UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INSIDE OUTSIDE CIRCLE (IOC) DI KELAS III SDN 1 JATIMULYO KECAMATAN JATIAGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2014 / 2015

(1)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

INSIDE OUTSIDE CIRCLE (IOC) DI KELAS III SDN 1 JATIMULYO KECAMATAN JATIAGUNG

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2014 / 2015

Oleh Noper Aripa

Masalah dalam penelitian ini bagaimanakah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar tematik menggunakan model pembelajaran Inside Outside Circle pada siswa kelas III SDN 1 Jatimulyo Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2014/2015.

Tujuan penelitian untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar tematik siswa kelas III SDN 1 Jatimulyo Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian tindakan kelas ini, terdiri dari dua siklus, dimana setiap siklusnya terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes. Alat pengumpulan data menggunakan instrumen berupa lembar pengamatan siswa dan kinerja guru dalam proses pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Inside Outside Circle dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar tematik siswa kelas III. Hal ini ditunjukan berdasarkan persentase peningkatan aktivitas siswa. Pada siklus I aktivitas siswa mencapai 82,14% dalam kategori aktif. Pada siklus II aktivitas siswa mencapai 89,29% dalam kategori aktif. Untuk kinerja guru, pada siklus I mencapai 81,81% dan pada siklus II mencapai 87.27%. Demikian juga pada hasil belajar siswa. Pada siklus I ketuntasan belajar mencapai 85,71% dalam kategori tuntas belajar. Pada siklus II ketuntasan belajar mencapai 89,29% dalam kategori tuntas belajar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar tematik siswa kelas III SDN 1 Jatimulyo Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan.

Kata kunci : Aktivitas belajar, hasil belajar dan model pembelajaran Inside Outside Circle (IOC)


(2)

(3)

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

INSIDE OUTSIDE CIRCLE (IOC) DI KELAS III SDN 1 JATIMULYO KECAMATAN JATIAGUNG

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2014 / 2015

(Skripsi)

Oleh

NOPER ARIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1.Grafik Aktivitas Siswa Siklus I ... 55

4.2.Grafik Aktivitas Siswa Siklus II ... 56

4.3.Grafik Aktivitas Siswa Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II ... 57

4.4.Grafik Hasil Belajar Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II ... 59

4.5.Grafik Kinerja Guru Siklus I dan Siklus II ... 61


(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 4

1.3. Pembatasan Masalah ... 4

1.4. Rumusan Masalah ... 4

1.5. Tujuan Penelitian ... 5

1.6. Manfaat / Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran ... 7

2.1.1. Pengertian Belajar ... 7

2.1.2. Pengertian Pembelajaran ... 8

2.2. Pengertian Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar ... 9

2.2.1. Pengertian Aktivitas Belajar ... 9

2.2.2. Pengertian Hasil Belajar ... 10

2.2.3. Faktor-faktor yang mempengahuri Hasil Belajar ... 11

2.3. Pembelajaran Tematik di SD ... 20

2.3.1. Pengertian Pembelajaran Tematik di SD ... 20

2.3.2. Tujuan Pembelajaran Tematik ... 21

2.4. Model Pemelajaran Inside Outside Circle (IOC) ... 23

2.4.1. Pengertian Model Pembelajaran IOC ... 23

2.4.2. Langkah – langkah Model Pembelajaran IOC ... 24

2.4.3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pemelajaran IOC.. 27

2.5. Penelitian Terdahulu yang Relevan... 28

2.6. Kerangka Pikir Penelitian ... 28

2.7. Hipotesis Tindakan ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Setting Penelitian ... 31

3.1.1 Tempat Penelitian ... 31

3.1.2 Waktu Penelitian ... 31

3.2. Subjek Penelitian ... 31

3.3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 31

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data ... 31


(6)

3.4.1. Analisis Kuantitatif ... 33

3.4.2. Analisis Kualitatif ... 34

3.5. Indikator Keberhasilan ... 34

BAB IV HASI DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokal Penelitian ... 35

4.2. Deskripsi Data Awal ... 35

4.3. Deskripsi Data Tindakan ... 37

4.3.1. Siklus I ... 37

4.3.2. Siklus II ... 45

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 54

4.5. Perkembangan Aktivitas Siswa ... 54

4.6. Perkembangan Hasil Belajar Siswa ... 57

4.7. Perkembangan Kinerja Guru ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 62

5.2. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pemetaan Standar Isi Siklus I ... 68

2. Pemetaan Standar Isi Siklus II ... 70

3. Silabus Pembelajaran Siklus I ... 72

4. Silabus Pembelajaran Siklus II ... 74

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 76

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 84

7. Lembar Kinerja Guru Siklus I ... 92

8. Lembar Kinerja Guru Siklus II ... 94

9. Lembar Aktivitas Siswa Siklus I ... 96

10.Lembar Aktivitas Siswa Siklus II ... 98

11.Lembar Analisis Hasil Belajar Siklus I ... 100


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1.Data Nilai Tes Prasiklus ... 36

4.2.Data Aktivitas Siswa pada Siklus I ... 43

4.3.Data Kinerja Guru pada Siklus I ... 44

4.4.Data Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 44

4.5.Data Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 51

4.6.Data Kinerja Guru pada Siklus II ... 52

4.7.Data Persentase Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 53

4.8.Data Perkembangan Aktivitas Siswa Siklus I ... 54

4.9.Data Perkembangan Aktivitas Siswa Siklus II ... 55

4.10. Data Aktivitas Siswa Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II ... 56

4.11. Data Perkembangan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I ... 58

4.12. Data Perkembangan Hasil Belajar Siswa pada Siklus II ... 58

4.13. Data Hasil Belajar Prasiklus, Siklus I dan Siklus II ... 59


(9)

(10)

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan semua pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan FKIP Unila.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan. 3. Bapak Dr. H. Darsono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi S1 PGSD.

