu dalam pembentukan eritrosit. Namun pada jumlah yang melebihi


(8)

standar besi yang terdapat dalam air akan menimbulkan dampak negatif seperti pertumbuhan bakteri besi dan yang paling utama menyebabkan air berasa dan berwarna. Oleh karena itu untuk mendapatkan air yang berkualitas baik dan sesuai dengan keperluan maka diperlukan analisis besi didalam pengolahan air (Sutrisno, 2006).

1.2Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan

Adapun tujuan dari analisis kadar besi pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia adalah untuk mengetahui apakah kadar besi dalam air yang digunakan telah memenuhi standar PT. Coca-Cola Bottling-Indonesia, DEPKES RI maupun Badan Kesehatan Dunia (WHO).

1.2.2 Manfaat

Dapat mengetahui kadar besi dalam air dari masing–masing tempat pada tahap pengolahan air, sehingga dapat memberikan informasi penting saat kadar besi terlalu tinggi pada air baku.


(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Air

Menurut Sutrisno (2006), air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lain, fungsinya bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Berdasarkan sumbernya air dapat dibedakan menjadi empat yaitu: air laut, air hujan, air permukaan (air sungai dan air danau), air tanah.

Untuk proses industri biasanya pabrik menggunakan air permukaan dan air tanah. Namun pada umumnya air yang lebih baik kualitasnya adalah air tanah. Air tanah ini dapat di bedakan atas:

1. Air tanah dangkal, terjadi karena daya proses peresapan air dari

permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih.

2. Air tanah dalam, yaitu air yang tersimpan di dalam lapisan tanah. Pada

umumnya lebih baik dari air tanah dangkal, karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri.

3. Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan


(10)

Penyediaan air bersih selain kuantitasnya, kualitasnya juga harus memenuhi standar. Untuk itu perusahaan air minum dan minuman ringan, selalu memeriksa kualitas airnya sebelum diolah ataupun didistribusikan. Jadi air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.

Air minum seharusnya tidak mengandung kuman patogen dan segala makhluk yang tidak membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh. Air juga seharusnya tidak korosif dan tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan yang dilaluinya (Slamet, 1994).

Adanya hubungan yang erat antara kualitas air dan kesehatan maka banyak produksi air minum yang dihasilkan bersumber dari air tanah. Air tanah merupakan sumber air tawar yang terbesar di muka bumi, mencakup kira–kira

30% dari total air tawar atau 10,5 juta km3. Air tanah biasa diambil melalui sumur

terbuka, sumur tabung, spring atau sumur horizontal. Kecendrungan untuk memilih air tanah sebagai sumber air bersih, dibandingkan air permukaan karena air tanah mempunyai keuntungan sebagai berikut (Suripin, 2004):

a. Tersedia dekat dengan tempat yang memerlukan, sehingga kebutuhan

bangunan pembawa atau distribusi lebih murah.

b. Debit (produksi) sumur biasa relatif stabil.

c. Lebih bersih dari bahan cemaran permukaan.

d. Kualitasnya lebih seragam.

e. Bersih dari kekeruhan, bakteri, lumut, atau tumbuhan dari binatang lain.


(11)

Cara pengambilan air tanah yang paling tua dan paling sederhana adalah dengan membuat sumur gali dengan kedalaman lebih rendah dari posisi permukaan tanah. Jumlah air yang dapat diambil dari sumur gali biasanya terbatas, dan yang diambil adalah air tanah dangkal. Untuk pengambilan yang lebih besar diperlukan luas dan kedalamannya tidak lebih dari 5–8 meter di bawah permukaan tanah (Suripin, 2004).

