memiliki pertimbangan
pilihan yang
didasari pada
jiwa kepemimpinan atau kemampuan pemimpin yang dimiliki calon harus
tanggap terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat. Kemampuan pemimpin hendaknya bersifat pro terhadap rakyat kecil
sehingga kebijakan yang dibuat pun dapat membuat rakyat sejahtera.
Sebanyak 9 orang atau sebesar 9,38 responden menjawab cukup setuju dengan pertimbangan pilihan melihat kemampuan memimpin
calon dalam mengatasi permasalahan masyarakat yang ada saat ini. Selanjutnya, sebanyak 16 orang atau sebesar 16,67 responden
menjawab tidak setuju dan sebanyak 1 orang atau sebesar 1,04 responden menjawab sangat tidak setuju. Responden yang menjawab
cukup setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju memiliki alasan bahwa mereka merasakan jenuh dengan kebijakan dari pemerintah
yang tidak berpihak kepada rakyat kecil. Responden beranggapan semua calon nantinya akan berpotensi untuk membuat kebijakan
yang mengatasnamakan menyelesaikan permasalahan rakyat tetapi kebijakan tersebut malahan membuat rakyat menderita.
e. Pertimbangan Pilihan Responden Melihat Janji Calon Dapat
Diwujudkan Saat Terpilih Nantinya
Pertanyaan kelima terkait pendekatan pilihan rasional ini mengenai pertimbangan pilihan responden melihat janji calon dapat
diwujudkan saat terpilih nantinya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 44. Pernyataan Responden Melihat Janji Calon Dapat Diwujudkan Saat Terpilih
No Kategori Jawaban Frekuensi F
Persentase 1
Sangat setuju 17
17,71 2
Setuju 38
39,58 3
Cukup setuju 17
17,71 4
Tidak setuju 23
23,96 5
Sangat tidak setuju 1
1,04
Total 96
100
Sumber : Data Primer Juli-Agustus 2012
Berdasarkan Tabel 44 diketahui bahwa sebanyak 17 orang atau sebesar 17,71 responden menjawab sangat setuju dan sebanyak 38
orang atau sebesar 39,58 responden menjawab setuju. Responden yang menjawab sangat setuju dan setuju mengenai janji calon ini
didasari pada pertimbangan bahwa seorang calon yang memiliki janji pasti akan mewujudkan janjinya itu saat terpilih nantinya.
Keyakinan ini terbentuk karena sebagian responden percaya dengan kemampuan yang dimiliki calon yang berkompetisi.
Sebanyak 17 orang atau 17,71 responden menjawab cukup setuju, dan sebanyak 23 orang atau sebesar 23,96 responden menjawab
tidak setuju. Responden yang menjawab sangat tidak setuju dalam pertanyaan ini hanya berjumlah 1 orang atau sebesar 1,04.
Responden yang menjawab cukup setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju memiliki alasan bahwa janji responden belum tentu
dapat diwujudkan saat terpilih nanti. Melihat berbagai permasalahan yang ada pasti tidak semua permasalahan bisa diselesaikan sesuai
janji calon tersebut. Responden juga merasakan janji yang disampaikan saat kampanye pasti tidak akan diwujudkan calon
apabila dia nantinya terpilih. Mereka menganggap janji mereka hanya keperluan untuk kampanye dan menarik minat pemilih.
f. Analisis Data Pendekatan Pilihan Rasional Orientasi Isu
Kandidat
Berdasarkan pemamparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa masyarakat Pekon Sebarus memiliki pengetahuan, perasaan, dan
penilaian yang cukup luas mengenai pendekatan pilihan rasional. Masyarakat memiliki keputusan untuk memilih dan tidak memilih
berdasarkan pendekatan pilihan rasional ini karena mengetahui, merasakan, dan menilai bahwa visi dan misi calon serta kemampuan
memimpin calon menjadi pertimbangan mereka dalam memilih. Masyarakat juga secara penuh mendukung bahwa seorang calon
harus memiliki kepemimpinan, ketegasan, dan kedisiplinan. Permasalahan yang dihadapi masyarakat saat ini harus menjadi
tantangan bagi calon yang berkompetisi bahwa dengan kemampuan yang dia miliki dapat diatasi secara baik dan benar. Sebagian
masyarakat juga menilai dan berharap janji calon bisa diwujudkan apabila terpilih nanti. Semua penilaian masyarakat tersebut terbentuk
karena adanya pengetahuan dan perasaan yang terbentuk dari pribadi dan lingkungan sekitar masyarakat lewat sosialisasi sehingga
menjadi penilaian untuk mempertimbangan dalam memilih.