4. Bapak Dr. Sulton Djasmi, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa memberi saran dan arahan yang terbaik buat kami.

5. Ibu Dr. Een Y. Haenilah, M.Pd. selaku Dosen Pembahas yang senantiasa memberi saran dan arahan yang terbaik buat kami.

6. Bapak/Ibu Dosen FKIP Unila yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama penulis mengikuti perkuliahan.

7. Bapak Wagito, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SDN 1 Jatimulyo. 8. Seluruh Dewan guru, staf, karyawan, tata usaha SDN 1 Jatimulyo

9. Suamiku tercinta yang telah memberikan kasih sayang serta perhatiannya dengan tulus dan ikhlas serta selalu memberikan motivasi demi keberhasilan penulis.

10.Teman-teman S1 PGSD SKGJ yang telah memberikan dukungan moral. 11.Semua pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.


(12)

Semoga segala bantuan serta kerjasama yang baik yang telah diberikan menjadi catatan amal yang baik dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekuranganya, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, 8 Desember 2014 Penulis


(13)

MOTO

Sodaqoh yang paling utama ialah seorang muslim belajar suatu ilmu, kemudian mengajarkannya kepada saudara

muslim lainnya. (HR imam Ibnu Majah)

Apabila engkau mengalami kegagalan jangan engkau berputus asa, akan tetapi gunakanlah kegagalan itu untuk

terus menyalakan api semangat juangmu demi tercapai cita-citamu yang luhur.


(14)

(15)

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati, kupersembahkan karya ini kepada orang-orang yang kukasihi dan kucintai.

1. Kedua orang tua yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang. 2. Suamiku tercinta

3. Seluru Dewan Guru SD Negeri 1 Jatimulyo Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan.


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung Utara pada tanggal 15 November 1982. Penulis adalah anak ke empat dari lima bersaudara dari pasangan bapak Durmabakti dengan Kamisan. Pendidikan penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 1 Bumi Ratu Lampung Utara dan lulus pada tahun 1996. Kemudian penulis melanjutkan ke SMP N I Ketapang Lampung Utara dan lulus pada tahun 1999. Setelah itu penulis melanjutkan ke SMU N I Ketapang Lampung Utara dan lulus tahun 2002. Kemudian pada pendidikan perkuliahan, penulis melanjutkan ke D2 PGSD Universitas Lampung Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2005.

Pada tahun 2013, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) SKGJ (Sarjana Kependidikan Guru dalam Jabatan) Universitas Lampung.

Bandar Lampung, 8 Desember 2014 Penulis,


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dapat dikatakan bahwa salah satu faktor yang membentuk sikap, mental, perilaku, kepribadian dan kecerdasan anak adalah pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang diberikan dan dialami serta dilalui mereka sejak kecil. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Nomor 20 Tahun 2003) Pasal 17 mendefinisikan pendidikan dasar sebagai berikut: “Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.” Maka sebab itu penyelenggaraan pendidikan dasar harus mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.

Upaya yang harus dilakukan guru dalam mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar adalah terlebih dahulu harus memahami tingkat perkembangan anak. Usia 6-8 tahun otak anak masih dalam tahap perkembangan atau mengalami masa kematangan. Pada usia delapan tahun normalnya anak berada pada jenjang kelas dua atau tiga SD yang sebenarnya masih merupakan masa-masa


(18)

2

keemasan bagi anak, karena proses menerima dan menyerap berbagai bentuk pengalaman baik dari guru ataupun lingkungan sekitar akan dengan mudah mereka terima. Oleh sebab itu guru harus menerapkan strategi pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajan.

Pembelajaran yang tepat dengan tingkat usia anak tersebut diatas, adalah dengan pembelajaran tematik. Dengan pembelajaran tematik siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan, sesuai dengan tahap perkembangan siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik). Pembelajaran tematik menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.

Melihat paparan di atas dapat dikemukakan bahwa pembelajaran tematik sangat baik dan wajib diterapkan di pembelajaran sekolah dasar khususnya di kelas rendah. Namun demikian masih banyak guru di SDN 1 Jatimulyo yang tidak mengemas pembelajaran di kelas rendah dengan pembelajaran tematik. Guru masih melaksanakan pembelajaran di kelas rendah dengan mata pelajaran. Tentunya hal ini tidak sesuai dengan kebutuhan usia siswa, sehingga menyebabkan proses dan hasil pembelajaran tidak sesuai dengan yang diharapkan. Siswa cenderung ribut dalam proses pembelajaran, siswa merasa bosan dengan pelajaran, siswa tidak termotivasi untuk melakukan


(19)

3

aktivitas dalam proses pembelajaran, sehingga aktivitas belajar pun rendah, siswa sulit menyerap materi yang diberikan serta tidak sedikit pula anak yang merasa kebingungan dalam pembelajaran. Hal ini pun berdampak pada hasil belajar siswa yang menjadi rendah. Berdasarkan persentase hasil belajar siswa dengan KKM yang telah ditetapkan yaitu 62. Dari jumlah 28 siswa, terdapat 20 siswa (71,44 %) yang berada dibawah KKM dan hanya terdapat 8 siswa (28,56 %) yang berada diatas KKM. Dari data tersebut dapat dinyatakan bahwa hasil belajar kelas III SDN 1 Jatimulyo kecamatan Jatiagung kabupaten Lampung Selatan masih dibawah KKM.

Agar pembelajaran tematik dapat dilaksanakan dengan baik maka dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan menerapkan pembelajaran tematik menggunakan model pembelajaran Inside Outside Circle (IOC). Dengan pembelajaran Inside Outside Circle keatifan siswa dalam proses pembelajaran lebih ditekankan. Siswa diberikan pengetahuan dengan cara permainan membentuk lingkaran dalam dan lingkaran luar, dan dengan cara itu siswa dituntut untuk berbagai informasi dengan teman. Itulah sekilas gambaran tentang model pembelajaran Inside Outside Circle (IOC). Oleh sebab itu perlu diadakan penelitian tindakan kelas untuk membuktikan melakui model pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar tematik di kelas III SDN 1 Jatimulyo kecamatan Jatiagung kabupaten Lampung Selatan.


