a. Menghitung koefisien korelasi dari hasil pemodelan dengan data curah
hujan yang terukur. b.
Mengecek hasil koefisien korelasi yang di dapat memenuhi syarat atau tidak.
3.4 Diagram Alir Penelitian
Diagram alir penelitian dapat dilihat dibawah ini : 1.
Diagram alir penelitian
Gambar 6. Diagram alir penelitian
2. Diagram alir pelaksanaan
Gambar 7. Diagram alir pelaksanaan program
SELESAI Mulai
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dengan menggunakan metode Lengkung Massa Ganda Double Mass
Curve dapat dilihat konsistensi data yang akan digunakan pada penelitian, konsistensi data yang terjadi hampir sama pada setiap
stasiunnya sehingga dapat diketahui bahwa kualitas data pada penelitian cukup baik karena penyimpangan dua garis linier tidak menyimpang
terlalu jauh. 2.
Menggunakan metode FFT Fast Fourier Transform, fourier dan kuadrat terkecil, autoregresif dapat menghasilkan data curah hujan harian sintetik
seri waktu yang sama dengan data curah hujan terukur. Sehingga kedepan dapat dilakukan pengembangan lebih lanjut lagi untuk pemodelan
peramalan agar dapat makin bermanfaat untuk perencanaan bidang teknik sipil.
3. Dengan memasukkan komponen periodik dan stokastik secara bersamaan
dalam satu pengolahan data, didapatkan model curah hujan harian sintetik yang lebih akurat dan hampir menyerupai data terukur dari pada hanya
memasukan komponen periodik saja, koefisien korelasi rata-rata model periodik adalah 0,98019, koefisien korelasi model stokastik adalah
0,99808 dan koefisien korelasi model periodik stokastik adalah 0,99993
61
5.2 Saran
1. Hasil
model sintetik
dengan menggunakan
program FFT,Fourie,Autoregresif tergantung dengan curah hujan seri waktu
harian, mingguan, atau bulanan, maka sebaiknya data yang digunakan kualitasnya baik.
2. Menggunakan banyak stasiun hujan dalam satu wilayah akan sangat baik
karena menghasilkan hujan sintetik yang berkualitas. 3.
Dalam running dan input data harus benar-benar teliti agar didapatkan hasil olahan data yang baik.