Persentase sikap responden dari pendekatan pilihan rasional dapat diketahui secara jelas dengan menggunakan rumus persentase
sebagai berikut :
Keterangan : P : Presentase
F : Frekuensi pada klasifikasi kategori yang bersangkutan N : Jumlah frekuensi dari seluruh klasifikasikategori
Berdasarkan rumus di atas diperoleh persentase sebagai berikut: Kategori Jawaban a
= 155480 x 100 = 32,29 Kategori Jawaban b = 185480 x 100 = 38,54
Kategori Jawaban c = 63480 x 100 = 13,12 Kategori Jawaban d = 75480 x 100 = 15,63
Kategori Jawaban e = 2480 x 100 = 0,42
Berdasarkan hasil perhitungan persentase di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 32,29 responden menjawab sangat setuju dan
sebanyak 38,54 responden menjawab setuju dengan pendekatan pilihan rasional ini. Selanjutnya, sebanyak 13,12 responden
menjawab cukup setuju, sedangkan sebanyak 15,63 responden menjawab tidak setuju dan 0,42 responden menjawab sangat tidak
setuju.
Hasil perhitungan di atas menggambarkan bahwa pertimbangan pilihan responden adalah setuju dengan pembentukan orientasi
politik masyarakat Pekon Sebarus berdasarkan pendekatan pilihan
rasional ini. Responden memiliki penilaian yang terbentuk dari pengetahuan dan perasaan pribadi serta dari interaksi dengan
lingkungan sekitar mereka. Pengetahuan dan perasaan pribadi yang dimiliki masyarakat berasal dari keluarga dan pendidikan yang
mereka miliki, sedangkan pengetahuan dan perasaan yang terbentuk dari lingkungan sekitar mereka karena bersosialisasi dengan tetangga
dan teman sepermainan mereka.
Sebaran jawaban responden pada pendekatan pilihan rasional dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Gambar 10. Sebaran Jawaban Responden dari Pendekatan Pilihan Rasional
Sumber : Data Primer Juli-Agustus 2012 Berdasarkan Gambar 10 di atas dapat dilihat bahwa secara
keseluruhan sikap responden berdasarkan pendekatan psikologis adalah setuju. Jawaban setuju tersebut terkait pertimbangan pilihan
masyarakat yang didasari atas melihat janji calon akan mampu diwujudkan saat terpilih nanti, melihat visi dan misi calon secara
keseluruhan, melihat calon dari sisi pengalamannya di birokrasi, dan melihat kemampuan memimpin calon dalam mengatasi permaslahan
yang ada. Jawaban yang sangat menonjol dari pendekatan pilihan rasional ini adalah pertimbangan masyarakat yang melihat calon dari
sisi kepemimpinan, ketegasan, dan kedisiplinan calon. Menurut masyarakat Pekon Sebarus, calon-calon yang berkompetisi harus
memiliki jiwa kepemimpinan, kedisiplinan, dan ketegasan agar bisa memberikan perubahan untuk Lampung Barat yang lebih baik lagi.
Hasil yang didapatkan oleh peneliti dilapangan ini melihat dari penilaian masyarakat secara keseluruhan berdasarkan pendekatan
pilihan rasional yang terbentuk karena adanya pengetahuan dan perasaan pribadi serta lingkungan sekitar mereka.