(20)

4

1.2.Identifiakasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dikemukakan identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Siswa cenderung tidak memperhatikan materi dalam proses pembelajaran. 2. Siswa merasa bosan dalam proses pembelajaran.

3. Siswa tidak termotivasi untuk melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran.

4. Siswa sulit menyerap materi yang diberikan. 5. Hasil belajar siswa rendah.

1.3.Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi penelitian ini hanya pada masalah upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar tematik menggunakan model pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) di kelas III SDN 1 Jatimulyo kecamatan Jatiagung kabupaten Lampung Selatan Tahun Ajaran 2014 / 2015

1.4.Rumusan Masalah

 Berdasarkan latar belakang, Indentifikasi masalah tersebut di atas diajukan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah dengan pemanfaatan Model Pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) dapat meningkatkan aktivitas belajar Tematik siswa kelas III SDN 1 Jatimulyo kecamatan Jatiagung kabupaten Lampung Selatan?


(21)

5

2. Bagaimana Model Pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) dapat meningkatkan hasil belajar Tematik siswa kelas III SDN 1 Jatimulyo kecamatan Jatiagung kabupaten Lampung Selatan?

3. Bagaimana kinerja guru dalam peningkatan aktivitas dan hasil belajar Tematik siswa kelas III menggunakan model pembelajaran IOC di SDN 1 Jatimulyo kecamatan Jatiagung kabupaten Lampung Selatan?

1.5.Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian adalah

1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar Tematik menggunakan Model Pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) di kelas III SDN 1 Jatimulyo kecamatan Jatiagung kabupaten Lampung Selatan.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar Tematik menggunakan Model Pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) di kelas III SDN 1 Jatimulyo kecamatan Jatiagung kabupaten Lampung Selatan.

3. Untuk mengetahui kinerja guru dalam peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar tematik menggunakan model pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) di kelas III SDN 1 Jatimulyo kecamatan Jatiagung kabupaten Lampung Selatan.

1.6.Manfaat/Kegunaan Penelitian 1.3.1. Manfaat Bagi Siswa

1. Menumbuhkan kreativitas belajar siswa

2. Proses pembelajaran tidak monoton, sehingga menambah pengalaman belajar siswa.


(22)

6

1.3.2. Manfaat Bagi Guru

1. Meningkatkan kualitas guru dalam proses pembelajaran.

2. Meningkatkan kreatifias guru dalam melaksanakan pembelajaran. 3. Meningkatkan keprosfesionalan guru sebagai pendidik.

1.3.3. Manfaat Bagi Sekolah

1. Mendukung kemajuan sekolah dalam mencerdaskan peserta didik. 2. Menjadi tolak ukur bagi sekolah untuk menciptakan pembelajaran

yang baik.


(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Didalamnya dikembangkan teori–teori yang meliputi teori tentang tujuan pendidikan, organisasi kurikulum, isi kurikulum, dan modul-modul pengembangan kurikulum. (Syaiful Sagala, 2008:12)

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Dimyati dan Mudjiono (1996:7) mengemukakan bahwa penentu dari proses belajar adalah siswa. Selain itu Hilgard dan Marquis berpendapat bahwa belajar merupakan proses pencarian ilmu dalam diri sendiri melalu latihan, pembelajaran, dan yang lainnya sehingga terjadi perubahan dalam diri. James L. Mursell mengemukakan belajar adalah upaya yang dilakukan dengan mengalami, mencari, menelusuri dan memperoleh sendiri apa yang kita inginkan.

Menurut Gagne (1984) belajar adalah sebagai suatu proses dimana seorang individu berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Sedangkan Henry E. Garret berpendapat, belajar merupakan proses yang terjadi dalam


(24)

8

jangka waktu yang lama melalui latihan yang membawa terjadinya perubahan dalam diri sendiri. Kemudian Lester D. Crow mengemukakan bahwa belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap. (Syaiful Sagala, 2008:13)

Dalam pengertian-pengertian tentang belajar diatas, dapat disimpulkan belajar adalah belajar itu membawa perubahan tingkah laku karena pengalaman dan latihan, perubahan itu utamanya didapat karena kemampuan baru, dan perubahan itu terjadi karena disengaja.

2.1.2 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. (Syaiful Sagala, 2008:15).

Sudjana (2004:28) “Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan”.

Warsita (2008:85) “Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik”.


(25)

9

Berdasarkan pengertian pembelajaran menurut para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan untuk menciptakan proses belajar mengajar. Pembelajaran disini lebih menekankan pada bagaimana upaya guru untuk mendorong atau memfasilitasi siswa dalam belajar.

2.2. Pengertian Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar 2.2.1 Aktivitas Belajar

Adanya perubahan paradigma pendidikan saat ini menuntut dilakukannya perubahan proses pembelajaran di dalam kelas. Peran guru saat ini diarahkan untuk menjadi fasilitator yang dapat membantu siswa dalam belajar, bukan sekedar menyampaikan materi saja. Guru harus mampu melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajara secara optimal.

Menurut Rusman (2011: 323) pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kegiatan pembelajaran, sehingga siswa mampu mengaktualisasikan kemampuannya di dalam dan di luar kelas.

Hal senada juga disampaikan oleh Hamalik (2011: 171), yang mengatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan kepada siswa untuk dapat belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dalam aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran, mereka belajar sambil bekerja. Dengan bekerja tersebut, siswa mendapatkan pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya.


