papul dan pustul, namun tidak terdapat nodul. Moderate acne jerawat sedang, dicirikan oleh adanya beberapa sampai
banyak papul dan pustul, disertai adanya sedikit sampai beberapa nodul. Severe acne jerawat berat, dicirikan dengan banyaknya papul dan pustul
bersamaan dengan banyaknya jumlah nodul. Acne juga diklasifikasikan berdasarkan jenis lesinya, yaitu : comedonal,
papulopustular, nodulocystic. Pustul dan kista merupakan bentuk peradangan acne.
11
2.4.2 Patogenesis Acne Vulgaris
Ada empat faktor yang berperan dalam patogenesis acne, yaitu yang pertama produksi sebum yang berlebih, dalam hal ini diketahui terdapat peran dari
androgen. Androgen meningkatkan ukuran kelenjar sebasea sehingga merangsang produksi sebum berlebih, serta merangsang proliferasi keratinosit pada duktus
seboglandularis dan akroinfundibulum.
16
Namun pada beberapa pasien dalam sebuah penelitian tidak mengalami hiperandrogenisme atau kadar serum androgen
yang normal. Oleh karena itu, korelasi antara acne dan androgen, lebih diperankan oleh androgen lokal pada kulit yang jumlahnya berlebih. Atau banyaknya reseptor
androgen yang sangat responsif.
16,17
Kedua, hiperproliferasi epidermis folikular yang menyebabkan terjadinya penyumbatan folikel. Terjadinya hiperproliferasi epidermis folikular disebabkan
oleh penurunan asam linoleat kulit dan adanya peningkatan aktivitas interleukin 1 alfa, sehingga menyebabkan infundibulum, atau folikel rambut bagian atas
menjadi hiperkeratotik dan bertambahnya kohesi keratinosit. Hal tersebut menyebabkan terjadinya sumbatan pada muara folikel rambut. Kemudian folikel
rambut berdilatasi akibat adanya akumulasi keratin, sebum, dan bakteri didalam folikel tersebut, sehingga membentuk mikrokomedo, yang akan semakin
membesar dan ruptur. Ketika ruptur, isi dari mikrokomedo tersebut memicu terjadinya proses inflamasi. Inflamasi merupakan faktor ketiga.
16,18
Keempat yaitu aktivitas bakteri Propionibacterium acnes P.acnes. Propionibacterium acnes merupakan flora normal pada kelenjar pilosebasea.
Propionibacterium acnes memecah salah satu komponen sebum, yaitu trigliserida menjadi asam lemak bebas, sehingga terjadi kolonisasi Propionibacterium acnes.
Antibodi terhadap antigen pada dinding sel Propionibacterium acnes memicu respon
inflamasi melalui
pengaktifan sistem
komplemen. Selain
Propionibacterium acnes, bakteri lain yang juga berperan dalam patogenesis acne vulgaris yaitu Staphylococcus epidermidis melalui mekanisme pembentukan
biofilm.
5,16,17,18
2.5. Bakteri Propionibacterium acnes
Propionibacterium acnes merupakan bakteri komensal pada kulit manusia yang berperan menghalangi kolonisasi bakteri-bakteri patogen pada kulit yang
sehat. Bakteri ini tergolong dalam bakteri Gram positif , bersifat anaerob, tidak berspora, berbentuk batang pleomorfik yang mengasilkan produk akhir fermentasi
berupa asam propionat. P.acnes merupakan organisme predominan didalam folikel pilosebasea.
4,5,19
Meskipun organisme ini termasuk kedalam organisme anaerob, P.acnes dapat mentoleransi saturasi oksigen hingga saturasinya mencapai 100 dengan
laju pertumbuhan organisme yang menurun. Pada in vitro, organisme ini mampu bertahan selama 8 bulan dalam keadaan anaerob tanpa subkultur, menunjukkan
bahwa P.acnes juga dapat bertahan pada jaringan-jaringan tubuh manusia dalam keadaan oksidasi yang rendah. P.acne memiliki kemampuan resistensi terhadap
fagositosis dan dapat bertahan di dalam makrofag. Resistensi terhadap fagositosis disebabkan struktur dinding sel oganisme yang kompleks dan memiliki lapisan
fibrilar pada permukaannya.
19
Gambar 2.4 . Koloni Propionibacterium acnes pada Agar Darah