Selanjutnya untuk menganalisa pendekatan pilihan rasional responden terhadap orientasi masyarakat Pekon Sebarus dalam
pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012 dengan menggunakan rumus interval sebagai berikut :
NT - NR I =
K Keterangan :
I = Interval nilai skor NT = Nilai tertinggi
NR = Nilai terendah K = Kategori jawaban
Nilai tertinggi NT dan nilai terendah NR dapat diketahui melalui tabel rekapitulasi sikap responden berdasarkan skor jawaban
terlampir. Tabel ini merupakan hasil rekapitulasi skor jawaban kuisioner yang dibagikan ke 96 orang responden dan merupakan
tabel tunggal. Diketahui dari pendekatan pilihan rasional NT= 25 NR= 12 dan jumlah kelas atau banyaknya kategori K penulis
tentukan sebanyak 5 kategori, sehingga nilai interval masing-masing kelas dapat diketahui sebagai berikut :
NT - NR I =
K 25 - 12
I = 5
I = 2,6 dibulatkan = 3, maka dapat ditentukan interval sebagai
berikut :
Tabel 45. Kondisi Orientasi Politik Masyarakat Pekon Sebarus Berdasarkan Pendekatan Pilihan Rasional
No Interval
Kategori Frekuensi
F Persentase
1 23-25
Sangat Tinggi 17
17,71 2
20-22 Tinggi
30 31,25
3 17-19
Sedang 31
32,29 4
14-16 Rendah
14 14,58
5 11-13
Sangat Rendah 4
4,17
Jumlah 96
100
Sumber : Data Primer Juli-Agustus 2012 Berdasarkan Tabel 45 di atas, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 17
responden atau sebesar 17,71 memiliki skor antara 23 –25 dan
masuk ke dalam kategori sangat tinggi. Sebanyak 30 responden atau
sebesar 31,25 memiliki skor antara 20 –22 dan masuk ke dalam
kategori tinggi. Kategori sangat tinggi dan tinggi ini didapatkan atas pertimbangan responden yang melihat visi dan misi calon harus
berhubungan atau relevan dengan permasalahan yang dialami masyarakat kalangan menengah ke bawah sehingga masyarakat
sebagai pemilih menjadi tertarik untuk memberikan suaranya kepada calon tersebut. Masyarakat berpendapat bahwa kepemimpinan,
ketegasan, dan kedisiplinan calon sangat menentukan pertimbangan masyarakat dalam menentukan pilihannya.
Alasan lain yang mendukung dari kategori sangat tinggi dan tinggi ini karena masyarakat melihat calon yang mempunyai pengalaman
dibidang birokrasi pasti akan lebih mengerti dan mudah untuk menjalankan pemerintahan yang akan dia pimpin nantinya. Calon
yang baik juga dapat mengatasi berbagai permasalahan yang ada di masyarakatnya khususnya masyarakat kalangan bawah. Terakhir,
seorang calon yang memiliki janji pasti akan mewujudkan janjinya itu saat terpilih nantinya. Keyakinan ini terbentuk karena sebagian
responden percaya dengan kemampuan yang dimiliki calon yang berkompetisi.
Sebanyak 31 responden atau sebesar 32,29 responden memiliki skor antara 17
–19 dan masuk ke dalam kategori sedang. Sebanyak 14 responden atau sebesar 14,58 responden memiliki skor antara 14
– 16 dan masuk ke dalam kategori rendah. Terakhir, sebanyak 4
responden atau 4,17 memiliki skor antara 11-13 dan masuk ke dalam kategori sangat rendah. Ketiga kategori ini didasari jawaban
reponden yang melihat visi dan misi calon tidak berhubungan atau relevan dengan permasalahan yang mereka alami, seperti
kemiskinan, pelayanan pemerintah, dan lain sebagainya. Masyarakat juga tidak mau kepemimpinan, ketegasan, dan kedisiplinan calon
hanya terlihat saat kampanye semata untuk menarik perhatian.
Penilain atau alasan lainnya adalah pengalaman di birokrasi calon tidak menutup kemungkinan akan dimanfaatkan calon untuk mencari
celah menyalahgunakan wewenang yang ada, alias korupsi. Masyarakat juga merasakan jenuh dengan kebijakan dari pemerintah
yang tidak berpihak kepada rakyat kecil. Responden beranggapan semua calon nantinya akan berpotensi untuk membuat kebijakan
yang mengatasnamakan menyelesaikan permasalahan rakyat tetapi kebijakan tersebut malahan membuat rakyat menderita. Terakhir,
masyarakat melihat berbagai permasalahan yang ada pasti tidak semua bisa diselesaikan sesuai janji calon tersebut. Responden juga
merasakan janji yang disampaikan saat kampanye pasti tidak akan diwujudkan calon apabila dia nantinya terpilih. Mereka menganggap
janji mereka hanya keperluan untuk kampanye dan menarik minat pemilih.
Pendekatan pilihan rasional dalam penelitian ini meliputi penilaian masyarakat melihat visi dan misi calon serta kemampuan memimpin
calon, melihat kepemimpinan, ketegasan, dan kedisiplinan calon yang berkompetisi, melihat kemampuan calon dalam mengatasi
permasalahan, dan melihat janji calon bisa diwujudkan apabila terpilih nanti. Penilaian masyarakat tersebut terbentuk karena adanya
pengetahuan dan perasaan yang timbul dari lingkungan sekitar maupun dari pribadi mereka sehingga membentuk suatu orientasi
dalam pemilukada Lampung Barat 2012.