(26)

10

Menurut Dimyati (2009: 114) keaktifan siswa dalam pembelajaran memiliki bentuk yang beraneka ragam, dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya adalah kegiatan dalam bentuk membaca, mendengarkan, menulis, meragakan, dan mengukur. Sedangkan contoh kegiatan psikis diantaranya adalah seperti mengingat kembali isi materi pelajaran pada peremuan sebelumnya, menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah, menyimpulkan hasil eksperimen, membandingkan satu konsep dengan konsep yang lain, dan lainnya.

Berdasarkan pengertian-pengertian aktivitas belajar yang dikemukakan para ahli, maka penulis menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran yang membawa perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa.

2.2.2 Pengertian Hasil Belajar

Istilah hasil belajar berasal dari bahasa Belanda “prestatie,”dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Kata prestasi menurut Poerwadarminta (2002:768) adalah hasil yang telah dicapai atau dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya. Hasil perubahan tersebut diwujudkan dengan nilai atau skor.

Menurut Oemar Hamalik (2003:52) mengatakan belajar adalah modifikasi untuk memperkuat tingkah laku melalui pengalaman dan latihan serta


(27)

11

suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya.

Menurut pandangan ahli jiwa Gestalt, bahwa perubahan sebagai hasil belajar bersifat menyeluruh baik perubahan pada perilaku maupun kepribadian secara keseluruhan. Belajar bukan semata-mata kegiatan mekanis stimulus respon, tetapi melibatkan seluruh fungsi organisme yang mempunyai tujuan-tujuan tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah kesempurnaan hasil yang dicapai dari suatu kegiatan/perbuatan atau usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat atau tes tertentu. Dalam proses pendidikan prestasi dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar yakni, penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu.

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Berikut ini adalah penjelasan dari faktor-fakor yang mempengaruhi hasil belajar.

a. Faktor Internal

Faktor internal yaitu faktor faktor yang berasal dari seseorang sendiri dan dapat mempengaruhi terhadap belajarnya. Faktor internal dibedakan menjadi dua yaitu faktor fisiologi dan faktor psikologis.


(28)

12

1) Faktor Fisiologi

Kondisi umum jasmani dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran karena orang yang belajar membutuhkan kondisi badan yang sehat. Orang yang badannya sakit akibat penyakit-penyakit tertentu serta kelelahan, tidak akan dapat belajar dengan efektif, begitu juga dengan cacat fisik. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu, jika hal ini terjadi maka hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatan itu.

2) Faktor Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu antara lain faktor intelegensi, sikap, bakat, minat, cara belajar dan motivasi siswa.  Intelegensi Siswa

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.


(29)

13

 Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon. Sikap siswa yang positif terutama kepada anda dan mata pelajaran yang anda sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap anda dan mata pelajaran anda dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.

 Bakat Siswa

Bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberi kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar, akan menjadi kecakapan yang nyata. Seseorang yang tidak berbakat akan sukar untuk mempelajari sesuatu secara mendalam. Menurut Hilgard dalam buku Slameto (2003: 58) “Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih”.

 Minat Siswa

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Siswa segan-segan untuk belajar, dan tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik


(30)

14

minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan.  Cara Belajar Siswa

Cara belajar seseorang mempunyai pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik, faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan mempengaruhi hasil yang kurang memuaskan. Ada seseorang yang sangat rajin belajar, siang dan malam tanpa istirahat yang cukup, cara belajar seperti ini tidak baik. Belajar harus ada istirahat untuk memberi kesempatan kepada mata, otak serta organ tubuh yang lainnya untuk memperoleh tenaga kembali.

 Motivasi Siswa

Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia maupaun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman, 1986; Reber 1988).

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari lingkungan luar dan dapat mempengaruhi terhadap belajarnya. Faktor eksternal dibedakan menjadi tiga yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

1) Faktor Keluarga

Faktor keluarga yang mempengaruhi belajar ini mencakup cara orang tua mendidik, relasi antara angota keluarga, suasana rumah,


(31)

15

keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

 Cara Orang Tua Mendidik

Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan / melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan – kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain – lain, dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya.

 Relasi Antara Anggota Keluarga

Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau anggota keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu apakah hubungan itu penuh kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sebetulnya relasi antaranggota keluarga ini erat hubungannya dengan cara orang tua mendidik. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut.


(32)

16

Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri.  Suasana Rumah

Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak disengaja, suasana rumah yang gaduh/ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram, di dalam suasana rumah yang tenang dan tentram selain anak kerasan/betah tinggal dirumah, anak juga dapat belajar dengan baik.

 Keadaan Ekonomi Keluarga

Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuh kebutuhan pokoknya, missal makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku dan lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang.

 Pengertian Orang Tua


(33)

17

sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah, kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya dan membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah, kalau perlu menghubungi guru anaknya untuk mengetahui perkembangannya.

 Latar Belakang Kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.

2) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

 Metode Mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara/jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Menyajikan bahan pelajaran oleh orang kepada orang lain agar orang lain itu menerima, menguasai dan mengembangkannya. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.

Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode belajar harus diusahakan yang setepat, seefisien dan seefektif


(34)

18

mungkin, karena guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.  Relasi Guru dengan Siswa

Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikan sehingga siswa berusaha mempelajarinya sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya, maka ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju.

 Relasi Siswa dengan Siswa

Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya. Lebih-lebih lagi ia menjadi malas untuk masuk sekolah dengan alas an-alasan yang tidak-tidak karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman -temannya. Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.

3) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya


(35)

19

siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat ini membahas tentang kegiatan siswa dalam masyarakat, dibahas tentang kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, yang semuanya mempengaruhi belajar.  Kegiatan Siswa dalam Masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.

 Teman Bergaul

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih dapat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga.

 Bentuk Kehidupan Masyarakat

Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak (siswa) yang berada di situ. Anak atau siswa tertarik untuk ikut berbuat seperti yang dilakukan oaring-orang di sekitarnya.


