Strategi Pembelajaran Induktif Model Taba

Model mengajar ini dikembangkan dengan asumsi bahwa dalam mengajar, situasi kelas merupakan kerjasama dari sejumlah kegiatan siswa. Model pembelajaran seperti ini dinilai dapat digunakan sebagai pengenalan pengalaman baru, tentunya dengan pola yang sistematis dan logis. Hilda Taba juga mengemukakan bahwa berpikir induktif adalah bawaan dan sah menurut hukum. Ini adalah revolusi dalam bekerja, sebab sekolah-sekolah memutuskan untuk mengajar dengan cara yang tidak patuh pada hukum, meruntuhkan kemampuan yang dibawa sejak lahir. Ada tiga tahapan dalam mengembangkan pembelajaran induktif yakni pembentukan konsep, interpretasi data dan aplikasi prinsip Ahmadi, 1990: 94. Rincian masing- masing tahap dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1 Tahapan Model Pembelajaran Induktif Tahapan Kegiatan Jenis Pertanyaan Pembentukan konsep 1. Mengidentifikasi dan menyebutkan satu demi satu data yang relevan pada suatu topik atau masalah 2. Mengelompokkan item-item ke dalam kategori 3. Mengkategorikan dan memberi nama kategori tersebut 1. Apa yang Anda lihat, Anda dengar, Anda catat? 2. Mana yang dapat dikelompokkan? Berdasarkan apa? 3. Bagaimana Anda menyebutkan kelompok ini? Interpretasi data 1. Mengidentifikasi butir- butir informasi. 2. Menjelaskan hubungan butir-butir dan sebab 1. Apa yang Anda ketahui, Anda lihat, Anda dapatkan? 2. Apa artinya ini? akibat. 3. Membuat simpulan dan menemukan implikasinya. Bayangkan dalam benak Anda, apa yang terjadi? 3. Apa yang dapat Anda simpulkan? Aplikasi prinsip 1. Menganalis masalah baru, menjelaskan fenomena, menyusun hipotesis. 2. Menjelaskan dan atau mendukung perkiraan hipotesis. 3. Menguji prediksi. 1. Apa yang akan terjadi bila…? 2. Mengapa ada mengira itu akan terjadi? 3. Apa yang memungkinkan ini umumnya benar, atau mungkin benar? Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran induktif adalah suatu kegiatan belajar-mengajar, yang membimbing siswa menemukan simpulan sebagai penerapan hasil belajar melalui tahapan-tahapan di atas. Model pembelajaran induktif ini didesain untuk meningkatkan kemampuan berpikir. Model ini dikembangkan atas dasar beberapa postulat sebagai berikut. a. Kemampuan berpikir dapat diajarkan. Dengan demikian mengajar dapat membantu siswa untuk mengembangkan kecakapan untuk berpikirnya. b. Berpikir merupakan suatu transaksi aktif antara individu dengan data. Artinya, dalam setting kelas, bahan-bahan ajar merupakan sarana bagi siswa untuk mengembangkan operasi kognitif tertentu. Dalam setting tersebut, siswa belajar mengorganisasikan fakta ke dalam suatu sistem konsep, yaitu a saling menghubungkan data yang diperoleh satu sama lain serta membuat simpulan berdasarkan hubungan-hubungan tersebut, b menarik simpulan berdasarkan fakta-fakta yang telah diketahuinya dalam rangka membangun hipotesis, dan c memprediksi dan menjelaskan suatu fenomena tertentu. Guru, dalam hal ini, dapat membantu proses internalisasi dan konseptualisasi berdasarkan informasi tersebut; c. Proses berpikir merupakan suatu urutan tahapan yang beraturan lawful. Artinya, agar dapat menguasai keterampilan berpikir tertentu, prasyarat tertentu harus dikuasai terlebih dahulu, dan urutan tahapan ini tidak bisa dibalik. Oleh karena itu, konsep tahapan beraturan ini memerlukan strategi mengajar tertentu agar dapat mengendalikan tahapan-tahapan tersebut. Tahap pertama strategi ini memerlukan siswa untuk memprediksi konsekuensi- konsekuensi, menjelaskan data yang tidak familiar atau mengadakan hipotesis. Tahap kedua adalah usaha para siswa untuk menjelaskan hipotesis yang mendukung prediksinya. Tahap ketiga para siswa memverifikasi prediksi-prediksi atau mengidentifikasi kondisi-kondisi.