Hasil perhitungan pendekatan Pilihan rasional masyarakat Pekon Sebarus dalam pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012 secara
keseluruhan dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 11. Perhitungan Pendekatan Pilihan Rasional Secara Keseluruhan
Berdasarkan Gambar 11 di atas, persentase yang menunjukkan masyarakat memiliki pertimbangan untuk memilih atau tidak memilih
berdasarkan pendekatan psikologis sosial, yaitu sebesar 32 termasuk pada kategori sedang dan sebesar 31 termasuk pada
kategori tinggi. Kenyataan ini menunjukkan bahwa masyarakat memakai pertimbangan pendekatan pilihan rasional ini sebesar 31
dengan kategori yang dominan, selanjutnya masyarakat menganggap pendekatan pilihan rasional sebagai pertimbangan yang biasa sebesar
32. Artinya, masyarakat Pekon Sebarus cenderung menggunakan pendekatan struktural ini sebesar 31 berdasarkan kaitannya dengan
kalkulasi untung dan rugi dari pemilih untuk membuat keputusan apakah ikut memilih atau tidak memilih dalam Pemilukada Lampung
Barat 2012.
D. Pembahasan Keseluruhan Tentang Orientasi Masyarakat Pekon Sebarus Dalam Pemilukada Kabupaten Lampung Barat 2012
Orientasi politik merupakan suatu cara pandang suatu individu atau kelompok
dalam masyarakat meliputi pengetahuan, perasaan, dan penilaian terhadap fenomena-fenomena yang dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal
terkait dengan sistem maupun objek politik di sekitar hidup masyarakat itu sendiri. Pengetahuan dan perasaan yang dimiliki setiap orang sebagai
pemilih dalam pemilihan umum atau pemilihan kepala daerah merupakan bagian yang terbentuk melalui proses tertentu. Proses tersebut dibentuk
menjadi karakteristik pribadi masing-masing baik dari proses pembelajaran
dari faktor eksternal seperti keluarga dan faktor eksternal seperti sosialisasi dengan teman, tetangga, dan lain sebagainya. Keseluruhan proses tersebut
akhirnya membentuk suatu penilaian terhadap suatu objek maupun fenomena yang ada di sekitar mereka.
Orientasi politik tidak dapat dilepaskan dari pengetahuan, perasaan, dan penilaian masyarakat terhadap suatu objek dan sistem politik. Penelitian ini
mengukur pengetahuan, perasaan, dan penilain terhadap objek dan sistem politik tersebut menggunakan lima pendekatan, yaitu pendekatan struktural,
pendekatan sosiologis, pendekatan ekologis, pendekatan psikologis sosial, dan pendekatan pilihan rasional. Berdasarkan hasil dan pembahasan
mengenai kelima pendekatan sebelumnya, diketahui besaran masing-masing pendekatan yang dipakai oleh masyarakat Pekon Sebarus dalam Pemilukada
Kabupaten Lampung Barat 2012. Masyarakat memakai beberapa pertimbangan pilihan berdasarkan pertanyaan yang peneliti berikan dalam
bentuk kuesioner.
Berdasarkan hasil perhitungan pendekatan struktural secara keseluruhan, masyarakat Pekon Sebarus memiliki pengetahuan, perasaan, dan penilaian
yang cukup luas mengenai pendekatan struktur sosial. Masyarakat memiliki keputusan untuk memilih dan tidak memilih berdasarkan pendekatan
struktural ini karena mengetahui, merasakan, dan menilai bahwa permasalahan infrastruktur dan permasalahan pelayanan pemerintah menjadi
pertimbangan mereka dalam memilih. Ketidakpuasan masyarakat dengan kepemimpinan Bupati yang masih menjabat pun tidak lepas dari penilaian
masyarakat sehingga menjadi pertimbangan dalam memilih. Masyarakat juga menilai bahwa banyaknya jumlah calon yang berkompetisi menjadi
pertimbangan mereka dalam memilih, tetapi perbedaan agama calon yang berkompetisi tidak menjadi pertimbangan yang cukup berarti bagi mereka
dalam memilih nantinya. Semua penilaian tersebut terbentuk karena adanya pengetahuan dan perasaan yang terbentuk dari pribadi dan lingkungan sekitar
masyarakat sehingga menjadi penilaian untuk mempertimbangan dalam memilih.
