Rumusan Masalah Anatomi Kulit

serabut saraf. Pars retikulare, bagian yang menonjol kearah lapisan subkutan, terdiri atas serabut-serabut penunjang : kolagen, elastin, dan retikulin. Serabut kolagen tersusun atas fibroblas membentuk ikatan yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Seabut elastin lebih elastis dan bergelombang sedangkan serabur retikulin menyerupai serabut kolagen muda lentur. 8 Lapisan subkutan, tersusun atas jaringan ikat longgar yang berisi sel-sel lemak. Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan kelenjar getah bening. 8 Gambar 2.1. Struktur anatomi kulit Tortora, 2009 Gambar 2.2. Lapisan-lapisan epidermis Tortora, 2009

2.2. Fisiologi Kulit

Kulit merupakan organ terbesar manusia, dengan area seluas ± 1.5-2 m². Kulit memiliki berbagai fungsi utama, yaitu : 8 Fungsi kulit sebagai proteksi Kulit melindungi tubuh bagian dalam dari paparan mekanik seperti tekanan, gesekan, dan tarikan; melindungi tubuh dari radiasi ultraviolet; melindungi tubuh dari infeksi mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan jamur; melindungi tubuh dari zat-zat kimia yang bersifat iritan seperti lisosol dan karbol. Bantalan lemak, lapisan kulit yang tebal, dan serabut-serabut jaringan penunjang berperan dalam menjalankan fungsi proteksi terhadap gangguan fisik. Sedangkan melanosit berperan melindungi tubuh dari paparan ultraviolet dengan menyerap cahaya. Sifat stratum korneum yang impermeabel terhadap berbagai zat kimia, melindungi tubuh dari bahan-bahan iritan. Selain itu, terdapat lapisan keasaman kuli yang juga melindungi kulit dari zat-zat kimia, lapisan ini terbentuk dari ekskresi keringat dan sebum, keasaman ini juga menyebabkan pH kulit berkisar 5- 6.5 sehingga memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi mikroorganisme. Fungsi kulit sebagai absorpsi Fungsi absorpsi berlangsung melalui celah antar sel menembus sel epidermis melewati muara saluran kelenjar. Fungsi kulit sebagai ekskresi Kulit mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme dalam tubuh seperti NaCl, urea, asam urat, dan amonia melalui kelenjar minyak dan kelenjar keringat. Produk kelenjar-kelenjar ini menyebabkan keasaman pada kulit yang ditandai dengan pH 5-6.5. Fungsi kulit sebagai persepsi Kulit memiliki ujung-ujung saraf sensorik yang terletak pada lapisan dermis. Reseptor panas oleh badan Ruffini, reseptor dingin oleh badan krause, reseptor rabaan oleh taktil meissner dan markel ranvier, dan reseptor tekanan oleh badan paccini. Fungsi kulit sebagai pengatur suhu tubuh Kulit menjalankan fungsi sebagai termoregulator dengan pengeluaran keringat dan kontraksi tonus vaskular pada kulit. Fungsi kulit sebagai keratinisasi Sel keratinosit pada lapisan epidermis melakukan regenerasi melalui proses sintesis dan degradasi menjadi lapisan tanduk. Fungsi kulit dalam pembentukan vitamin D

2.3. Kelenjar Sebasea

Kelenjar sebasea adalah kelenjar berukuran kecil pada kulit, yang mensekresi zat minyak yang disebut sebum yang berfungsi sebagai pelumas kulit dan rambut mamalia. Pada manusia, kelenjar sebasea banyak ditemukan pada wajah dan kulit kepala, meskipun demikian kelenjar sebasea terdistribusi diseluruh permukaan kulit, kecuali telapak tangan dan telapak kaki. Kelenjar sebasea biasanya ditemukan pada kulit yang berambut, dimana kelenjar ini terhubung ke folikel rambut. Struktur yang terdiri atas rambut, folikel rambut, otot arektor pili arrector pili muscle, dan kelenjar sebasea dikenal dengan sebutan unit pilosebasea. 7,9 Aktivitas utama kelenjar sebasea yang matur adalah memproduksi dan mensekresi sebum, campuran lipid yang kompleks. Sekresi holokrin ini dibentuk oleh disintegrasi komplit sel kelenjar ke dalam duktus folikular unit pilosebasea. Pelepasan sebum menunjukan tahap akhir diferensiasi sel khusus sebasesa, yaitu sebosit. Komposisi sebum tiap spesies berbeda bergantung pada fungsi yang harus dijalankan oleh sebum itu sendiri. Sebum manusia terdiri atas skualen, gliserol ester, wax, dan kolesterol kolesterol bebas dan asam lemak bebas. 9 Tabel 2.1 Gambar 2.3 Komponen Sebum Mauro Picardo, 2009

2.4. Acne Vulgaris

Acne vulgaris atau yang biasa kita kenal dengan jerawat, merupakan suatu kondisi inflamasi kronik pada kulit yang disebabkan peningkatan produksi sebum yang diinduksi oleh hormon androgen, perubahan proses keratinisasi, inflamasi, dan kolonisasi bakteri pada folikel rambut di area seperti wajah, leher, dada, dan punggung oleh Propionibacterium acne. 10,11,12 Hal yang perlu diperhatikan pada acne vulgaris yaitu adanya komedo terbuka atau tertutup dan lesi inflamasi berupa papul, pustul, atau nodul. 10

