Anatomi kornea Histologi kornea

Gambar 6. Histologi kornea tikus Sumber: Almubrad, 2011.

2.5 Sistem Lakrimalis

Sistem lakrimalis dibagi menjadi dua bagian yaitu sistem sekresi dan ekskresi air mata.

2.5.1 Sistem Sekresi dan Ekskresi

Sistem Sekresi Air Mata Sekresi air mata dominan di hasilkan di kelenjar lakrimal, walapun terdapat kelenjar tambahan lainnya seperti kelenjar krause dan wolfring, terletak di dalam konjungtiva, terutama forniks superior. Modifikasi kelenjar sebasea meibom dan zeis di tepian palpebra memberi substansi lipid pada air mata. Kelenjar moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang juga ikut membentuk film prekorneal. Sekresi dapat dipicu oleh iritasi berupa iritatif pada kornea, konjungtiva, mukosa hidung, stimulus pedas yang diberikan pada mulut atau lidah dan cahaya terang, akibat dari muntah, batuk, menguap maupun emosional kesedihan Jansen, 2009. Kerusakan pada nervus trigeminus akan menyebabkan refleks sekresi air mata menghilang. Jalur aferen berasal dari saraf ofthalmik cabang dari saraf trigeminus, sedangkan jalur eferen oleh saraf autonom yaitu simpatis, berasal dari ganglion servikal superior dan parasimpatis dari nervus fasialis n.VII yang memberikan pengaruh motorik yang paling dominan. Persarafan yang kompleks ini berfungsi untuk mengontrol fungsi kelenjar lakrimal sehingga menjaga homeostasis lapisan air mata dan berespon terhadap stress dan trauma Surasmiati, 2014. Sistem Ekskresi Air Mata Sistem ekskresi terdiri atas punkta, kanalikuli, sakus lakrimalis dan duktus nasolakrimalis. Setiap berkedip, palpebra menutup mulai di lateral, menyebarkan air mata secara merata di atas kornea, dan menyalurkannya ke dalam sistem ekskresi pada medial palpebra. Setiap kali mengedip, muskulus orbicularis okuli akan menekan ampula sehingga memendekkan kanalikuli horizontal dan menimbulkan tekanan negatif pada sakus. Kerja pompa dinamik mengalirkan air mata ke dalam sakus, lipatan mirip katup pada sakus cenderung menghambat aliran balik air mata, yang kemudian masuk melalui duktus nasolakrimalis Jansen, 2009.

2.5.2 Fungsi Air Mata

Air mata terdiri dari tiga lapisan, yaitu lipid, aqueous, dan musin. Ketebalan lapisan air mata sekitar 8 9 µ m. Lapisan lipid merupakan lapisan superfisial dengan ketebalan sekitar 0,1 0,2 µ m. Lapisan aqueous di bagian tengah dengan ketebalan 7 8 µ m dan lapisan musin di bagian basal dengan ketebalan 1 µ m Surasmiati, 2014. Fungsi air mata yang paling penting adalah melindungi serta mempertahankan integritas sel-sel permukaan mata, terutama kornea dan konjungtiva. Selain itu, lapisan air mata akan membentuk serta mempertahankan permukaan kornea selalu rata dan licin sehingga memperbaiki tajam penglihatan pada saat setelah berkedip. Setiap berkedip, air mata mengalir membersihkan kotoran, debu yang masuk ke mata. Menjaga sel-sel permukaan kornea dan konjungtiva tetap lembab. Mengandung antibakteri, lisozim, betalisin dan antibodi, sebagai mekanisme pertahanan mata dan proteksi terhadap kemungkinan infeksi. Sumber nutrisi seperti glukosa, elektrolit, enzim, dan protein Asyari, 2007.

2.6 Proses Perubahan Kornea

Paparan asap yang akut dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang diakibatakan dari proses inflamasi Rummenie., et al 2008. Iritasi mata yang terjadi secara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Hormon Testosteron Undekanoat (TU) Dan Medroksiprogesteron Asetat (MPA) Terhadap Konsentrasi Spermatozoa dan Histologi Spermatogenesis Tikus Jantan (Rattus Novergicus L) Galur Sprague Dawley

4 46 157

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) Terhadap Kualitas Sperma Pada Tikus Jantan Galur Sprague- Dawley Secara In Vivo dan Aktivitas Spermisidal Secara In Vitro

0 15 104

PENGARUH PERBEDAAN DURASI PAPARAN ASAP PEMBAKARAN BAHAN ORGANIK TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PARENKIM PARU TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 6 76

PENGARUH PEMBERIAN HERBISIDA GOLONGAN PARAQUAT DIKLORIDA PER-ORAL TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

3 13 78

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH PADA GAMBARAN HISTOPATOLOGI MIOKARDIUM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 4 65

PENGARUH EKSTRAK ETANOL 96 % BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PANKREAS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

1 8 50

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ARTERI KORONARIA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 13 66

EFEK PROTEKTIF THYMOQUINONE TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN

1 12 70

EFEK PROTEKTIF THYMOQUINONE TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague dawley YANG DIINDUKSI RIFAMPISIN

2 35 76

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR Sprague dawley

0 26 71