Masyarakat Pekon Sebarus memakai pendekatan struktural ini sebesar 42 dalam kategori yang tinggi dan sebesar 28 dalam kategori sedang.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa masyarakat memakai pertimbangan pendekatan struktural ini sebesar 42 dengan kategori yang dominan,
selanjutnya masyarakat menganggap pendekatan struktural sebagai pertimbangan yang biasa sebesar 28. Artinya, masyarakat Pekon Sebarus
cenderung menggunakan pendekatan struktural ini sebesar 42 dengan melihat kegiatan memilih sebagai produk dari konteks struktur yang lebih
luas, seperti struktur sosial, permasalahan, dan program yang ditonjolkan oleh setiap partai dalam Pemilukada Lampung Barat 2012.
Berdasarkan hasil perhitungan pendekatan sosiologis secara keseluruhan di dapatkan hasil bahwa masyarakat memiliki keputusan untuk memilih dan
tidak memilih berdasarkan pendekatan sosiologis ini karena mengetahui,
merasakan, dan menilai bahwa usia calon yang produktif pasti memiliki
pengetahuan, wawasan, dan pengalaman yang lebih luas ketimbang usia lebih
muda. Jenis kelamin, kekayaan calon, dan pendidikan seorang calon yang berkompetisi pun menjadi pertimbangan dalam pilihan masyarakat.
Masyarakat masih memiliki pandangan patrilineal yang lebih mengedepankan garis keturunan pria daripada perempuan. Masyarakat melihat kekayaan calon
karena mereka beranggapan bahwa tingkat kekayaan atau penghasilan seorang calon menentukan juga dalam penyelewengan kewenangan yang
dimiliki nantinya terutama dalam tindakan korupsi. Pendidikan calon dinilai masyarakat karena semakin tinggi tingkat pendidikan seorang calon maka
semakin tinggi ketertarikan pemilih untuk memilih orang tersebut. Terakhir, pekerjaan calon juga menjadi pertimbangan dalam pendekatan sosiologis ini
karena masyarakat menilai pekerjaan calon yang berhubungan dengan instansi atau perusahaan yang memiliki struktur organisasi maupun
kepegawaian pasti akan lebih mengerti cara memimpin dan mengatasi berbagai permasalahan yang ada nantinya. Semua penilaian tersebut terbentuk
karena adanya pengetahuan dan perasaan yang terbentuk dari pribadi masyarakat sehingga menjadi penilaian untuk meliht secara langsung aspek
sosiologis atau kondisi sosial dan ekonomi seorang calon.
Masyarakat Pekon Sebarus memakai pendekatan ini sebesar 38 dalam kategori sedang dan sebesar 28 dalam kategori tinggi. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa masyarakat memakai pertimbangan pendekatan sosiologis ini sebesar 28 dengan kategori yang dominan, selanjutnya
masyarakat menganggap pendekatan sosiologis sebagai pertimbangan yang biasa sebesar 38. Artinya, masyarakat Pekon Sebarus cenderung
menggunakan pendekatan sosiologis ini sebesar 28 dengan melihat kegiatan
memilih dalam kaitan konteks sosial. Pilihan seseorang dalam pemilihan umum dipengaruhi latar belakang demografi dan sosial ekonomi, seperti usia,
jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan calon yang ikut berkompetisi dalam Pemilukada Lampung Barat 2012.
Berdasarkan perhitungan
pendekatan ekologis
secara keseluruhan,
masyarakat Pekon Sebarus memiliki pengetahuan, perasaan, dan penilaian yang cukup luas mengenai pendekatan ekologis atau kedaerahan. Masyarakat
memiliki keputusan untuk memilih dan tidak memilih berdasarkan pendekatan kedaerahan ini karena mengetahui, merasakan, dan menilai
bahwa kelompok masyarakat tertentu melihat adanya kesamaan suku atau etnis maupun kesamaan profesi dalam menentukan pilihannya. Pendekatan
ekologis ini juga menekankan rasa kedaerahan dengan adanya calon yang berasal dari daerah sekitar seperti tokoh adat, tokoh agama, pengusaha
sekitar, tokoh pemuda sekitar ataupun putra daerah. Aspek-aspek kedaerahan tersebut mendasari pertimbangan masyarakat dalam memilih. Semua
penilaian tersebut terbentuk karena adanya pengetahuan dan perasaan yang terbentuk dari pribadi dan lingkungan sekitar masyarakat sehingga
masyarakat memiliki keterikatan dan kedekatan tersendiri dari sisi kedaerahan yang ada.