Sedangkan pengambilan air tanah dalam, tidak semudah pada pengambilan air tanah dangkal. Pada air tanah dalam pengambilan air dengan menggunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya berkisar antara 100–300 meter. Jika tekanan air tanah itu besar, maka air akan menyembur keluar, dalam keadaan seperti ini sumur disebut sumur artesis. Apabila air tidak dapat keluar dengan sendirinya digunakan pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam (Sutrisno, 2006). Dari segi kualitasnya, air minum harus memenuhi:

a. Syarat Fisik:

- Air tidak boleh berwarna.

- Air tidak boleh berasa.

- Air tidak berbau.

- Air suhu hendaknya di bawah sela udara (sejuk ±250C).


(12)

b. Syarat–Syarat Kimia:

Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan.

c. Syarat-Syarat Bakteriologik:

Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang telah ditentukan yaitu 1 coli/100 ml air (Sutrisno, 2006).

2.2 Besi

2.2.1 Defenisi Besi

Besi adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk di alam. Besi merupakan elemen kimiawi yang dapat ditemui hampir disemua tempat di muka bumi, pada semua bagian lapisan geologis dan semua bahan air (Slamet, 1994).

2.2.2 Sifat-Sifat Besi

Pada umumnya, besi yang ada di dalam air dapat bersifat:

- Terlarut sebagai Fe2+ (fero) atau Fe3+ (feri).

- Tersuspensi sebagai butir kolodial atau lebih besar seperti Fe2O3, FeO,

Fe(OH3) dan sebagainya.

Tergabung dengan zat organik atau zat padat anorganik saperti , tanah liat (Alaerts, 1984).


(13)

2.3 Pengaruh Besi

2.3.1 Pengaruh Besi Dalam Air

Zat besi merupakan salah satu unsur logam yang mudah larut dalam air. Keberadaannya dalam air tidak dikehendaki karena kehidupan biota perairan terganggu dan air menjadi tidak layak untuk keperluan rumah tangga, seperti rasa air tidak enak, menyebabkan berkas karat pada pakaian, peralatan rumah tangga, porselen, dan lain-lain.

Besi dalam bentuk ion Fe2+ merupakan unsur penting di dalam air tanah

karena oksigen yang terlarut dalam air tanah hanya berasal dari aktifitas mikroba yang mengoksidasi (merombak) bahan organik. Jadi, oksigen di dalam air tanah

tidak bersumber dari atmosfir (udara) dan Fe2+ terbentuk di daerah yang

kekurangan oksigen (Manik, 2004).

2.3.2 Pengaruh Besi Dalam Tubuh Manusia

Adanya unsur-unsur besi dalam air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi merupakan suatu unsur yang penting dan berguna untuk metabolisme tubuh. Untuk keperluan ini tubuh membutuhkan 7–35 mg unsur tersebut perhari, tidak hanya diperoleh dari air. Konsentrasi unsur ini dalam air yang melebihi 2 mg/l akan menimbulkan noda-noda pada peralatan dan bahan-bahan yang berwarna putih. Adanya unsur ini dapat pula menimbulkan bau dan warna pada air minum, dan warna koloid pada air (Sutrisno, 2006).


(14)

Walaupun logam ini termasuk dalam kelompok logam esensial, tapi kasus keracunan Fe sering dilaporkan terutama pada anak-anak. Keracunan Fe pada anak terjadi secara tidak sengaja, saat anak memakan makanan yang mengandung Fe, sedangkan pada orang dewasa hal ini jarang terjadi. Walaupun toksisitas Fe jarang menyebabakn kematian, tetapi dapat juga menyebabkan gangguan mental yang serius. Kasus toksisitas Fe pada anak kemungkinan besar terjadi karena banyak preparat yang mengandung Fe diberikan pada anak, baik berupa obat maupun vitamin. Disamping itu, kebiasaan anak makan sembarangan di lingkungan sekitarnya juga mempengaruhi hal tersebut.