(36)

20

2.3. Pembelajaran Tematik di SD

2.3.1 Pengertian Pembelajaran Tematik di SD

Menurut Rusman (2014 : 254) pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu, yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelmpok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsi keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik.

Menurut Abd. Kadir (2014 : 1) pembelajaran tematik merupakan strategi pembelajaran yang diterapkan bagi anak kelas rendah sekolah dasar. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan Pembelajaran tematik.

Menurut Sri Anita (2009 : 10) pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan

Berdasarkan pengertian-pengertian pembelajaran tematik di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik dalam sebuah tema.


(37)

21

2.3.2 Tujuan Pembelajaran Tematik

Munurut Rusman (2014 : 256) menyatakan tujuan pembelajaran tematik adalah

1. Memusatkan perhatian peserta didik dengan mudah pada suatu tema materi yang jelas;

2. Mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama dengan kata lain mengaitkan tema pelajaran satu dengan yang lain yang mempunyai keterkaitan ;

3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; biasa disebut dengan pembelajaran bermakna;

4. Memudahkan guru dalam mempersiapkan dan menyajikan bahan ajar yang efektif.

Menurut Sri Anita (2009 : 12) pembelajaran tematik mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu; 2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi

mata pelajaran dalam tema yang sama;

3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;

4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi anak;

5. Lebih bergairah belajar, karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi yang nyata seperti: bertanya, bercerita, menulis, sekaligus mempelajari mata pelajaran yang lain;


(38)

22

6. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas;

7. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali pertemuan bahkan lebih dan/atau pengayaan;

8. Budi pekerti dan moral anak dapat ditumbuhkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

Menurut Abd. Kadir (2014 : 2) pembelajaran tematik mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna

2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi

3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan

4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain 5. Meningkatkan minat dalam belajar

6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya

Berdasarkan tujuan pembelajaran tematik menurut para ahli di atas, maka dapat disimpulkan tujuan pembelaran tematik adalah

1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna.


(39)

23

2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfatkan informasi.

3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan.

4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain.

2.4. Model Pembelajaran Inside Outside Circle ( IOC )

2.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Inside Outside Circle ( IOC )

Menurut Spencer Kagan (1993 : 12) Model Pembelajaran Lingkaran dalam dan Luar atau disebut juga Inside-outside circle (IOC) adalah model pembelajaran dengan sistem lingkaran kecil dan lingkaran besar dimana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.

Menurut (Anita Lie, 2008:65), model pembelajaran IOC adalah teknik pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Menyampaikan pesan pembelajaran secara efektif sesuai dengan teori yang ada. Dengan model pembelajaran IOC siswa ditekankan untuk melakukan kerjasama kelompok, saling berpartisipasi, saling berusaha membantu, saling bertanya, saling memperhatikan, sehingga suasana pembelajaran tidak membosankan, pembelajaran aktif responsif.

Menurut Slameto (2010 : 28) Model Pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) ini merupakan salah satu tipe dari Cooperative Learning yang bertujuan untuk melatih peserta didik belajar mandiri dan belajar


(40)

24

berbicara, menyampaikan informasi kepada orang lain. Selain itu juga melatih kedisiplinan dan ketertiban peserta didik, serta menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri.

Berdasarkan pengertian-pengertian model pembelajaran Inside Outside Circle menurut para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) adalah model pembelajaran dengan sistem lingkaran luar dan lingkaran dalam di mana peserta didik saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.

2.4.2 Langkah-langkah Model Pembelajaran Inside Outside Circle ( IOC ) Menurut Spencer Kagan (1993 : 14) ada lima langkah utama dalam penerapan Model IOC ini, yaitu:

1. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar

2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam

3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan

4. Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu.

5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi.


(41)

25

Menurut Anita Lie (2008 : 68) langkah-langkah pembelajaran tematik adalah

1. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar.

2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap kedalam.

3. Dua peserta didik yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar saling mengungkapkan pemahaman mereka tentang materi yang baru saja diterima. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.

4. Kemudian peserta didik berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara peserta didik yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam sehingga masing-masing peserta didik mendapat pasangan baru.

5. Sekarang giliran peserta didik berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya.

Menurut Slameto (2010 : 29) penerapan model pembelajaran IOC mempunyai langkah-langkah sebagai berikut :

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.

2. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok beranggotakan 3-4 orang. 3. Tiap-tiap kelompok mendapat tugas mencari informasi berdasarkan

pembagian tugas dari guru ( misal : latar cerita, tokoh cerita, watak tokoh, pesan/amanat, dsb).


(42)

26

5. Setelah selesai, maka seluruh siswa berkumpul saling membaur (tidak berdasarkan kelompok).

6. Separuh kelas lalu berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar.

7. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam.

8. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.

9. Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.

10.Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya, sampai seluruh siswa selesai berbagi informasi.

Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) adalah

1. Guru mulai menerapkan model pembelajaran Inside Outside Circle dalam proses pembelajaran.

2. Guru membimbing siswa untuk membuat lingkaran dalam dan lingkaran luar

3. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran dalam dan menghadap keluar.


(43)

27

5. Setelah lingkaran dalam dan lingkaran luar terbentuk, guru memberi aba-aba kepada siswa untuk saling berbagi informasi dengan waktu yang ditentukan oleh guru.

6. Kedua siswa yang berpasangan dari lingkaran dalam membagi informasi kepada teman yang berada pada lingkaran besar. Pertukaran informasi ini dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.

7. Setelah pertukaran informasi telah dilakukan, dan waktu yang diberikan sudah habis. Guru memerintahkan lingkaran untuk berputar. 8. Siswa yang berada di lingkaran dalam diam di tempat, sementara siswa

yang berada di lingkaran luar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam, sehingga masing-masing siswa mendapatkan pasangan baru.

9. Setelah siswa mendapatkan pasangan baru, guru memerintahkan kepada siswa untuk bertukar informasi lagi kepada pasangan yang baru.

