Analisis Data Pendekatan Psikologis Sosial Identifikasi Partai

sosialisasi seseorang calon atau salah satu partai belum tentu akan merubah pemikiran seseorang untuk memilihnya nanti. Mereka memiliki pertimbangan tertentu mengenai calon atau partai tersebut, seperti kemampuan atau kredibilitas calon dalam kehidupan bermasyarakat yang sebenarnya atau dengan kata lain sebagian dari mereka tidak yakin kepada kinerja calon nantinya dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.

f. Analisis Data Pendekatan Psikologis Sosial Identifikasi Partai

Berdasarkan pemaparan berdasarkan lima pertanyaan dalam pendekatan psikologis sosial, orientasi pilihan masyarakat terbentuk berdasarkan kaitan dengan keterikatan emosional pemilih terhadap partai tertentu atau kandidat calon tertentu. Keterikatan emosional itu berhubungan dengan ada atau tidaknya hubungan kekeluargaan pada partaicalon dan kesamaan pilihan partaicalon antara responden dan keluarga, melihat partaicalon yang merakyat dan kekaguman pada partaicalon, serta cara sosialisasi suatu partai atau salah satu calon yang berkompetisi dalam pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012. Berdasarkan pemamparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa masyarakat Pekon Sebarus memiliki pengetahuan, perasaan, dan penilaian yang cukup luas mengenai pendekatan psikologis sosial. Masyarakat memiliki keputusan untuk memilih dan tidak memilih berdasarkan pendekatan psikologis sosial ini karena mengetahui, merasakan, dan menilai bahwa hubungan kekeluargaan pada partaicalon dan kesamaan pilihan partaicalon antara responden dan keluarga menjadi pertimbangan mereka dalam memilih. Partaicalon yang merakyat dan kekaguman pada partaicalon juga menjadi penilaian masyarakat untuk memilih. Cara sosialisasi suatu partai atau salah satu calon yang berkompetisi pun tidak lepas dari pertimbangan masyarakat untuk memilih nantinya karena semakin baik seseorang atau salah satu calon bersosialisasi dengan masyarakatnya maka semakin menarik minat masyarakat itu untuk memilih akibat rasa simpatik yang telah terbentuk. Semua penilaian tersebut terbentuk karena adanya pengetahuan dan perasaan yang terbentuk dari keterikatan emosional pribadi masyarakat sehingga menjadi penilaian pertimbangan dalam memilih. Besaran persentase sikap responden dari pendekatan pilihan rasional dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut: Keterangan : P : Presentase F : Frekuensi pada klasifikasi kategori yang bersangkutan N : Jumlah frekuensi dari seluruh klasifikasikategori Berdasarkan rumus di atas diperoleh persentase sebagai berikut: Kategori Jawaban a = 82480 x 100 = 17,08 Kategori Jawaban b = 196480 x 100 = 40,83 Kategori Jawaban c = 93480 x 100 = 19,38 Kategori Jawaban d = 106480 x 100 = 22,08 Kategori Jawaban e = 3480 x 100 = 0,63 Berdasarkan hasil perhitungan persentase di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 17,08 responden menjawab sangat setuju dan sebanyak 40,83 responden menjawab setuju. Sebanyak 19,38 responden menjawab cukup setuju mengenai pendekatan psikologis sosial ini, sedangkan sebanyak 22,08 responden menjawab tidak setuju dan sebanyak 0,63 responden menjawab sangat tidak setuju. Hasil perhitungan di atas menjelaskan bahwa pertimbangan pilihan responden adalah setuju dengan pembentukan orientasi politik masyarakat Pekon Sebarus berdasarkan pendekatan psikologis sosial ini. Responden memiliki penilaian yang terbentuk dari pengetahuan dan perasaan pribadi