Zat besi di dalam air minum dijumpai membentuk valensi dua atau tiga. Dalam air minum pernah dijumpai kadar besi mencapai 1 mg/l yang berasal dari air tanah, padahal normalnya di dalam air minum kira-kira dibawah 0,3 mg/l. Pada pH tertentu zat besi akan mengalami perubahan sehingga air minum terasa tidak enak dan warna air juga berubah. Konsumsi zat besi lebih banyak melalui makanan dibandingkan melalui minuman (Sitepoe, 1997).

2.3.3 Sumber Besi Dalam Makanan

Besi dalam makanan berupa bentuk Fe dalam hemoglobin pangan hewani, sedangkan Fe terdapat dalam makanan nabati. Sumber Fe antara lain adalah daging, ikan, ayam, buncis, sayuran daun, strawberry, hati, kacang polong, tomat, biji-bijian, kerang, udang, kuning telur, berbagai macam tepung, buah kering, serta kacang merah Fe dalam daging ayam dan ikan yang memiliki ketersediaan biologis lebih tinggi dibandingkan Fe dalam sayuran, kacang-kacangan, dan bayam dengan ketersediaan biologis paling rendah. Fe dalam kuning telur berjumlah besar, tetapi sulit diabsorpsi (Widowati, 2008).


(15)

2.4 Penentuan Zat Besi

Penentuan kadar besi dilakukan dengan metode spektrofotometri. Pada air yang tidak mengandung oksigen (O2) , seperti pada air tanah, besi berada sebagai

Fe2+ yang cukup dapat terlarut, sedangkan pada air sungai yang mengalir terjadi

aerasi, Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+. Fe3+ sulit larut pada pH 6 sampai 8, menjadi

ferihidroksida Fe(OH)3, atau salah satu jenis oksida yang merupakan zat padat dan

bisa mengendap. Demikian dalam air sungai, besi berada sebagai Fe2+, Fe3+ dalam

bentuk senyawa organik berupa kolonial (Alaerts, 1984). 2.5 Metode Pengolahan Air

a. Penyaringan

Untuk menghilangkan padatan tersuspensi dalam air dapat dilakukan menggunakan penyaring pasir (secara perlahan atau cepat), penyaring multimedia, penyaring dengan tekanan, penyaring tanah diatomaceous atau penyaring mikro. Penyaring pasir efektif untuk menghilangkan partikel-partikel yang lebih kecil dari pada rongga antara butiran pasir. Oleh karena itu proses penghilangan kotoran cukup kompleks (Buckle, 2007).

b. Aerasi

Aerasi adalah suatu perpindahan gas dan dipergunakan dalam tahap pelaksanaan produksi, meliputi penambahan oksigen untuk mengoksidasikan besi dan mangan terlarut, pembuangan karbon dioksida, pembuangan hidrogen sulfida untuk menghilangkan bau dan rasa, pembuangan minyak yang mudah menguap dan bahan–bahan penyebab bau dan rasa serupa yang dikeluarkan oleh ganggang serta mikroorganisme. Alat aerasi adalah aerator gaya, aerator semprotan, penyebar suntikan, dan aerator mekanis (Penuntun Coca-cola, 1990).


(16)

2.6 Teori Spektrofotometri

Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisakan atau yang diabsorpsi.

Jadi, spektrofotometri adalah merupakan salah satu metode analisa terhadap suatu spesies kimia yang berdasarkan atas penyerapan sinar tampak pada panjang gelombang tertentu (Khopkar, 2003).

2.7 Komponen–Komponen Spektrofotometer

Komponen-komponen yang terpenting dari suatu spektrofotometer terdiri dari sumber spektrum, monokromator, sel pengabsorpsi, dan detector.

a) Sumber Spektrum

Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorpsi adalah lampu wolfarm. Lampu hidrogen atau lampu deuterium digunakan untuk sumber spektrum pada daerah UV. Untuk mendapatkan tegangan yang stabil dapat digunakan trasformator.

b) Monokromator

Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monomakromatis. Alatnya berupa prisma atau grating. Untuk mengarahkan sinar monomakromatis yang diinginkan dari hasil yang dihasilkan dapat digunakan cerah. Jika celah prismanya tetap, maka prisma dinotasikan untuk mendapatkan panjang gelombang yang diinginkan.