Masyarakat Pekon Sebarus memakai pendekatan ini sebesar 42 dalam kategori yang sedang dan sebesar 30 dalam kategori rendah. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa masyarakat memakai pertimbangan pendekatan ekologis ini sebesar 42 dengan kategori yang biasa saja, selanjutnya masyarakat
memakai pendekatan ekologis ini dalam kategori rendah, yaitu sebesar 30. Artinya, masyarakat Pekon Sebarus hanya biasa saja untuk menggunakan
pendekatan ekologis ini. Masyarakat Pekon Sebarus tidak terlalu setuju melihat kegiatan memilih yang terbentuk berdasarkan kaitan dengan
perbedaan karakteristik pemilih berdasarkan unit teritorial, seperti desa, kelurahan, kecamatan, dan kabupaten. Pilihan seseorang dalam pemilihan
umum dipengaruhi oleh rasa kedaerahan seperti melihat calon yang merupakan putra daerah, calon merupakan tokoh agamatokoh adat, melihat
calon merupakan pengusaha atau tokoh pemuda yang ada disekitar masyarakat, serta melihat dari sisi kesamaan profesi dan kesamaan sukuetnis
calon yang ikut berkompetisi dalam Pemilukada Lampung Barat 2012.
Berdasarkan perhitungan pendekatan psikologis sosial secara keseluruhan di dapatkan hasil bahwa masyarakat Pekon Sebarus memiliki pengetahuan,
perasaan, dan penilaian yang cukup luas mengenai pendekatan psikologis
sosial. Masyarakat memiliki keputusan untuk memilih dan tidak memilih
berdasarkan pendekatan psikologis sosial ini karena mengetahui, merasakan,
dan menilai bahwa hubungan kekeluargaan pada partaicalon dan kesamaan
pilihan partaicalon antara responden dan keluarga menjadi pertimbangan
mereka dalam memilih. Partaicalon yang merakyat dan kekaguman pada
partaicalon juga menjadi penilaian masyarakat untuk memilih. Cara sosialisasi suatu partai atau salah satu calon yang berkompetisi pun tidak
lepas dari pertimbangan masyarakat untuk memilih nantinya karena semakin baik seseorang atau salah satu calon bersosialisasi dengan masyarakatnya
maka semakin menarik minat masyarakat itu untuk memilih akibat rasa
simpatik yang telah terbentuk. Semua penilaian tersebut terbentuk karena adanya pengetahuan dan perasaan yang terbentuk dari keterikatan emosional
pribadi masyarakat sehingga menjadi penilaian pertimbangan dalam memilih.
Masyarakat Pekon Sebarus memakai pendekatan ini sebesar 43 dalam kategori sedang dan sebesar 32 dalam kategori rendah. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa masyarakat memakai pertimbangan pendekatan psikologis sosial ini sebesar 43 dengan kategori yang biasa saja, selanjutnya
masyarakat memakai pertimbangan pendekatan psikologis sosial dalam kategori yang rendah, yaitu sebesar 32. Artinya, masyarakat Pekon Sebarus
hanya biasa saja untuk menggunakan pendekatan psikologis sosial ini. Masyarakat Pekon Sebarus tidak terlalu setuju memakai pertimbangan
kegiatan memilih berupa identifikasi partai. Konsep ini merujuk pada persepsi pemilih atas partai-partai yang ada atau keterikatan emosional
pemilih terhadap partai tertentu. Partai yang secara emosional dirasakan sangat dekat dengan pemilih merupakan partai yang selalu dipilih tanpa
terpengaruh oleh faktor-faktor lain dalam Pemilukada Lampung Barat 2012.
