22
dan pertemuan arus antara S. Anyaan dan S. Thomas titik sampling 3 adalah 1806 mgl. Nilai COD seperti ini
menunjukan bahwa potensi pencemaran organik di Perairan Pesisir Teluk Youtefa dipengaruhi oleh
bermuaranya S. Acai, S. Thomas dan S. Anyaan, yang turut mengalirkan atau menyumbangkan limbah
organik yang berpotensi sebagai pencemar.
B. Suhu dan pH
Suhu perairan berada dalam batas normal yaitu berkisar antara 27-30ºC.
Menurut Pandiangan 2009, suhu merupakan salah satu sifat fisika yang dapat mempengaruhi
metabolisme dan pertumbuhan biota pada suatu perairan. Umumnya suhu perairan Indonesia berkisar antara 25-30ºC dan
akan mengalami penurunan satu atau dua derajat dengan bertambahnya kedalaman Tomascik 1997 dalam Beruat, 2007.
pH merupakan parameter kualitas air yang sangat penting dalam menentukan kualitas perairan.
Kisaran pH pada perairan muara-muara sungai dan pesisir pantai Teluk Youtefa adalah 6, 28 8, 70 nilai pH
seperti ini menunjukan bahwa parameter pH masih berada pada ambang batas yang ditetapkan sesuai
dengan PP.No. 82. Thn. 2001., maupun untuk biota laut KepMen. LH. No. 51. Thn. 2004.
23
C. Zat Padat Terlarut
Nilai zat padat terlarut pada muara-muara sungai maupun daerah laut berkisar antara 2.34 mgl-34400
mgl. Terdapat pengaruh yang ditimbulkan oleh aktifitas pembuangan limbah masyarakat kota seperti
sisa makanan, buah-buahan dan sayuran, bangkai hewan, dan air limbah rumah tangga serta berbagai
jenis sampah lainnya yang dibuang ke selokan dan mengalir ke sungai-sungai. Sampah-sampah tersebut
turut memicu tingginya kadar zat padat terlarut di perairan. Menurut Marasabessy 2001, bahwa partikel
tersuspensi yang terlarut bersama air dari sungai akan terbawa oleh arus sungai ke arah muara perairan
pesisir dan laut. Tingginya kadar zat padat terlarut dapat menghambat laju fotosintesis di perairan karena
penetrasi cahaya matahari yang masuk keperairan akan tidak efektif Tarigan, 2003.
D. Biological
Oxygen Demand
BOD, dan
Dissolved Oxygen DO
Nilai BOD di perairan pesisir dan laut di Teluk Youtefa disajikan dalam grafik berikut ini
.
24
Gambar 6. nilai BOD terukur pada lokasi penelitian.
Menurut Irianto 2002, BOD adala
h parameter umum yang digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran air
dari suatu sumber pencemaran
. Sesuai dengan PP.No. 82. Thn. 2001, dan KepMen. LH. No. 51. Thn. 2004, nilai
BOD pada beberapa titik sampling telah melebihi nilai baku mutu yang ditetapkan yaitu pada muara S. Acai
nilai BOD tertinggi adalah 41 mgl. Nilai BOD tertinggi pada muara S. Thomas adalah 53 mgl dan untuk S.
Anyaan terukur nilai BOD tertinggi adalah 42 mgl sedangkan untuk daerah laut BOD tertinggi adalah 278
mgl. Nilai BOD yang tinggi mencerminkan tingginya aktifitas mikroorganisme di dalam perairan dan juga
menunjukan terdapat bahan-bahan organik yang tersuspensikan Siradz, 2008.
DO adalah jumlah oksigen terlarut di dalam badan air. DO ini bersumber dari proses fotosintesis
dan absorbsi udara. Data penelitian menunjukan
50 100
150 200
250 300
350 400
BOD BOD
BOD BOD
M. S. Acai M.S. Thomas M. S. Anyaan Daerah Laut
K ad
ar B
OD m
g l
Lokasi Sampling
Titik 1 Titik 2
Titik 3 Titik 4
25
bahwa bagian sungai sebelum muara nilai DO rendah dan unruk muara dan laut nilainya berubah menjadi
tinggi. Terlihat pada perairan S. Acai, S. Thomas dan S. Anyaan serta perairan laut. Pada S. Acai nilai DO
sangat rendah pada titik sampling 1 sesuai nilai baku mutu PP.No. 82. Thn. 2001. Nilai tersebut menunjukan
kadar DO yang rendah. Sama halnya dengan perairan muara S. Thomas nilai DO sangat rendah pada titik
sampling sebelum muara titik 1 dan setelah muara dan laut nilai DO menjadi tinggi. S. Anyaan memiliki
nilai DO yang layak bagi biota laut, tetapi pada titik sampling 4 dari lokasi ini nilai DO rendah.
Menurut Warlina 2004, DO yang rendah di perairan merupakan sebuah
masalah, karena biota air akan kekurangan oksigen dan kemungkinan mereka tidak dapat bertahan hidup.
Hal ini merupakan indikator terdapat banyak bakteri dan
mikroorganisme yang berperan mengoksidasi beban pencemaran di perairan ini Salmin, 2005.
Gambar 7. nilai DO terukur pada lokasi penelitian. 5
10 15
20 25
DO DO
DO DO
M. S. Acai M.S. Thomas M. S. Anyaan Daerah Laut
Kad ar
DO m
g l
Lokasi Sampling
Titik 1 Titik 2
Titik 3 Titik 4
26
Untuk daerah laut nilai DO sesuai dengan nilai baku mutu air laut untuk biota laut, Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup. Nomor : 51 Tahun 2004. Nilai DO yang bervariasi pada badan sungai
sebelum muara, muara dan daerah laut menunjukan beban pencemaran yang masuk ke perairan ini masih
dapat dibersihkan secara alami oleh kemampuan perairan itu sendiri.
E.
Ammonia sebagai NH Ύ
Ammonia merupakan salah satu parameter pencemaran organik di perairan yang dihasilkan melalui proses pembusukan
bahan-bahan organik etrofikasi secara anaerobik oleh mikroba Linsley, 1991.
Kandungan ammonia yang tinggi pada suatu perairan akan menyebabkan warna air menjadi
keruh dan menghasilkan bau yang tidak sedap. Kadar ammonia yang terdapat di muara S. Acai berkisar
antara 1.19 mgl-10.1 mgl, di muara S. Thomas kadar ammonia berkisar antara 1.24 mgl-2.10 mgl dan
kadar ammonia di muara S. Anyaan berkisar antara 1.70 mgl-2.20 mgl, sedangkan perairan bagian laut
kadar ammonianya lebih tinggi yaitu berkisar antara 10.7 mgl-16. 1 mgl. Menurut Djenar 2008, kadar
ammonia pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mgl, sehingga kadar ammonia pada muara-muara
27
sungai menunjukan bahwa bahan organik terlarut pada perairan ini cukup tinggi.
F. Phospate sebagai POΏP