13
berpusat pada rakyat. Melalui program pemberdayaan ini membuka peluang bagi masyarakat untuk membangun diri secara partisipatif.
Menurut Edi Suharto 2005: 60, tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan masyarakat khususnya kelompok lemah
yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal misalnya persepsi mereka sendiri maupun kondisi eksternal misalnya ditindas oleh
struktur sosial yang tidak adil. Jadi kesimpulannya, bahwa upaya pemberdayaan masyarakat
bertujuan untuk membuat masyarakat menjadi mandiri, dalam arti memiliki potensi untuk mampu menyelesaikan masalah-masalah yang
mereka hadapi dan sanggup memenuhi kebutuhannya dengan tidak menggantungkan hidup mereka pada bantuan pihak luar, baik pemerintah
ataupun organisasi-organisasi non-pemerintah.
3. Tahap-Tahap Pemberdayaan
Menurut Ambar Teguh S 2004: 83, bahwa pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan sampai target masyarakat mampu untuk
mandiri, dan kemudian dilepas untuk mandiri, meski dari jauh dijaga agar tidak jauh lagi. Dilihat dari pendapat tersebut berarti pemberdayaan
melalui suatu masa proses belajar, hingga mencapai status mandiri. Sebagaimana disampaikan diatas bahwa proses belajar dalam
rangka pemberdayaan masyarakat akan berlangsung secara bertahap. Menurut Ambar Teguh S 2004: 83, tahap-tahap yang harus dilalui
tersebut meliputi
14
a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku
sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.
b. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan,
kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran dalam
pembangunan.
c. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan
keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian.
Menurut Suparjan Hempri S 2003: 44, dalam rangka pemberdayaan masyarakat ada beberapa hal yang harus dilakukan, antara
lain: a.
Meningkatkan kesadaran kritis atau posisi masyarakat dalam struktur sosial politik. Hal ini berangkat dari asumsi bahwa
sumber kemiskinan berasal dari konstruksi sosial yang ada dalam masyarakat itu sendiri.
b. Kesadaran kritis yang muncul diharapkan membuat masyarakat
mampu membuat argumentasi terhadap berbagai macam eksploitasi serta sekaligus membuat pemutusan terhadap hal
tersebut.
c. Peningkatan kapasitas masyarakat. Dalam konteks ini perlu
dipahami, bahwa masalah kemiskinan bukan sekedar persoalan kesejahteraan sosial, tetapi juga berkaitan dengan faktor politik,
ekonomi, sosial, budaya dan keamanan.
d. Pemberdayaan juga perlu mengkaitkan dengan pembangunan
sosial dan budaya masyarakat. Menurut Friedman dalam Daman Huri dkk, 2008: 86 menyatakan
ada 2 tahapan pemberdayaan, yaitu: a.
Pemberdayaan individu, yaitu merupakan pemberdayaan keluarga dan setiap anggota keluarga. Asumsinya, apabila setiap
anggota keluarga dibangkitkan keberdayaannya, maka unit-unit keluarga berdaya ini akan membangun suatu jaringan
keberdayaan yang lebih luas. Jaringan yang luas ini akan membentuk apa yang dinamakan keberdayaan sosial.
b. Pemberdayaan kelompok atau antar individu, yaitu merupakan
spiral models. Pada hakikatnya individu satu dengan yang lainnya diikat oleh ikatan yang disebut keluarga. Demikian
antara satu keluarga dan lainnya diikat oleh ikatan ketetanggaan,
15
menjadi kelompok masyarakat dan seterusnya sampai ikatan yang lebih tinggi.
4. Sasaran Pemberdayaan