(17)

c) Sel Absorsi

Pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca dapat digunakan untuk penempatan blanko dan sampel

d) Detektor

Peran detektor ini adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang tertentu (Khopkar, 2003).


(18)

BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

- Spektrofotometer (spektroquant NOVA 60).

- Beker gelas 50 ml.

- Pipet volume (1 ml dan 10 ml).

- Kuvet.

- Tissu.

3.1.2 Bahan–Bahan

- Reagen Fe–1 (hidroksilamin klorida).

- Reagen Fe–2 (buffer ammonium asetat).

- Reagen Fe–3 (1,10-orto penantrolin).

- Aquades.

3.2 Teknik Pengambilan Sampel

a. Pengambilan sampel dilakukan setiap pagi hari pada titik pengambilan

yaitu: Air karbon, air produksi, air frestea.

b. Kemudian sampel dimasukkan ke dalam wadah yang terbuat dari botol

plastik yang terlebih dahulu telah dibilas dengan sampel yang akan diambil sebanyak 3 kali.

c. Sampel dianalisa dengan menggunakan alat spektrofotometri.


(19)

3.3 Prosedur Kerja

Sampel yang akan dianalisis, dimasukkan ke dalam beker gelas 50 ml sebanyak 8 ml. Kemudian ditambah 1 tetes reagent Fe-I, 0,5 ml reagen Fe-2 dan 1 kali tekan reagent Fe-3. Dimana reagent Fe-1, reagent Fe-2 dan reagent Fe-3 adalah reagen test yang digunakan untuk penentuan kadar Fe di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia-Medan. Setelah ditambah 3 reagent test tersebut lalu didiamkan selama ±30 menit. Kemudian dimasukkan ke dalam kuvet. Sebelum diperiksa. Kuvet dibersihkan dengan menggunakan tissu sehingga kotoran ataupun lemak-lemak yang menempel hilang dari kuvet. Lalu kuvet dimasukkan ke dalam alat spektrofotometer dan diperiksa kadar Fe-nya. Catat hasil pembacaan yang ditunjukkan oleh alat spektrofotometer pada panjang gelombang 510 nm.


(20)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Dari hasil kegiatan yang telah dilakukan bahwa hasil analisa kadar Fe dalam air sebagai salah satu bahan baku utama dalam pembuatan minuman ringan dari beberapa tahapan proses pangolahan dapat dilihat dari tabel berikut:

Table. Hasil Analisa Kadar Fe (ppm) Dalam Air Olahan Secara Spektrofotometri.

NO Sampel

Hasil Analisa

Persyaratan 16 Feb 19 Feb 23 Feb 26 Feb

2009 2009 2009 2009

1 Air Karbon 0,030 0,036 0,037 0,035

0,01 - 1 ppm

2 Air Frestea 0,034 0,030 0,033 0,033


(21)

4.2 Pembahasan

Pada proses pengolahan air yang digunakan oleh PT. Coca-Cola Bottling Indonesia-Medan digunakan untuk proses produksi yang merupakan salah satu bahan baku utamanya, suatu proses produksi yang sulit. Dimana dalam hal ini akibat dari adanya kadar Fe di dalam air dapat menimbulkan warna dan rasa sehingga dapat mempengaruhi kualitas air untuk proses produksi, memerlukan biaya yang besar dan teknologi yang tinggi. Karena hal itulah untuk mendapatkan kualitas air yang baik PT. Coca-Cola Bottling Indonesia-Medan menggunakan metode aerasi dan filtasi pada pengolahan airnya.

Dari data diatas dapat diketahui bahwa kandungan Fe dalam proses pengolahan air produksi telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh perusahan yaitu <0,01 ppm bahkan air yang dihasilkan lebih baik lagi karena kandungan Fe yang dihasilkan lebih kecil dari pada yang ditetapkan oleh DEPKES RI dan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) yaitu 0,1–1 ppm.