10.Setelah itu giliran siswa yang berada di lingkaran luar yang membagi informasi kepada siswa yang berada pada lingkaran dalam. Langkah-langkah yang dilakukan sama dengan Langkah-langkah yang dilakukan oleh lingkaran dalam pada saat berbagi informasi. Demikan seterusnya.

2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran IOC a. Kelebihan model pembelajaran Inside Outside Circle:

 Tidak ada bahan spesifikasi yang dibutuhkan untuk strategi sehingga dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam pelajaran


(44)

28

 Kegiatan ini dapat membangun sifat kerjasama antar siswa  Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat bersamaan. b. Kekurangan model pembelajaran Inside Outside Circle:

 Membutuhkan ruang kelas yang besar.

 Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau.

2.5. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Meylany Santika Sijabat “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside Outside Circle Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas IV SD Negeri 023897 Binjai Tahun Ajaran 2012/2013”

Rizky Hanifudin “Penerapan Model Pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 5 SDN Ketawanggede 2 Kota Malang”

Devi Rochayani “Penerapan Model Inside Outside Circle dalam Peningkatan Pembelajaran IPS Tentang Masalah Sosial pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Kalirejo Tahun Ajaran 2012/2013”

2.6. Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka di atas maka kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah:

Pembelajaran saat ini menuntut guru untuk kreatif dan inovatif. Mutu pendidikan semakin diperhitungkan dalam inovasi sistem pendidikan di


(45)

29

Indonesia, akan tetapi guru dalam menyampaikan proses pembelajaran kadang melupakan peran serta siswa dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran tidak jarang ditemukan masalah-masalah di dalam kelas. Dalam pembelajaran tematik, guru tidak mengemas pembelajaran di kelas rendah dengan pembelajaran tematik. Guru masih melaksanakan pembelajaran di kelas rendah dengan mata pelajaran. Tentunya hal ini tidak sesuai dengan kebutuhan usia siswa, sehingga menyebabkan proses dan hasil pembelajaran tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah yang dikemukakan di atas, dipilih lah model pembelajara Inside Out Side Circle dalam peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan pembelajaran Inside Outside Circle, pembelajaran dilakukan dengan proses permainan. Sesuai dengan usia anak, maka pembelajaran ini cocok diterapkan di kelas rendah.

Dalam proses penerapan model pembelajaran Inside Outside Circle, separuh dari jumlah siswa membentuk lingkaran dalam dan separuhnya lagi membentuk lingkaran luar. Dalam posisi siswa saling berhadapan. Kemudian siswa saling memberi informasi dengan pasangannya, setelah memberi informasi, siswa pada lingkaran luar berputar sehingga siswa mempunyai pasangan baru dengan lingkaran dalam. Siswa memulai bertukar informasi lagi dan seperti itulah proses seterusnya.

Dalam proses pembelajaran yang telah diuraikan, tergambar bahwa aktivitas belajar siswa sangat diutamakan. Siswa seluruhnya aktif dalam pembelajaran. Maka dari itu, dengan model pembelajaran Inside Outside


(46)

30

Circle (IOC) diharapkan mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar tematik siswa kelas III SDN 1 Jatimulyo kecamatan Jatiagung kabupaten Lampung Selatan.

2.7. Hipotesis Tindakan

1. Melalui pemanfaatan Model Pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) dapat meningkatkan aktivitas belajar Tematik siswa kelas III SDN 1 Jatimulyo kecamatan Jatiagung kabupaten Lampung Selatan.

2. Melalui pemanfaatan Model Pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) dapat meningkatkan hasil belajar Tematik siswa kelas III SDN 1 Jatimulyo kecamatan Jatiagung kabupaten Lampung Selatan.

3. Melalui pemanfaatan Model Pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) dapat meningkatkan kinerja guru menjadi lebih baik.


(47)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Setting Penelitian

3.1.1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas III SDN 1 Jatimulyo kecamatan Jatiagung kabupaten Lampung Selatan.

3.1.2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan pada semester ganji tahun ajaran 2014/2015.

3.2.Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 1 Jatimulyo kecamatan Jatiagung kabupaten Lampung Selatan. Dengan jumlah siswa adalah 28 siswa yang terdiri dari 16 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki.

3.3.Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah 1. Observasi

Menurut Ngalim Purwanto (2010 : 149) Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara


(48)

32

sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Pada penelitian ini oberservasi digunakan untuk mengukur aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran tematik menggunakan model Inside Outside Circle (IOC).

LEMBAR OBSERVASI Kelas : ... Nama Observer : ... Nama Siswa : ... Hari / tanggal : ...

No Indikator Tingkah Laku yang diamati Skor Ket 1 2 3 4 5 1 Siswa dapat menyampaikan informasi

kepada siswa lain.

2 Siswa tertib dalam mengikuti permainan IOC

3 Siswa dapat menangkap informasi dari siswa lain

4 Siswa dapat bekerja sama dalam penyampaian informasi kepada siswa lain 5 Siswa displin dalam membentuk

lingkaran. Jumlah Skor Keterangan: 5 : Sangat Aktif 4 : Aktif

3 : Cukup Aktif 2 : Tidak Aktif


(49)

33

2. Tes

Menurut Ngalim Purwanto (2010 : 35) Tes ialah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.

Pengukuran tes prestasi belajar ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan pada prestasi belajar sisiwa. Tes tersebut juga sebagai salah satu rangkaian yang dilakukan dalam kegiatan penerapan pembelajaran dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Tes yang dilakukan berbentuk tes formatif yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran, hasil tes ini akan digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa.