Perhitungan pendekatan pilihan rasional secara keseluruhan di dapatkan hasil bahwa masyarakat Pekon Sebarus memiliki pengetahuan, perasaan, dan
penilaian yang cukup luas mengenai pendekatan pilihan rasional. Masyarakat memiliki keputusan untuk memilih dan tidak memilih berdasarkan
pendekatan pilihan rasional ini karena mengetahui, merasakan, dan menilai bahwa visi dan misi calon serta kemampuan memimpin calon menjadi
pertimbangan mereka dalam memilih. Masyarakat juga secara penuh
mendukung bahwa seorang calon harus memiliki kepemimpinan, ketegasan, dan kedisiplinan. Permasalahan yang dihadapi masyarakat saat ini harus
menjadi tantangan bagi calon yang berkompetisi bahwa dengan kemampuan yang dia miliki dapat diatasi secara baik dan benar. Sebagian masyarakat juga
menilai dan berharap janji calon bisa diwujudkan apabila terpilih nanti. Semua penilaian masyarakat tersebut terbentuk karena adanya pengetahuan
dan perasaan yang terbentuk dari pribadi dan lingkungan sekitar masyarakat lewat sosialisasi sehingga menjadi penilaian untuk mempertimbangan dalam
memilih.
Masyarakat Pekon Sebarus memakai pendekatan ini sebesar 32 dalam kategori sedang dan sebesar 31 dalam kategori tinggi. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa masyarakat memakai pertimbangan pendekatan pilihan rasional ini sebesar 31 dengan kategori yang dominan, selanjutnya
masyarakat menganggap pendekatan pilihan rasional sebagai pertimbangan yang biasa sebesar 32. Artinya, masyarakat Pekon Sebarus cenderung
menggunakan pendekatan struktural ini sebesar 31 berdasarkan kaitannya dengan kalkulasi untung dan rugi dari pemilih untuk membuat keputusan
apakah ikut memilih atau tidak memilih dalam Pemilukada Lampung Barat 2012.
Apabila hasil perhitungan keseluruhan dari masing-masing pendekatan tersebut dianalisis berdasarkan klasifikasi kategori, maka akan didapatkan
jawaban bahwa masyarakat Pekon Sebarus memakai pertimbangan pembentukan orientasi politik yang dominan berdasarkan pendekatan
struktural sebesar 42 kemudian pendekatan pilihan rasional sebesar 31, dan yang terakhir pendekatan sosiologis sebesar 28. Hasil akhir dari
penelitian ini membuktikan bahwa orientasi politik masyarakat Pekon Sebarus dalam Pemilukada yang paling menonjol atau dominan dengan
menggunakan pendekatan struktural dan pendekatan pilihan rasional.
Judul Skripsi
: Orientasi Politik Masyrakat pekon sebarus dalam Pemilukada Kabupaten
Lampung Barat 2012 Nama Mahasiswa
: NORALIA PRIYANTI
Nomor Pokok Mahasiswa : 0816021048
Jurusan : Ilmu Pemerintahan
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Drs. Aman Toto Dwijono, M. H Robi Cahyadi K, S.IP, M.A
NIP 19570728 198703 1 006 NIP. 19780430 200501 1 002
2. Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan
Drs. Aman Toto Dwijono, M. H NIP 19570728 198703 1 006
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145
PANDUAN KUESIONER Orientasi Politik Masyarakat Pekon Sebarus Dalam Pemilukada Kabupaten
Lampung Barat 2012
I. Identitas Responden
1. Nama
: 2.
Jenis Kelamin : Laki-LakiPerempuan coret salah satu
3. Umur
: 4.
Agama :
5. Pekerjaan
: 6.
Pendidikan Terakhir :
II. Petunjuk Pengisian
1. Isilah data identitas BapakIbuSaudaraSaudari dengan lengkap.
2. Pilihlah jawaban yang BapakIbuSaudaraSaudari anggap paling benar
dan tepat pada setiap pertanyaan dengan memberikan tanda silang X. 3.
Mohon dijawab dengan sejujur-jujurnya dari setiap pertanyaan. 4.
Sebelum dikembalikan, mohon diperiksa kembali kelengkapan jawaban BapakIbuSaudaraSaudari.
III. Daftar Pertanyaan
A. Pendekatan Struktural struktur sosial
1.
Apakah Anda setuju, banyaknya jumlah calon yang ikut dalam pemilukada Lampung Barat 2012 menjadi pertimbangan pilihan Anda?
a Sangat setuju
d Tidak setuju b
Setuju e Sangat tidak setuju
c Cukup setuju
2.
Apakah Anda setuju, masih adanya permasalahan infrastruktur rusaknya jalan dan tidak meratanya pembangunan
Lampung Barat
menjadi pertimbangan pilihan Anda?
a Sangat setuju
d Tidak setuju b
Setuju e Sangat tidak setuju
c Cukup setuju