2.4.1 Klasifikasi dan Grading Acne Vulgaris

Pada tahun 1990, American Academy of Dermatology mengembangkan skema klasifikasi acne vulgaris primer. Klasifikasi tersebut menggolongkan acne kedalam tiga tingkatan berdasarkan derajat keparahannya, yaitu : 13,14,15  Mild acne jerawat ringan, dicirikan oleh adanya sedikit sampai beberapa papul dan pustul, namun tidak terdapat nodul.  Moderate acne jerawat sedang, dicirikan oleh adanya beberapa sampai banyak papul dan pustul, disertai adanya sedikit sampai beberapa nodul.  Severe acne jerawat berat, dicirikan dengan banyaknya papul dan pustul bersamaan dengan banyaknya jumlah nodul. Acne juga diklasifikasikan berdasarkan jenis lesinya, yaitu : comedonal, papulopustular, nodulocystic. Pustul dan kista merupakan bentuk peradangan acne. 11

2.4.2 Patogenesis Acne Vulgaris

Ada empat faktor yang berperan dalam patogenesis acne, yaitu yang pertama produksi sebum yang berlebih, dalam hal ini diketahui terdapat peran dari androgen. Androgen meningkatkan ukuran kelenjar sebasea sehingga merangsang produksi sebum berlebih, serta merangsang proliferasi keratinosit pada duktus seboglandularis dan akroinfundibulum. 16 Namun pada beberapa pasien dalam sebuah penelitian tidak mengalami hiperandrogenisme atau kadar serum androgen yang normal. Oleh karena itu, korelasi antara acne dan androgen, lebih diperankan oleh androgen lokal pada kulit yang jumlahnya berlebih. Atau banyaknya reseptor androgen yang sangat responsif. 16,17 Kedua, hiperproliferasi epidermis folikular yang menyebabkan terjadinya penyumbatan folikel. Terjadinya hiperproliferasi epidermis folikular disebabkan oleh penurunan asam linoleat kulit dan adanya peningkatan aktivitas interleukin 1 alfa, sehingga menyebabkan infundibulum, atau folikel rambut bagian atas menjadi hiperkeratotik dan bertambahnya kohesi keratinosit. Hal tersebut menyebabkan terjadinya sumbatan pada muara folikel rambut. Kemudian folikel rambut berdilatasi akibat adanya akumulasi keratin, sebum, dan bakteri didalam folikel tersebut, sehingga membentuk mikrokomedo, yang akan semakin membesar dan ruptur. Ketika ruptur, isi dari mikrokomedo tersebut memicu terjadinya proses inflamasi. Inflamasi merupakan faktor ketiga. 16,18 Keempat yaitu aktivitas bakteri Propionibacterium acnes P.acnes. Propionibacterium acnes merupakan flora normal pada kelenjar pilosebasea. Propionibacterium acnes memecah salah satu komponen sebum, yaitu trigliserida menjadi asam lemak bebas, sehingga terjadi kolonisasi Propionibacterium acnes.

Dokumen yang terkait

Uji efektivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih (crinum asiaticum L) terhadap bekteri penyebab jerawat

2 51 103

Uji Efektivitas Larutan Bawang Putih (Allium sativum) terhadap Pertumbuhan Bakteri Propionibacterium acnes secara in Vitro

0 10 63

Uji efektivitas larutan bawang putih (allium sativum) terhadap pertumbuhan bakteri propionibacterium acnes secara in vitro

5 55 63

Efektivitas Kombinasi Triclosan, Asam Salisilat, Sulfur dalam Beberapa Produk Bedak Antiacne Terhadap Pertumbuhan Propionibacterium Acnes

1 0 12

Efektivitas Kombinasi Triclosan, Asam Salisilat, Sulfur dalam Beberapa Produk Bedak Antiacne Terhadap Pertumbuhan Propionibacterium Acnes

0 0 2

Efektivitas Kombinasi Triclosan, Asam Salisilat, Sulfur dalam Beberapa Produk Bedak Antiacne Terhadap Pertumbuhan Propionibacterium Acnes

0 2 4

Efektivitas Kombinasi Triclosan, Asam Salisilat, Sulfur dalam Beberapa Produk Bedak Antiacne Terhadap Pertumbuhan Propionibacterium Acnes

1 0 21

Efektivitas Kombinasi Triclosan, Asam Salisilat, Sulfur dalam Beberapa Produk Bedak Antiacne Terhadap Pertumbuhan Propionibacterium Acnes

0 0 3

Efektivitas Kombinasi Triclosan, Asam Salisilat, Sulfur dalam Beberapa Produk Bedak Antiacne Terhadap Pertumbuhan Propionibacterium Acnes

0 0 9

EFEKTIVITAS BEBERAPA PRODUK PEMBERSIH WAJAH ANTIACNE TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT Propionibacterium acnes The Effectivity of Some Antiacne Facial Cleansing Products Against The Cause of Acne Propionibacterium acnes

1 5 11