3.4.Analisis Data

3.4.1 Analisis Kuantitatif

Menurut Sri Anita (2009 : 20) Analisis kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan hasil pembelajaran siswa dalam hubungannya dengan penguasaannya dengan materi yang diajarkan guru. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar, peneliti membandingkan data kuantitatif dari kondisi awal dan kondisi yang ada pada per-siklus. Analisis kuantitatif dihitung dengan rumus :


(50)

34

3.4.2 Analisis Kualitaitf

Menurut Ngalim Purwanto (2010 : 112) Analisis kualitatif digunakan untuk mengukur aktivitas belajar siswa. Analisis kualitatif dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif , yaitu data bukan berupa angka, namun data berupa kata-kata. Analisis deskriptif kualitatif diambil pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung dan mencatat semua hal yang berkaitan dengan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran tersebut.

3.5.Indikator Keberhasilan

Menurut Kunandar (2010 : 127) menyatakan indikator keberhasilan dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Keberhasilan dalam PTK ini apabila peningkatan aktivitas belajar, hasil belajar atau perkembangan aspek lainnya telah mencapai 60% ke atas.

Atau 2. Siswa mampu menyampaikan informasi.

3. Siswa dapat bekerjasama dengan teman dalam kelompok

4. Siswa melakukan kerja kelompok dengan penuh rasa tanggung jawab dan menerima perbedaan terhadap individu.


(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan Kajian Pustaka yang diuraikan dan hipotesis tindakan sebagai berikut “Melalui pemanfaatan model pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar tematik di kelas III SDN 1 Jatimulyo Kecamatan Jatigung Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015” maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut :

5.1.1 Aktivitas Siswa

Dalam tindakan peningkatan aktivitas siswa melalui penerapan model pembelajaran Inside Outside Circle, penulis menyimpulkan bahwa aktivitas siswa sangat mempengaruhi hasil belajar. Dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, maka kemungkinan besar diperoleh hasil belajar sesuai yang diharapkan. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran harus membawa kegiatan yang bermakna bagi siswa. Aktivias yang dimana siswa akan memperoleh perubahan tingkah laku, baik sikap, pengetahuan maupun keterampilan.

5.1.2 Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Inside Outside Circle. Dapat disimpulkan bahwa


(52)

63

untuk mencapai hasil belajar siswa yang optimal, maka perlu dilakukan pembelajaran langsung yang melibatkan siswa. Proses pembelajaran harus mengaktifkan siswa, dimana siswa harus mengoptimalkan daya pikirnya. Siswa tidak mendapatkan pengetahuan hanya dari penjelasan guru, tetapi siswa harus mencari sendiri ilmu pengetahuan yang dibutuhkan. Guru hanya perlu membimbing siswa untuk mencari ilmu pengetahuan yang dibutuhkan siswa. Dengan begitu pengetahuan yang diperoleh oleh siswa akan lebih bermakna bagi siswa dan siswa tidak akan mudah melupakan pengetahuan yang telah didapatnya.

5.1.3 Kinerja Guru

Melihat dari hasil aktivitas dan hasil belajar siswa yang telah diperoleh dalam penelitian. Maka dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh aktivitas dan hasil belajar siswa yang optimal tidak luput dari kinerja guru yang baik. Oleh sebab itu kinerja guru harus dioptimalkan, baik dari proses perencanaan pembelajaran sampai proses pembelajaran.

5.2.Saran

5.2.1 Bagi Siswa

Siswa hendaknya dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran, selalu mengerjakan tugas-tugas yang berikan guru, dan meningkatkan usaha belajarnya sehingga dapat memperoleh prestasi belajar yang optimal.


(53)

64

5.2.2 Bagi Guru

Guru hendaknya secara cermat mempersiapkan perangkat pendukung pembelajaran dan fasilitas belajar yang diperlukan, serta menyesuaikan dengan penerapannya, terutama dalam hal alokasi waktu, media pembelajaran, dan karateristik anak didiknya. Hal ini dikarenakan perangkat pendukung pembelajaran dan fasilitas belajar sangat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pembelajaran yang pada akhirnya berpengaruh pada proses maupun hasil belajar siswa.

5.2.3 Bagi Sekolah

Pihak sekolah hendaknya mengadakan pelatihan bagi guru agar lebih memahami banyaknya metode pembelajaran, sehingga kompetensi guru akan lebih baik, yang akhirnya nanti akan berakibat pada kelancaran pembelajaran di sekolah. Selain itu, sekolah hendaknya mengupayakan media pembelajaran sehingga lebih menunjang dalam penanaman konsep-konsep secara lebih nyata sekaligus meningkatkan aktivitas belajar siswa.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Kadir . 2014. Pembelajaran Tematik. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Anita Lie, 2008, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang-ruang Kelas, Jakarta: Grasindo.

Asep Herry Hernawan, dkk. 2013. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Tanggerang Selatan : Universitas Terbuka.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

__________________. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta.

Hamalik.2011.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara .

_______. 2003. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara: Jakarta.

Kunandar, 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Rajawali Press

Ngalim Purwanto.2010.Evaluasi Pengajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Ngalim Purwanto. 2010. Prinsip – prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Poerwadarminta. 2002. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.

_______2014. Model – Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta.


(55)

Sri Anita W, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.

Syaiful Sagala. 2008. Makna dan Konsep Pembelajaran. Bandung : Alphabeta.

Sudjana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Syah. 1997. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Wawan.2010.Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perlilaku Manusia. Jogjakarta : Nuha Medika.

Warsita. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta


(1)

34

3.4.2 Analisis Kualitaitf

Menurut Ngalim Purwanto (2010 : 112) Analisis kualitatif digunakan untuk mengukur aktivitas belajar siswa. Analisis kualitatif dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif , yaitu data bukan berupa angka, namun data berupa kata-kata. Analisis deskriptif kualitatif diambil pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung dan mencatat semua hal yang berkaitan dengan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran tersebut.

3.5.Indikator Keberhasilan

Menurut Kunandar (2010 : 127) menyatakan indikator keberhasilan dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Keberhasilan dalam PTK ini apabila peningkatan aktivitas belajar, hasil belajar atau perkembangan aspek lainnya telah mencapai 60% ke atas.