sehingga membentuk keterikatan emosional sendiri. Masyarakat mendapatkan pengetahuan dan perasaan yang berasal dari keluarga serta pendidikan, wawasan, dan pengalaman dari pribadi masing-masing. Sebaran jawaban responden pada pendekatan psikologis sosial dapat dilihat pada grafik berikut ini : Gambar 8. Sebaran Jawaban Responden Dari Pendekatan Psikologis Sosial Sumber : Data Primer Juli-Agustus 2012 Berdasarkan Gambar 8 di atas dapat dilihat bahwa secara garis besar sikap responden berdasarkan pendekatan psikologis sosial adalah setuju. Jawaban setuju tersebut terkait pertimbangan pilihan masyarakat yang didasari dengan melihat partaicalon yang merakyat dan kekaguman pada partaicalon, ada atau tidaknya hubungan kekeluargaan pada partaicalon dan kesamaan pilihan partaicalon antara responden dan keluarga, serta cara sosialisasi suatu partai atau salah satu calon yang berkompetisi. Hasil yang didapatkan oleh peneliti dilapangan ini melihat dari penilaian masyarakat secara keseluruhan berdasarkan pendekatan psikologis sosial. Psikologis sosial atau identifikasi partai yang terbentuk karena adanya pengetahuan dan perasaan pribadi sehingga membentuk penilaian dan keterikatan emosional pribadi terhadap partai maupun calon. Pendekatan psikologis sosial responden terhadap orientasi masyarakat Pekon Sebarus dalam pemilukada Lampung Barat 2012 dapat dianalisis dengan menggunakan rumus interval sebagai berikut: NT - NR I = K Keterangan : I = Interval nilai skor NT = Nilai tertinggi NR = Nilai terendah K = Kategori jawaban Nilai tertinggi NT dan nilai terendah NR dapat diketahui melalui tabel rekapitulasi sikap responden berdasarkan skor jawaban terlampir. Tabel ini merupakan hasil rekapitulasi skor jawaban kuisioner yang dibagikan ke 96 orang responden dan merupakan tabel tunggal. Diketahui dari pendekatan psikologis sosial NT= 25 NR= 12 dan jumlah kelas atau banyaknya kategori K penulis tentukan sebanyak 5 kategori sehingga nilai interval masing-masing kelas dapat diketahui sebagai berikut : NT - NR I = K 25 - 12 I = 5 I = 2,6 dibulatkan = 3, maka dapat ditentukan interval sebagai berikut: Tabel 39. Kondisi Orientasi Politik Masyarakat Pekon Sebarus Berdasarkan Pendekatan Psikologis Sosial No Interval Kategori Frekuensi F Persentase 1 23-25 Sangat Tinggi 5 5,21 2 20-22 Tinggi 16 16,67 3 17-19 Sedang 41 42,71 4 14-16 Rendah 31 32,29 5 11-13 Sangat Rendah 3 3,12 Jumlah 96 100 Sumber : Data Primer Juli-Agustus 2012 Berdasarkan Tabel 39, maka dapat diketahui bahwa sebanyak 5 responden atau sebesar 5,21 memiliki skor antara 23 –25 dan masuk ke dalam kategori sangat tinggi. Sebanyak 16 responden atau sebesar 16,67 memiliki skor antara 20 –22 dan masuk ke dalam kategori tinggi. Kategori tinggi dan sangat tinggi tersebut berdasarkan pertimbangan pilihan berdasarkan hubungan kekeluargaan pada partaicalon karena mereka mengakui adanya kedekatan emosional secara pribadi. Kedekatan emosional itu terbentuk karena adanya penilaian diri pribadi terhadap partai atau seseorang calon maupun terbentuk karena lingkungan keluarga yang hidup dari latarbelakang yang sejak lama telah berhubungan dekat dengan partai atau seseorang calon. Masyarakat menganggap bahwa partai maupun calon yang merakyat tentunya lebih mengerti akan kekurangan dan kebutuhan rakyatnya. Calon dan partai tersebut juga secara tidak langsung bersifat pro rakyat dan mementingkan rakyat kecil ketimbang rakyat kalangan atas. Masyarakat yang sebelumnya memiliki ikatan atau kedekatan emosional