Teori Belajar Behavioristik Teori Belajar yang Mendasari Pengembangan Multimedia Interakif
38
tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat
dilihat sebagai tingkah laku yang tampak. Asri Budiningsih, 2005:34 mengemukakan banyak teori belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori
belajar yang sering disebut sebagai model perseptual, yaitu tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamnnya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Landasan penggunaan media dalam teori belajar kognitif perkembangan Piaget.
Menurut teori kognitif hakekat belajar adalah suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, re-organisasi perceptual, dan proses
internal. Kebebasan dan keterlibatan sisa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa Asri
Budiningsih, 2005:48-49. Kegiatan pembelajaran yang berdasarkan teori ini mengikuti prinsip-
prinsip sebagai berikut: a.
Siswa bukan sebagai orang biasa yang mudah dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan melalui tahap-tahap tertentu.
b. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan
baik terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit. c.
Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar sangat diperhitungkan karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan
akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
39
d. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu
mengaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
e. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun
dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
f. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal.
Agar bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah
menunjukkan hubungan antara apa yang sedang dipelajari guru dengan apa yang telah diketahui siswa.
g. Perbedaan individu pada diri siswa, misalnya motivasi, persepsi,
kemampuan berfikir, pengetahuan awal, dan sebagainya, perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan
belajar siswa. Para tokoh aliran yakni: Piaget, Bruner dan Ausubel secara umum
memiliki pandangan yang sama tentang belajar yaitu mementingkan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar Asri Budiningsih, 2003: 50-
51. Menurut Piaget hanya dengan mengaktifkan siswa secara optimal maka proses asimilasi dan akamodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi
dengan baik. Proses asimilasi merupakan proses pengintegrasian atau menyatukan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki
40
siswa. Proses akomodasi merupakan proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Jadi belajar itu tidak hanya menerima informasi dan
pengalaman baru saja, tetapi juga terjadi penstrukturan kembali informasi dan pengalaman lamanya untuk mengakomodasi informasi dan pengalaman
yang baru Herman Hudojo, 1988:47. Sedangkan proses ekuilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan
antara asimilasi dan akomodasi Asri Budiningsih, 2003: 20. Hal ini senada diungkapkan oleh Heinich, et.al.1996:17 dengan teori belajar kognitif dari
Piaget, akan ada proses secara bertahap dalam penerimaan materi ke otak sesuai dengan kemampuan siswa yang lebih bersifat individual. Karya
terbesar Piaget dalam hal proses belajar, bahwa proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai dengan umurnya,
yang disebut dengan empat tahapan perkembangan kognitif. Keempat tahapan tersebut, adalah tahap sensorimotor umur 0-2 tahun, pra-
operasional umur 2-7 tahun, tahap operasi kongkrit umur 7-11 tahun, dan tahap operasi formal umur 11-15 tahun. Implikasi teori ini dalam
multimedia, bahwa tampilan produk yang berupa teks, gambar, animasi, navigasi
interaktif, dan
suara sound
yang dihasilkan
harus mempertimbangkan tingkat perkembangan siswa.
Bruner lebih banyak memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk belajar sendiri melalui aktivitas menemukan discovery. Cara demikian
akan mengarahkan siswa pada bentuk belajar induktif, yang menuntut