36
perlindungan hukum kepada pemilik sertipikat dari gugatan dari pihak lain dan menjadikannya sertipikat sebagai tanda bukti yang bersifat mutlak, maka
dibuatlah ketentuan Pasal 32 ayat 2 PP 241997. Menurut AP. Parlindungan, dengan mengacu pada ketentuan Pasal 19 UUPA, dikenal beberapa ciri khusus
pendaftaran tanah, sungguhpun sebenarnya asas tersebut hanya secara implisit tersirat dalam pasal-pasal dari Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961.
Asas-asas tersebut adalah:
26
1. Torrens System adalah sistem pendaftaran tanah yang berlaku seasia dengan
sistem pendaftaran tanah yang sederhana, efisien dan murah dan selalu dapat diteliti pada akta pejabatnya siapa-siapa yang bertanda tangan pada
akta PPAT –nya dan juga pada sertipikat hak atas tanah, demikian juga
apabila terjadi mutasi hak nama dari pemilik sebelumnya dicoret dengan tinta halus, dan penulis pada bagian bawahnya nama pemilik yang baru
disertai dengan alas haknya. 2.
Asas negatif artinya belum tentu seseorang yang tertulis namanya pada sertipikat tanahnya adalah sebagai pemilik yang mutlak, namun terbit
sertipikat, maka tidak dapat lagi diajukan gugatan ke pengadilan. 3.
Asas publisitas adalah bahwa data pendaftaran tanah terbuka untuk umum dan dapat diberikan informasi kepada pemerintah dan kepada masyarakat
yang berkepentingan dengan menerbitkan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah SKPT
26
Muhamad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, Edisi Revisi, Mandar Maju:Bandung,2012, hlm. 396
37
4. Asas specialitas, adalah pendaftaran tanah itu menyediakan surat ukur yang
menjelaskan letak dan luas bidang tanah tersebut dan dengan mudah ditelusuri tempatnya.
5. Rechtskadaster adalah pendaftaran tanah hanya bertujuan untuk kepastian
hukum tidak ada tujuan lain, sungguhpun kegiatan pendaftaran tanah sekarang ini juga sudah ditujukan untuk tujuan lain seperti kepentingan
penarikan pajak. 6.
Kepastian hukum dan perlindungan hukum, adalah pendaftaran tanah itu untuk kepastian dan perlindungan hukum bagi yang empunya.
7. Pemastian lembaga, adalah bahwa pelaksana pendaftaran tanah itu adalah
Kantor Pertanahan yang dibantu oleh PPAT.
27
Sertipikat sebagai surat tanda bukti hak yang bersifat mutlak apabila memenuhi unsur-unsur secara komulatif, yaitu;
a. Sertipikat diterbitkan secara sah atas nama orang atau badan hukum
b. Tanah diperoleh dengan itikad baik;
c. Tanah dikuasai secara nyata;
d. Dalam waktu 5 lima tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu tidak ada
yang mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKota setempat ataupun tidak
mengajukan gugatan ke pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat.
27
AP.Parlindungan,
Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria,
Mandar Maju:Bandung, 1998 hm.26-128
.
38
Dari penjelasan pasal diatas dapat diuraikan bahwa sertipikat merupakan tanda bukti yang kuat, dalam arti bahwa selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya data
fisik dan data yuridis yang ada didalamnya harus diterima sebagai data yang benar. Sudah barang tentu data fisik maupun data yuridis yang tercantum dalam
sertipikat harus sesuai dengan data yang tercantum dalam buku tanah dan surat ukur yang bersangkutan, karena data itu diambil dari buku tanah dan surat ukur.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Masalah Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dan yuridis
empiris yang bertujuan untuk memperoleh suatu penelitian yang benar dan obyektif.
Penelitian Hukum Normatif atau disebut juga penelitian hukum kepustakaan adalah : “Penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka
atau data sekunder belaka”. Dalam penelitian ini pendekatan normatif digunakan untuk menganalisis berbagai peraturan perundang-undangan terkait dengan
Gambar Ukur dalam pendaftaran tanah dan penyelesaian sengketa tanah yaitu UUPA, PP 241997, PMNA 31997 dan Perkaban 32011.
Pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan menelaah ketentuan normatif yang diterapkan pada Gambar Ukur dalam pendaftaran tanah, dan sebagai studi kasus
atau penelitian hukum yang non doktrinal dalam penyelesaian sengketa tanah guna untuk menemukan jawaban-jawaban yang benar dengan pembuktian
kebenaran yang dicari atau dari fakta-fakta sosial yang bermakna hukum yang bertujuan memberikan jaminan kepastian hukum yang diaktualisasikan dalam
praktik pelaksanaanya pada Badan Pertanahan Nasional, dalam hal ini Kantor Pertanahan Kabupaten Tanggamus.
40
3.2. Sumber dan Jenis Data
3.2.1 Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan.
27
Data primer dari penelitian ini diperoleh melalui wawancara dengan responden. Responden
dalam penelitian ini Kepala Seksi Survei Pengukuran dan Pemetaan di Kantor Pertanahan Kabupaten Tanggamus dan Kepala Seksi Sengketa, Konflik dan
Perkara Pertanahan pada Kantor Pertanahan Kab. Tanggamus serta Staf Survei Pengukuran dan Pemetaan Pertanahan di Kantor Pertanahan Kab. Tanggamus
yang bertugas melakukan pengukuran bidang tanah di Kabupaten Tanggamus.
3.2.2. Data Sekunder
Data yang digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan dalam penelitian ini dapun data sekunder adalah:
28
1. Bahan Hukum Primer adalah bahan hukum yang memiliki kekuatan
mengikat.
29
a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria; b
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah;
27
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia Press. Jakarta, 1986, hlm. 51
28
Soerjono Soekanto, Ibid. hlm. 51
29
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op Cit. hlm. 13
41
c Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah 24 Tahun 1997 dan
d Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2011
Tentang Pengolahan dan Pengkajian Penangan Kasus Pertanahan. 2 . Bahan Hukum Sekunder adalah bahan-bahan yang memberi penjelasan
mengenai bahan hukum primer.
30
Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini antara lain adalah literatur-literatur, buku-buku, artikel-artikel, tulisan-
tulisan hasil karya kalangan hukum atau instansi terkait yang berkaitan dengan penelitian Kedudukan Gambar Ukur Dalam Proses Penyelesaian
Sengketa Tanah di Provinsi Lampung.
3.3. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data
3.3.1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1
Studi Kepustakaan Library Research adalah usaha untuk memperoleh data sekunder. Dalam hal ini penulis melakukan serangkaian studi
dokumentasi dengan cara mengumpulkan, membaca, mempelajari, membuat catatan-catatan, dan kutipan-kutipan serta menelaah bahan-bahan
pustaka yaitu berupa karya tulis dari para ahli yang tersusun dalam literatur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ada
30
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Ibid. hlm. 13
42
kaitannya dengan Kedudukan Gambar Ukur Dalam Proses Penyelesaian Sengketa Tanah di Provinsi Lampung.
2 Studi Lapangan Field Research merupakan usaha yang dilakukan untuk
memperoleh data primer. Usaha untuk memperoleh data primer tersebut dilakukan dengan memberikan pertanyaan dan meminta penjelasan kepada
beberapa pihak yang dianggap mengetahui masalah yang berhubungan dengan penelitian Kedudukan Gambar Ukur Dalam Proses Penyelesaian
Sengketa Tanah di Provinsi Lampung. Metode yang dipergunakan adalah wawancara terbuka, di mana peneliti berhadapan langsung dengan pihak
pemberi informasi selaku informan yang mengerti penelitian Kedudukan Gambar Ukur Dalam Proses Penyelesaian Sengketa Tanah di Provinsi
Lampung.
3.3.2. Metode Pengolahan data
Data yang diperoleh atau terkumpul selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut ;
1 Pemeriksaan dataediting, hal ini dilakukan setelah semua data
dikumpulkan. Tujuannya adalah untuk menentukan kelengkapan data yang sesuai dengan pokok bahasan yang telah ditentukan.
2 Klasifikasi data, yaitu menempatkan data sesuai dengan kelompok-
kelompokan yang telah ditentukan dalam bagian-bagian pada pokok bahasan yang akan dibahas, sehingga diperoleh data yang objektif dan
sistematik sesuai dengan penelitian yang dilakukan.