(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari analisis kandungan Fe pada masing-masing tahap pengolahan air yang merupakan salah satu bahan baku utama pembuatan minuman ringan PT. Coca-Cola Bottling Indonesia-Medan telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu <0,01 ppm. Sebab itulah air olahan tersebut layak untuk digunakan sebagai bahan baku guna memproduksi minuman ringan yang berkualitas.

5.2 Saran

Untuk mendapatkan kualitas air yang berkualitas tinggi dan sesuai standar perusahan, diharapkan peran serta dan tanggung jawab Quality Assurance untuk terus ditingkatkan. Sebaiknya analisa untuk penurunan kadar Fe dalam air olahan PT. Coca-Cola Bottling Indonesia-Medan dilakukan setiap hari agar dapat menjadi kualitas air yang diinginkan.


(23)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. ( 1990). Coca-Cola Amatil Indonesia Bevarage Quality Control Manual Standart and Operating Procedure. Volume IV.

Alaerts, G., Santika, S.S. (1984). Metode Penelitian Air. Surabaya: Penerbit

Usaha Nasional. Hal. 118.

Buckle, K. A. (2007). Ilmu Pangan. Jakarta: UI-Press. Hal. 207-208. Khopkar, S.M. (2003). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta. UI-Press.

Hal. 215-217.

Manik., K. E. S. (2004). Pengelolan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan. Hal. 143.

Mangku. (1997). Air Untuk Kehidupan. Jakarta: Penebit PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Hal. 30-31.

Slamet, J . S. (1994). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hal. 110-114.

Suripin. (2004). Pelestarian Sumber Daya Tanah Dan Air. Yogyakarta. Penerbit Andi. Hal. 141-142.

Sutrisno, C. T. (1996). Teknologi Penyedian Air Bersih. Edisi 1. Jakarta: UI-Press. Hal. 14-25.

Widowati, W. (2008). Efek Toksik Logam Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hal. 234-235.


(1)

BAB III METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

- Spektrofotometer (spektroquant NOVA 60). - Beker gelas 50 ml.

- Pipet volume (1 ml dan 10 ml). - Kuvet.

- Tissu.

3.1.2 Bahan–Bahan

- Reagen Fe–1 (hidroksilamin klorida). - Reagen Fe–2 (buffer ammonium asetat). - Reagen Fe–3 (1,10-orto penantrolin). - Aquades.

3.2 Teknik Pengambilan Sampel

a. Pengambilan sampel dilakukan setiap pagi hari pada titik pengambilan yaitu: Air karbon, air produksi, air frestea.

b. Kemudian sampel dimasukkan ke dalam wadah yang terbuat dari botol plastik yang terlebih dahulu telah dibilas dengan sampel yang akan diambil sebanyak 3 kali.

c. Sampel dianalisa dengan menggunakan alat spektrofotometri.

d. Pengecekan kadar Fe dalam sampel dilakukan 2 kali dalam seminggu.


(2)

Sampel yang akan dianalisis, dimasukkan ke dalam beker gelas 50 ml sebanyak 8 ml. Kemudian ditambah 1 tetes reagent Fe-I, 0,5 ml reagen Fe-2 dan 1 kali tekan reagent Fe-3. Dimana reagent Fe-1, reagent Fe-2 dan reagent Fe-3 adalah reagen test yang digunakan untuk penentuan kadar Fe di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia-Medan. Setelah ditambah 3 reagent test tersebut lalu didiamkan selama ±30 menit. Kemudian dimasukkan ke dalam kuvet. Sebelum diperiksa. Kuvet dibersihkan dengan menggunakan tissu sehingga kotoran ataupun lemak-lemak yang menempel hilang dari kuvet. Lalu kuvet dimasukkan ke dalam alat spektrofotometer dan diperiksa kadar Fe-nya. Catat hasil pembacaan yang ditunjukkan oleh alat spektrofotometer pada panjang gelombang 510 nm.


