c. Koefisien Determinasi
Dalam analisis korelasi terdapat suatu angka yang disebut dengan koefisien determinasi yang sering disebut koefisien penentu, karena besarnya
adalah kuadrat dari koefisien korelasi r
2
. Sehingga koefisien ini berguna untuk mengetahui besarnya kontribusi pengaruh pelaksanaan administrasi pajak daerah
dan kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak daerah, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Sumber: Jonathan, 2006:72
Keterangan : Kd = Koefisien Determinasi
r = Koefisien Korelasi
3.2.6.2 Uji Hipotesis
Rancangan pengujian hipotesis ini dinilai dengan penetapan hipotesis nol dan hipotesis alternatif, penelitian uji statistik dan perhitungan nilai uji statistik,
perhitungan hipotesis, penetapan tingkat signifikan dan penarikan kesimpulan. Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada
tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis nol H
o
tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan Hipotesis alternatif H
a
menunjukkan adanya pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat. Rancangan pengujian hipotesis penelitian ini untuk menguji ada tidaknya
pengaruh antara variabel independent X yaitu Pelaksanaan Administrasi Pajak Kd = r
2
x 100
Daerah X
1
dan Kepatuhan Wajib Pajak X
2
terhadap Penerimaan Pajak Daerah sebagai variabel dependen Y, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Penetapan Hipotesis
a. Hipotesis Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka
dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: a
Hipotesis parsial antara variabel bebas Faktor manajerial terhadap variabel terikat Pendapatan Asli Daerah.
Ho : Pelaksanaan Administrasi Pajak Daerah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Penerimaan Pajak Daerah.
Ha : Pelaksanaan Administrasi Pajak Daerah berpengaruh secara
signifikan terhadap Penerimaan Pajak Daerah. b
Hipotesis parsial antara variabel bebas Penerimaan pajak Reklame terhadap variabel terikat Pendapatan Asli Daerah.
Ho : Kepatuhan Wajib Pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Penerimaan Pajak Daerah.
Ha : Kepatuhan Wajib Pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Penerimaan Pajak Daerah.
Hipotesis secara simultan antara variabel bebas Faktor manajerial dan Penerimaan pajak Reklame terhadap variabel terikat
Pendapatan Asli Daerah. H
o
: Pelaksanaan Administrasi Pajak Daerah dan Kepatuhan Wajib Pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
Penerimaan Pajak Daerah. H
a
: Pelaksanaan Administrasi Pajak Daerah dan Kepatuhan Wajib Pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
Penerimaan Pajak Daerah. b. Hipotesis Statistik
Pengujian Hipotesis Secara Parsial Uji Statistik t. Dalam pengujian hipotesis ini menggunakan uji dua pihak two tail
test dilihat dari bunyi hipotesis statistik yaitu hipotesis nol H :
β = 0 dan hipotesis alternatifnya H
1
: β ≠ 0
Ho : β = 0 : Pelaksanaan Administrasi Pajak Daerah tidak berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak Daerah lebih
kecil dari. Ha : β ≠ 0 : Pelaksanaan Administrasi Pajak Daerah terhadap
Penerimaan Pajak Daerah lebih besar. Ho : ρ = 0 : Kepatuhan Wajib Pajak tidak berpengaruh terhadap
Penerimaan Pajak Daerah lebih kecil dari.
Ha : β ≠ 0 : Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak Daerah lebih besar.
Pengujian Hipotesis Secara Simultan Uji Statistik F. Ho : β 0 : Pelaksanaan Administrasi Pajak Daerah dan
Kepatuhan Wajib Pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Penerimaan Pajak Daerah.
Ha : β ≠ 0 : Pelaksanaan Administrasi Pajak Daerah dan Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh secara signifikan
terhadap Penerimaan Pajak Daerah
2. Menentukan tingkat signifikan
Ditentukan dengan 5 dari derajat bebas dk = n – k – l, untuk
menentukan t
tabel
sebagai batas daerah penerimaan dan penolakan hipotesis. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 atau 5 karena
dinilai cukup untuk mewakili hubungan variabel – variabel yang diteliti
dan merupakan tingkat signifikasi yang umum digunakan dalam statu penelitian.