2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran Induktif Model Taba

Beberapa hal yang kontras tetapi perlu diketahui adalah apa pun jenis strategi yang digunakan dalam pembelajaran tentunya akan memiliki kelebihan dan kekukarangan ketika diimplementasikan pada proses pembelajaran yang berlangsung. Restiana 2009 menyatakan kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran induktif ini sebagai berikut. A. Kelebihan strategi pembelajaran induktif. 1. Pada model pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa sehingga siswa mempunyai parameter dalam pencapaian tujuan pembelajaran. 2. Ketika siswa telah memiliki gambaran umum tentang materi pembelajaran, guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan tersebut sehingga pemerataan pemahaman siswa lebih luas dengan adanya pertanyaan-pertanyaan antara siswa dan guru. 3. Model pembelajaran induktif menjadi sangat efektif untuk memicu keterlibatan yang lebih mendalam dalam proses belajar karena proses tanya jawab tersebut. B. Kelemahan strategi pembelajaran induktif. 1. Model ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya questioning sehingga kesuksesan pembelajaran hamper sepenuhnya ditentukan kemampuan guru dalam memberikan ilustrasi-ilustrasi. 2. Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif ini, sangat bergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran yang akan membuat siswa berpikir. 3. Model pembelajaran ini sangat bergantung pada lingkungan eksternal, guru harus bias menciptakan kondisi dan situasi belajar yang kondusif agar siswa merasa aman dan tak malutakut mengeluarkan pendapatnya. Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi, tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secara sempurna. 4. Saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran induktif, guru harus telah menyiapkan perangkat-perangkat yang membuat siswa beraktivitas dan mengobarkan semangat siswa untuk melakukan observasi terhadap ilustrasi-ilustrasi yang diberikan, melalui pertanyaan- pertanyaan yang diberikan oleh guru. Dengan strategi ini kemandirian siswa tidak dapat berkembang optimal. 5. Guru harus menjaga siswa agar perhatian mereka tetap pada tugas belajar yang diberikan, sehingga peran guru sangat vital dalam mengontrol proses belajar siswa. 6. Kesuksesan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran induktif bergantung pada contoh-contoh atau ilustrasi yang digunakan oleh guru. 7. Pembelajaran tidak dapat berjalan bila guru dan muridnya tidak suka membaca, sehingga tidak mempunyai pilihan dalam proses induktif. BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas PTK atau Classroom Action Research CAR, dengan ruang lingkup pembelajaran di dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru dan siswa. PTK adalah bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan dan memperdalam terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran. PTK merupakan studi yang dilakukan untuk memperbaiki diri sendiri, pengalaman kerja sendiri, meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa pada kemampuan dasar yang dianggap guru belum berhasil, dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri. PTK juga dapat dikatakan sebagai bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional Muslich, 2011: 9. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas PTK terdiri atas tiga kata, yaitu penelitian, tindakan, dan kelas Arikunto, 2010: 130. Penelitian diartikan sebagai kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara, aturan, dan metodologi tertentu untuk menemukan data akurat tentang hal-hal yang dapat meningkatkan mutu objek yang diamati. Tindakan, merupakan gerakan yang dilakukan secara sengaja dan terencana dengan tujuan tertentu. Sementara kelas, adalah tempat yang terdapat

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MENARI BEDANA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVMENT DIVISION KELAS XI IPA 1 SMA FRANSISKUS BANDAR LAMPUNG

2 20 64

BAHASA LISAN DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI I SEKINCAU KABUPATEN LAMPUNG BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

3 23 78

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 12 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2013/2014

0 6 79

INCREASING ENGLISH PASSIVE VOICE MASTERY FOR CLASS XI USING BLENDED LEARNING METHOD IN MAN 1 MODEL BANDAR LAMPUNG PENINGKATAN PENGUASAAN KALIMAT PASIF BAHASA INGGRIS KELAS XI MENGGUNAKAN METODE BLENDED LEARNING DI MAN 1 MODEL BANDAR LAMPUNG

10 58 111

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS SMA NEGERI 16 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 5 70

PEMBELAJARAN MEMBACA ASPEK KEBAHASAAN PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

3 99 67

PENINGKATAN PEMAHAMAN ASPEK MORAL TOKOH UTAMA WANITA DALAM CERPEN MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN INDUKTIF MODEL TABA PADA SISWA KELAS XI BAHASA MAN 1 MODEL BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

2 32 75

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PENGORGANISASIAN PEMBELAJARAN MODEL ELABORASI TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS VIII MTS NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 10 57

ASPEK SOSIAL DALAM WACANA INTERAKSI KELAS PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X IPA - 1 SMA SUGAR GROUP, LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

3 16 74

PENINGKATAN KETERAMPILAN JURUS TANGAN KOSONG DALAM BELADIRI PENCAK SILAT DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KELOMPOK DAN BERPASANGAN PADA SISWA XI IPA SMA MUHAMMADIYAH BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 11 52