Kerangka Teori Kerangka Teori dan Kerangka Konseptual

11 terhadap data tanah yang telah terdaftar tersebut, sehingga memiliki nilai pembuktian yang kuat. Selama belum ada pembuktian lain atas komplain atau gugatan yang diajukan, maka nama yang tercantum didalam daftar tersebut dianggap sebagai satu-satunya pihak pemilik tanah yang bersangkutan. Dalam pelaksanaannya pendaftaran tanah di Indonesia menganut teori sistem pendaftaran hak “registration of title” bukan sistem pendaftaran akta “registration of deeds”. Hal ini dapat dilihat dari adanya suatu daftar isian register yang yang disebut “buku tanah”. Dalam buku tanah memuat data mengenai data yuridis dan data fisik yang telah dihimpun yang kemudian disajikan dengan diterbitkannya sertipikat sebagai surat tanda bukti hak atas tanah. b. Teori Kepastian Hukum Kepastian hukum maksudnya adalah hukum administrasi negara positif harus dapat memberikan jaminan kepastian hukum kepada penduduk. dalam hal ini kepastian hukum mempunyai 3 arti sebagai berikut : 1. Pertama, pasti mengenai peraturan hukumnya yang mengatur masalah pemerintah tertentu yang abstrak. 2. Kedua, pasti mengenai kedudukan hukum dari subjek dan objek hukumnya dalam pelaksanaan peraturan-peraturan Hukum Administrasi Negara. 12 3. Ketiga, mencegah kemungkinan timbulnya perbuatan sewenang-wenang eigenrichting dari pihak manapun, juga tidak dari pemerintah. 8 PP 101961 tersebut merupakan perintah dari Pasal 19 UUPA yang berbunyi sebagai berikut: 1. Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah dilakukan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah. 2. Pendaftaran tersebut dalam ayat 1 pasal ini meliputi: a. Pengukuran, penetapan, dan pembukuan tanah; b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan tanah hak-hak tersebut; c. Pemberian surat surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian hak 9 . Pengertian di atas saling berkaitan satu sama lain dalam pelaksanaan peraturan-peraturan Hukum Administrasi Negara, salah satu di antaranya terkait dengan pendaftaran tanah sebaimana diatur dalam PP 241997 melalui pendaftaran tanah akan tercipta kepastian mengenai kedudukan hukum dari subjek dan objek hukumnya, yaitu aparat BPN dan para memegang hak atas tanah, objeknya adalah tanah yang dimiliki atau yang dikuasai pemegang hak atas tanah. Mencegah timbulnya perbuatan sewenang-wenang karena 8 Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Administrasi Negara Indonesia, Cipta Aditya Bakti:Bandung, 2001, hlm. 53 9 AP. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, Mandar Maju:Bandung, 1999, hlm.37 13 perbuatan para pihak yang terlibat dalam kegiatan pendaftaran tanah, yang sudah diatur dalam PP 241997 tersebut. Menurut Budiman Adi Purwanto Kepastian Hukum sebagai tujuan pendaftaran tanah adalah meliputi kepastian objek, kepastian hak dan kepastian subyek. 10 Kepastian hukum pemilikan tanah selalu diawali dengan kepastian hukum letak batas bidang tanah dan letak batas menjadi penting dan Pemilik tanah biasanya selalui menandai batas tanah mereka dengan garis lurus berupa pagar atau titik-titik sudut bidang tanah dengan patok beton, patok kayu, patok besi atau pagar. Hal ini dilakukan guna sebagai tanda pembatas atas tanah yang bersebelahan disampingnya dan itu hanya berlaku secara fisik dilapangan saja dan tidak menutup kemungkinan batas-batas bidang tanah tersebut hilang atau rusak, hal ini dapat menimbulkan sengketa batas antara pemilik tanah yang bersebelahan. Kepastian hukum subjek hak atas tanah , pemegang hak mempunyai kewenangan untuk berbuat atas miliknya, sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang atau melanggar hak atau kepentingan orang lain. c. Teori Penyelesaian Sengketa Richard L. Abel mengartikan sengketa dispute adalah pernyataan publik mengenai tuntutan yang tidak selaras inconsistent claim terhadap sesuatu yang bernilai. Penyelesaian sengketa merupakan upaya untuk 10 Muhtar Wahid,Memaknai Kepastian Hukum