Atau 2. Siswa mampu menyampaikan informasi.

3. Siswa dapat bekerjasama dengan teman dalam kelompok

4. Siswa melakukan kerja kelompok dengan penuh rasa tanggung jawab dan menerima perbedaan terhadap individu.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan Kajian Pustaka yang diuraikan dan hipotesis tindakan sebagai berikut “Melalui pemanfaatan model pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar tematik di kelas III SDN 1 Jatimulyo Kecamatan Jatigung Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015” maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut :

5.1.1 Aktivitas Siswa

Dalam tindakan peningkatan aktivitas siswa melalui penerapan model pembelajaran Inside Outside Circle, penulis menyimpulkan bahwa aktivitas siswa sangat mempengaruhi hasil belajar. Dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, maka kemungkinan besar diperoleh hasil belajar sesuai yang diharapkan. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran harus membawa kegiatan yang bermakna bagi siswa. Aktivias yang dimana siswa akan memperoleh perubahan tingkah laku, baik sikap, pengetahuan maupun keterampilan.

5.1.2 Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Inside Outside Circle. Dapat disimpulkan bahwa


(3)

63

untuk mencapai hasil belajar siswa yang optimal, maka perlu dilakukan pembelajaran langsung yang melibatkan siswa. Proses pembelajaran harus mengaktifkan siswa, dimana siswa harus mengoptimalkan daya pikirnya. Siswa tidak mendapatkan pengetahuan hanya dari penjelasan guru, tetapi siswa harus mencari sendiri ilmu pengetahuan yang dibutuhkan. Guru hanya perlu membimbing siswa untuk mencari ilmu pengetahuan yang dibutuhkan siswa. Dengan begitu pengetahuan yang diperoleh oleh siswa akan lebih bermakna bagi siswa dan siswa tidak akan mudah melupakan pengetahuan yang telah didapatnya.

5.1.3 Kinerja Guru

Melihat dari hasil aktivitas dan hasil belajar siswa yang telah diperoleh dalam penelitian. Maka dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh aktivitas dan hasil belajar siswa yang optimal tidak luput dari kinerja guru yang baik. Oleh sebab itu kinerja guru harus dioptimalkan, baik dari proses perencanaan pembelajaran sampai proses pembelajaran.

5.2.Saran

5.2.1 Bagi Siswa

Siswa hendaknya dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran, selalu mengerjakan tugas-tugas yang berikan guru, dan meningkatkan usaha belajarnya sehingga dapat memperoleh prestasi belajar yang optimal.


(4)

64

5.2.2 Bagi Guru

Guru hendaknya secara cermat mempersiapkan perangkat pendukung pembelajaran dan fasilitas belajar yang diperlukan, serta menyesuaikan dengan penerapannya, terutama dalam hal alokasi waktu, media pembelajaran, dan karateristik anak didiknya. Hal ini dikarenakan perangkat pendukung pembelajaran dan fasilitas belajar sangat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pembelajaran yang pada akhirnya berpengaruh pada proses maupun hasil belajar siswa. 5.2.3 Bagi Sekolah

Pihak sekolah hendaknya mengadakan pelatihan bagi guru agar lebih memahami banyaknya metode pembelajaran, sehingga kompetensi guru akan lebih baik, yang akhirnya nanti akan berakibat pada kelancaran pembelajaran di sekolah. Selain itu, sekolah hendaknya mengupayakan media pembelajaran sehingga lebih menunjang dalam penanaman konsep-konsep secara lebih nyata sekaligus meningkatkan aktivitas belajar siswa.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Kadir . 2014. Pembelajaran Tematik. Jakarta : Raja Grafindo Persada Anita Lie, 2008, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning Di

Ruang-ruang Kelas, Jakarta: Grasindo.

Asep Herry Hernawan, dkk. 2013. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Tanggerang Selatan : Universitas Terbuka.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. __________________. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta. Hamalik.2011.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara .

_______. 2003. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara: Jakarta.

Kunandar, 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Rajawali Press

Ngalim Purwanto.2010.Evaluasi Pengajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya. Ngalim Purwanto. 2010. Prinsip – prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Bandung : Remaja Rosdakarya.

Poerwadarminta. 2002. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.

_______2014. Model – Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta.


(6)

Sri Anita W, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.

Syaiful Sagala. 2008. Makna dan Konsep Pembelajaran. Bandung : Alphabeta. Sudjana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru

Algensindo

Syah. 1997. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Wawan.2010.Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perlilaku Manusia. Jogjakarta : Nuha Medika.

Warsita. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SDN 2 FAJAR BARU KECAMATAN JATIAGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

0 28 83

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DENGAN PENDEKATAN TEMATIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GRUP INVESTIGATION KELAS III SD NEGERI 4 TAMAN SARI KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN AJARAN 2011-2012

0 12 21

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS VI SDN 2 LEMATANG KECAMATAN TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2014/2015

0 9 44

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) DI KELAS IV SDN 2 BERINGIN RAYA KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014 / 2015

0 21 48

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INSIDE OUTSIDE CIRCLE (IOC) DI KELAS III SDN 1 JATIMULYO KECAMATAN JATIAGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2014 / 2015

1 9 55

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS III SDN 1 KALIAWI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 63 66

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAMS GROUP TOURNAMENT (TGT) SISWA KELAS V SDN 6 JATIMULYO KEC. JATIAGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TP 2013/2014

0 9 55

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAMS GROUP TOURNAMENT (TGT) SISWA KELAS V SDN 6 JATIMULYO KEC. JATIAGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TP 2013/2014

0 11 108

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DI KELAS IV SDN 6 JATIMULYO KECAMATAN JATIAGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN AJARAN 2014 / 2015

0 42 46

PEMBELAJARAN CANGGET DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE (IOC) DI SMA NEGERI I MELINTING LAMPUNG TIMUR

0 4 259