(3)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Dari hasil kegiatan yang telah dilakukan bahwa hasil analisa kadar Fe dalam air sebagai salah satu bahan baku utama dalam pembuatan minuman ringan dari beberapa tahapan proses pangolahan dapat dilihat dari tabel berikut:

Table. Hasil Analisa Kadar Fe (ppm) Dalam Air Olahan Secara Spektrofotometri.

NO Sampel

Hasil Analisa

Persyaratan 16 Feb 19 Feb 23 Feb 26 Feb

2009 2009 2009 2009

1 Air Karbon 0,030 0,036 0,037 0,035

0,01 - 1 ppm 2 Air Frestea 0,034 0,030 0,033 0,033

3 Air Produksi 0,041 0,041 0,040 0,042


(4)

Pada proses pengolahan air yang digunakan oleh PT. Coca-Cola Bottling Indonesia-Medan digunakan untuk proses produksi yang merupakan salah satu bahan baku utamanya, suatu proses produksi yang sulit. Dimana dalam hal ini akibat dari adanya kadar Fe di dalam air dapat menimbulkan warna dan rasa sehingga dapat mempengaruhi kualitas air untuk proses produksi, memerlukan biaya yang besar dan teknologi yang tinggi. Karena hal itulah untuk mendapatkan kualitas air yang baik PT. Coca-Cola Bottling Indonesia-Medan menggunakan metode aerasi dan filtasi pada pengolahan airnya.

Dari data diatas dapat diketahui bahwa kandungan Fe dalam proses pengolahan air produksi telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh perusahan yaitu <0,01 ppm bahkan air yang dihasilkan lebih baik lagi karena kandungan Fe yang dihasilkan lebih kecil dari pada yang ditetapkan oleh DEPKES RI dan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) yaitu 0,1–1 ppm.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari analisis kandungan Fe pada masing-masing tahap pengolahan air yang merupakan salah satu bahan baku utama pembuatan minuman ringan PT. Coca-Cola Bottling Indonesia-Medan telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu <0,01 ppm. Sebab itulah air olahan tersebut layak untuk digunakan sebagai bahan baku guna memproduksi minuman ringan yang berkualitas.

5.2 Saran

Untuk mendapatkan kualitas air yang berkualitas tinggi dan sesuai standar perusahan, diharapkan peran serta dan tanggung jawab Quality Assurance untuk terus ditingkatkan. Sebaiknya analisa untuk penurunan kadar Fe dalam air olahan PT. Coca-Cola Bottling Indonesia-Medan dilakukan setiap hari agar dapat menjadi kualitas air yang diinginkan.


(6)

Anonim. ( 1990). Coca-Cola Amatil Indonesia Bevarage Quality Control Manual

Standart and Operating Procedure. Volume IV.

Alaerts, G., Santika, S.S. (1984). Metode Penelitian Air. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional. Hal. 118.

Buckle, K. A. (2007). Ilmu Pangan. Jakarta: UI-Press. Hal. 207-208. Khopkar, S.M. (2003). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta. UI-Press.

Hal. 215-217.

Manik., K. E. S. (2004). Pengelolan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan. Hal. 143.

Mangku. (1997). Air Untuk Kehidupan. Jakarta: Penebit PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Hal. 30-31.

Slamet, J . S. (1994). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hal. 110-114.

Suripin. (2004). Pelestarian Sumber Daya Tanah Dan Air. Yogyakarta. Penerbit Andi. Hal. 141-142.

Sutrisno, C. T. (1996). Teknologi Penyedian Air Bersih. Edisi 1. Jakarta: UI-Press. Hal. 14-25.

Widowati, W. (2008). Efek Toksik Logam Pencegahan dan Penanggulangan

Pencemaran. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hal. 234-235.