Hak Milik Atas TanahRepublika,Jakarta;2008.hlm 126 14 mengembalikan hubungan para pihak yang bersengketa dalam keadaan seperti semula. Penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui pengadilan, alternative dispute resolution ADR , dan melalui lembaga adat. Penyelesaian sengketa yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata, yaitu melalui pengadilan, sementara itu penyelesaian sengketa yang diatur Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, yaitu ADR. Ada lima cara penyelesaian sengketa melalui ADR, yang meliputi : 1. konsultasi 2. negosiasi 3. mediasi 4. konsiliasi; atau 5. penilaian ahli yang menjadi ruang lingkup teori penyelesaian sengketa, meliputi: 1. Jenis-jenis sengketa; 2. Faktor penyebab timbulnya sengketa; 3. Strategi dalam penyelesaian sengketa. 11 Sengketa pertanahan adalah perselisihan pertanahan antara orang perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang tidak berdampak luas secara sosio-politis. Salah satu faktor penyebabnya adalah kegagalan komunikasi antar pihak ataupun karena para pihak yang masih awam terhadap masalah- 11 DR.H.Salim HS, dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan Disertasi. Raja Grafindo Persada,Jakarta:2013.hlm.30 15 masalah dalam bidang pertanahan. 12 Sengketa batas tanah adalah sengketa yang timbul antara dua pihak yang memiliki hak atas tanah atau tanah yang saling bersebelahan, karena adanya kesalahpahaman penafsiran mengenai luas dan batas tanahnya. 13 Faktor penyebab terjadinya sengketa batas tanah antara lain: a. Tidak dipasang patok tanda batas pada setiap sudut bidang tanah atau pagar batas tidak jelas b. Penunjukan batas tidak pada tempat yang benar c. Petugas ukur tidak cermat dalam melaksanakan tugasnya d. Pemilik tanah tidak menguasai fisik bidang tanah secara terus menerusberkelanjutan e. Tanda batas yang hilang. Penanganan sengketa pertanahan dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum atas penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, serta untuk memastikan tidak terdapat tumpang tindih pemanfaatan, tumpang tindih penggunaan, tumpang tindih penguasaan dan tumpang tindih pemilikan tanah, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku serta bukti kepemilikan tanah bersifat tunggal untuk setiap bidang tanah yang diperselisihkan. Penyelesaian sengketa dapat ditempuh dengan cara: 1. Penyelesaian sengketa melalui jalur hukum 12 eprintsUndip.ac.id.Makalah. ”Penyelesaian Tanah Non Litigasi di Kab. Konawe Sulawesi Tenggara. Universitas Diponegoro. 13 Sumarto, Ibid,hlm.6 16 2. Penyelesaian sengketa diluar jalur hukum seperti dengan melakukan perundingan atau negosiasi, mediasi, arbitrase dan sebagainya. Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam penyelesaian sengketa tanah diluar jalur pengadilan yang dilaksanakan oleh Badan pertanahan Nasional antara lain: 1. Penelitianpengolahan data pengaduan; yang meliputi : penelitian kelengkapan dan keabsahan data, pencocokan data yuridis dan data fisik serta data dukung lainnya, kajian kronologi sengketa dan konflik, dan analisis aspek yuridis, fisik dan administrasi. 2. Penelitian lapangan; meliputi penelitian keabsahan atau kesesuaian data dengan sumbernya, pencarian keterangan dari saksi-saksi terkait, peninjauan fisik tanah obyek yang disengketakan, penelitian batas tanah, gambar situasi, peta bidang, surat ukur, dan kegiatan lain yang diperlukan. 3. Penyelenggaraan Gelar Kasus; tujuannya antara lain untuk memetapkan rencana penyelesaian, memilih alternatif penyelesaiandan menetapkan upaya hukum. 14 Berdasarkan uraian kerangka teori dan konseptual sebagaimana di uraikan di atas, maka alur pikir penelitian ini dapat di gambarkan dalam bagan berikut ini : 14 Sumarto, Ibid,hlm.12 17 SESE Bagan 1. Alur Pikir Penelitian UUPA HAK ATAS TANAH SERTIPIKAT SENGKETA Sengketa Kepemilikan Sengketa Batas Penyelesaian Sengketa Alat Bukti Subyek Surat ukur Peta Peta Pendaft Bidan Buku Tanah GAMBAR UKUR Pengembalian Batas KEPASTIAN HUKUM 18