pribadi maupun dari kelurganya, pasti akan memengaruhi pilihan mereka kepada partai tersebut. Responden menilai bahwa pilihan keluarganya memiliki pertimbangan yang lebih baik ketimbangan partai lainnya, terlebih lagi pemilih tersebut masih masuk kategori pemilih pemula. Pemilih tersebut memiliki kecenderungan akan mudah dipengaruhi dan mengikuti pilihan orang terdekatnya khususnya dalam lingkup keluarga mereka. Masyarakat juga berasumsi bahwa sebelum seseorang menjalin kedekatan emosional pribadi, biasanya mereka memiliki kekaguman terhadap salah satu partai dan akhirnya mereka memiliki rasa solidaritas tinggi terhadap partai tersebut walaupun ada pemberitaan yang kurang baik sekalipun. Kekaguman ini terbentuk dari penilaian karismatik dari partai secara langsung maupun karisma pribadi calon dan orang yang terlibat langsung dengan partai tersebut. Calon atau partai yang bersosialisasi dengan baik tentunya akan menarik perhatian masyarakat untuk memilih nantinya. Semakin baik seseorang atau salah satu calon bersosialisasi dengan masyarakatnya maka semakin menarik minat masyarakat itu untuk memilih karena rasa simpatik yang telah terbentuk. Cara sosialisasi yang bersifat merakyat juga sangat menentukan terbentuknya ketertarikan masyarakat untuk memilih. Sebanyak 41 responden atau sebesar 42,71 memiliki skor antara 17 –19 dan masuk ke dalam kategori sedang. Sebanyak 31 responden atau sebesar 32,29 memiliki skor antara 14 –16 dan masuk ke dalam kategori rendah. Terakhir sebanyak 3 responden atau sebesar 3,12 memiliki skor antara 11 –13 dan masuk ke dalam kategori sangat rendah. Pendekatan psikologis sosial dalam penelitian ini meliputi penilaian cara sosialisasi partaicalon, ada atau tidaknya hubungan kekeluargaan pada partaicalon dan kesamaan pilihan partaicalon antara responden dan keluarga, serta melihat partaicalon yang merakyat dan kekaguman pada partaicalon. Penilaian masyarakat tersebut terbentuk karena adanya pengetahuan dan perasaan yang timbul dari diri pribadi dan menjadi penilain serta keterikatan emosional sehingga membentuk suatu orientasi dalam pemilukada Lampung Barat 2012. Hasil perhitungan pendekatan psikologis sosial masyarakat Pekon Sebarus dalam pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012 secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 9. Perhitungan Pendekatan Psikologis Sosial Secara Keseluruhan Berdasarkan Gambar 9 di atas, persentase yang menunjukkan masyarakat memiliki pertimbangan untuk memilih atau tidak memilih berdasarkan pendekatan psikologis sosial, yaitu sebesar 43 termasuk pada kategori sedang dan sebesar 32 termasuk pada kategori rendah. Kenyataan ini menunjukkan bahwa masyarakat memakai pertimbangan pendekatan psikologis sosial ini sebesar 43 dengan kategori yang biasa saja, selanjutnya masyarakat termasuk dalam kategori rendah dalam memakai pertimbangan pendekatan psikologis sosial, yaitu sebesar 32. Artinya, masyarakat Pekon Sebarus hanya biasa saja untuk menggunakan pendekatan psikologis sosial ini. Masyarakat Pekon Sebarus tidak terlalu setuju memakai pertimbangan kegiatan memilih berupa identifikasi partai. Konsep ini merujuk pada persepsi pemilih atas partai-partai yang ada atau keterikatan emosional pemilih terhadap partai tertentu. Partai yang secara emosional dirasakan sangat dekat dengan pemilih merupakan partai yang selalu dipilih tanpa terpengaruh oleh faktor-faktor lain dalam Pemilukada Lampung Barat 2012.

5. Pendekatan Pilihan Rasional Orientasi Isu Kandidat