Menghitung nilai t
hitung
dengan mengetahui apakah variabel koefisien korelasi signifikan atau tidak dengan rumus :
dan
Dimana : r = Korelasi parsial yang ditentukan
n = Jumlah sampel t = t
hitung
Selanjutnya menghitung nilai F
hitung
sebagai berikut :
Sumber: Sugiyono Dimana:
R = koefisien kolerasi ganda K = jumlah variabel independen
n = jumlah anggota sampel
3. Menggambar Daerah Penerimaan dan Penolakan
Untuk menggambar daerah penerimaan atau penolakan maka digunakan
kriteria sebagai berikut : Hasil t
hitung
dibandingkan dengan F
tabel
dengan kriteria : a
Jika t
hitung
≥ t
tabel
atau t
hitung
≤ -t
tabel
maka H ada di daerah
penolakan, berarti Ha diterima artinya antara variabel X dan
variabel Y ada pengaruhnya. b
Jika -t
tabel
≤ t
hitung
≤ t
tabel
maka H ada di daerah penerimaan, berarti
Ha ditolak artinya antara variabel X dan variabel Y tidak ada pengaruhnya.
c t hitung; dicari dengan rumus perhitungan t hitung, dan
d t tabel; dicari di dalam tabel distribusi t student dengan ketentuan
sebagai berikut, α = 0,05 dan dk = n-k-1 atau 24-2-1=21
Hasil Fhitung dibandingkan dengan F
tabel
dengan kriteria : a
Tolak ho jika F
hitung
F
tabel
pada alpha 5 untuk koefisien positif. b
Tolak Ho jika F
hitung
F
tabel
pada alpha 5 untuk koefisien negatif. c
Tolak Ho jika nilai F-sign ɑ ,05.
4. Menggambar Daerah Penerimaan dan Penolakan
Gambar 3.11 Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis
5. Penarikan Kesimpulan
Daerah yang diarsir merupakan daerah penolakan, dan berlaku sebaliknya. Jika t
hitung
dan F
hitung
jatuh di daerah penolakan penerimaan, maka Ho ditolak diterima dan Ha diterima ditolak. Artinya koefisian regresi signifikan tidak
signifikan. Kesimpulannya, Pelaksanaan Administrasi Pajak Daerah dan Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh tidak berpengaruh terhadap Penerimaan
Pajak Daerah. Tingkat signifikannya yaitu 5 α = 0,05, artinya jika hipotesis
nol ditolak diterima dengan taraf kepercayaan 95 , maka kemungkinan bahwa hasil dari penarikan kesimpulan mempunyai kebenaran 95 dan hal ini
menunjukan adanya tidak adanya pengaruh yang meyakinkan signifikan antara dua variabel tersebut.
78
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Dinas Pendapatan Kota Bandung
Pada gambaran umum Dinas Pendapatan Kota Bandung ini, terlebih dahulu akan menjabarkan sejarah singkat berikut struktur organisasi yang
menguraikan tugas dan fungsi bagian-bagian yang ada didalamnya, sehingga akan memberikan gambaran yang menyeluruh tentang kegiatan yang sedang diteliti
serta mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan wewenang dan tanggung jawab Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung.
4.1.1.1 Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Bandung
Berdasarkan surat keputusan Walikotamadya kepala Daerah Tingkat II Bandung nomer : 992272 Tanggal 12 Juni 1972, Dinas Pendapatan Daerah
Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung membawahi 5 lima satuan kerja, yaitu : 1.
Bagian Perpajakan dan Restribusi BAPAR, 2.
Bagian Iuran Rehabilitasi Daerah IREDA, 3.
Bagian Eksploitasi Parkir BEP, 4.
Bagian Perusahaan Pasar BPP, 5.
Bagian Tata Usaha Dalam TUD. Pada tahun 1980, dikeluarkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah
Tingkat II Bandung Nomor : 09PD. 1980 tanggal 10 Juli 1980, dimana Struktur