Desain Penelitian Tempat dan Waktu

3.5.2 Persiapan Asap Bakaran

Bakar bahan organik daun, ranting, batang pohon, kayu dan arang pada tungku, kemudian tunggu sampai asap hasil bakaran tersebut sampai pada plastik pengumpul asap yang melewati pipa. Pastikan bahan bakar sudah menjadi bara, sehingga jumlah asap yang dihasilkan lebih konsisten atau statis.

3.5.3 Prosedur Pemberian Intervensi

Untuk pemberian intervensi dilakukan berdasarkan kelompok perlakuan. Kelompok 1 K- sebagai kontrol negatif, dimana hanya akan diberi aquadest. Kelompok 2 P1 sebagai kontrol positif, dimana dipaparkan asap pembakaran bahan organik selama 1 jam per hari. Kelompok 3 P2 sebagai kontrol positif, dimana dipaparkan asap pembakaran bahan organik selama 2 jam per hari. Kelompok 4 P3 sebagai kontrol positif, dimana dipaparkan asap pembakaran bahan organik selama 3 jam per hari. Kelompok 5 P4 sebagai kontrol positif, dimana dipaparkan asap pembakaran bahan organik selama 4 jam per hari. Paparan asap pembakaran organik dilakukan dengan cara membakar bahan organik, kemudian ditunggu sampai bahan bakar menjadi bara, sehingga asap yang dihasilkan lebih konsisten atau statis. Paparan dilakukan pada kandang tikus yang telah ditempatkan dalam tempat plastik pengumpul asap. Paparan asap pembakaran bahan organik dilakukan dengan perbedaan durasi, yaitu P1 selama 1 jam, P1 selama 2 jam, P3 selama 3 jam, P4 selama 4 jam. Perlakuan tersebut dilakukan selama 7 hari.

3.5.4 Prosedur Pengelolaan Hewan Coba Pasca Penelitian

Pada akhir penelitian tikus akan dianestesi dengan menggunakan ketamine ̶xylazine dengan dosis 75−100 mgkg + 5−10 mgkg secara intraperitoneal dengan durasi selama 10−30 menit. Kemudian setelah tikus dianestesi akan dilakukan dislokasi servikal untuk menterminasikan tikus AVMA, 2013.

3.5.5 Prosedur Pembedahan Mata

Dilakukan pembedahan pada mata tikus, konjungtiva dan kornea tikus diambil untuk pembuatan sediaan mikroskopis. Pembuatan sediaan mikroskopis dengan menggunakan blok parrafin dan pewarnaan Hematoksilin Eosin HE. Sampel mata difiksasi dengan formalin 10.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Hormon Testosteron Undekanoat (TU) Dan Medroksiprogesteron Asetat (MPA) Terhadap Konsentrasi Spermatozoa dan Histologi Spermatogenesis Tikus Jantan (Rattus Novergicus L) Galur Sprague Dawley

4 46 157

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) Terhadap Kualitas Sperma Pada Tikus Jantan Galur Sprague- Dawley Secara In Vivo dan Aktivitas Spermisidal Secara In Vitro

0 15 104

PENGARUH PERBEDAAN DURASI PAPARAN ASAP PEMBAKARAN BAHAN ORGANIK TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PARENKIM PARU TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 6 76

PENGARUH PEMBERIAN HERBISIDA GOLONGAN PARAQUAT DIKLORIDA PER-ORAL TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

3 13 78

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH PADA GAMBARAN HISTOPATOLOGI MIOKARDIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 4 65

PENGARUH EKSTRAK ETANOL 96 % BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

1 8 50

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ARTERI KORONARIA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 13 66

EFEK PROTEKTIF THYMOQUINONE TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN

1 12 70

EFEK PROTEKTIF THYMOQUINONE TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN

2 35 76

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 26 71