1.4.2 Kerangka Konseptual

Konsepsi dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut : a. Pendaftaran Tanah Pendaftaran tanahadalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang- bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya Pasal 1 ayat 1 PP 241997. b. Buku Tanah Buku Tanah adalah dokumen yang yang memuat data yuridis dan data fisik suatu obyek pendaftaran tanah yang sudah ada haknya. Buku tanah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam sertipikat tanah. Selain memuat data yuridis dan fisik suatu bidang tanah dalam buku tanah berisikan catatan apabila suatu bidang tanah kurang lengkap atau dalam sengketa dan juga mencatat adanya peralihan hak serta hak tanggungan Pasal 1 ayat 19 PP 241997. c. Surat Ukur Surat ukur adalah dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah dalam bentuk peta dan uraian, yang dimaksud dengan data fisik tanah dalam Surat Ukur terdiri dari gambar bidang tanah, luas, menunjukkan letak 19 bidang tanah baik desakelurahan, kecamatan maupun provinsi, nomor lembar peta, punujuk batas, maupun nama petugas ukur yang melakukan pengukuran bidang tanah tersebut Pasal 1 ayat 17 PP 241997. d. Gambar Ukur Gambar Ukur adalah dokumen tempat mencantumkan gambar suatu bidang tanah atau lebih dan situasi sekitarnya serta data hasil pengukuran bidang tanah baik berupa jarak,sudut, azimuth ataupun sudut jurusan Pasal 1 ayat 3 Peraturan Menteri Negara Agraria No.31997 PMNA 31997 . Gambar Ukur memuat peta gambar bidang tanah yang diukur serta batas- batas bidang tanah secara jelas di lapangan, Gambar Ukur merupakan dasar acuan dari surat ukur. Hal ini berkaitan apabila terjadi perubahan data dilapangan atau ada sengketa batas di kemudian hari, maka Gambar Ukur menjadi tolok ukur yang dikuatkan dengan surat ukur sebagai data fisik lapangan. e. Sengketa Pertanahan Sengketa Pertanahan yang selanjutnya disingkat Sengketa adalah perselisihan pertanahan antara orang perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang tidak berdampak luas secara sosio-politis Peraturan Kepala Badan Pertanahan No.32011 Perkaban 32011. Secara garis besar sengketa tanah dibagi menjadi dua yaitu: sengketa kepemilikan dan sengketa batas. 20 Sengketa kepemilikan adalah perbedaan persepsi, nilai atau pendapat, kepentingan mengenai status penguasaan di atas tanah tertentu yang tidak atau belum dilekati hak Tanah Negara maupun yang telah dilekati hak oleh pihak tertentu, sedangkan sengketa batas tanah adalah sengketa yang timbul antara dua pihak yang memiliki hak atas tanah atau tanah yang saling bersebelahan, karena adanya kesalahpahaman penafsiran mengenai luas dan batas tanahnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pendaftaran Tanah dan Jaminan Kepastian Hukum Hak Atas Tanah

Pasal 19 UUPA, mewajibkan pemerintah menyelenggarakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Untuk melaksanakan ketentuan ini, telah diterbitkan PP 10 1961 tentang Pendaftaran Tanah, yang kemudian pada tanggal 8 Juli 1997 diganti dengan PP 241997 tentang Pendaftaran Tanah. Pendaftaran tanah adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh NegaraPemerintah secara terus menerus dan teratur, berupa pengumpulan keterangan atau data tertentu mengenai tanah- tanah tertentu yang ada di wilayah-wilayah tertentu, pengolahan, penyimpanan dan penyajiannya bagi kepentingan rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan, termasuk penerbitan tanda buktinya dan pemeliharaannya ”. 15 Kegiatan pendaftaran tanah pertama kali meliputi : a. Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah. b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihannya. c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai hak pembuktian yang kuat. Pendaftaran tanah dimaksudkan agar terciptanya suatu pusat informasi mengenai bidang-bidang tanah sehingga pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan 15 Boedi Haarsono, Ibid, hlm.72