24 4
Menggunakan bersama mainannya dan berbagi permen dengan teman-temannya.
5 Mengalah kepada anak-anak lain
6 Mengetahui bagaimana menunggu gilirannya selama bermain
Mega Aswari 2007: 189 menjelaskan indikator kecakapan sosial bagi anak berkebutuhan khusus antara lain:
a. Tidak marah bila dikritik teman dikelas b. Menghargai pendapat teman
c. Meminta maaf bila melakukan kesalahan pada teman d. Selalu terlibat dalam kerja kelompok
e. Memberikan masukan pada teman f. Mau bergotong royong di sekolah
g. Berani mengambil keputusan dalam kelompok h. Mengakui hasil teman lebih baik
i. Membantu teman yang tidak dapat j. Mau meminjamkan peralatan sekolah kepada teman
k. Mau bergantian menggunakan peralatan sekolah dalam suatu kegiaatan l. Mengatasi kesulitan teman
m. Mengajak teman untuk saling bergantian dalam bekerja yang
ditugaskan guru n. Mau mendengarkan pendapat teman
o. Mau diatur teman dalam melakukan tugas yang diberikan guru, dan sebagainya
5. Kecakapan Sosial Tunagrahita Ringan
Anak tunagrahita ringan adalah anak yang memiliki IQ antara 55-70. Bila dilihat dari fisik, anak tunagrahita ringan tidak berbeda dengan anak
normal. Rendahnya inteligensi yang mereka miliki berpengaruh pada kemampuan dalam melakukan penyesuaian sosial di dalam lingkungan.
Tujuan pendidikan itu pada akhirnya bermuara untuk membantu anak tunagrahita dapat hidup secara mandiri. Hal ini ditegaskan pada
kurikulum pendidikan anak luar biasa bahwa: “pendidikan bagi anak tunagrahita ringan , tunagrahita sedang dan
kelainan ganda bertujuan memberi bekal kemampuan yang berupa
25 perluasan serta peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang diperoleh dan bermanfaat bagi siswa untuk dapat hidup mandiri sesuai dengan kelainan yang disandang dan tingkat
perkembangannya.”
Kemandirian bagi tunagrahita merupakan kecakapan hidup yang bersifat umum generic skills, yang mencakup kecakapan personal dan
kecakapan sosial. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tunagrahita memerlukan kecakapan sosial agar mampu mandiri dalam
hidupnya. Margareth Semrud 2007:
133 menjelaskan “in the early developtmental ages the child begins to develop social skills such as eye
gazes, smiling in response to smile or interaction, and social communication abilities”. Maksudnya adalah pada usia dini anak mulai
mengembangkan kecakapan sosial seperti menatap mata, tersenyum menanggapi senyuman ataupun interaksi dari orang lain dan kemampuan
komunikasi sosial. Mumpuniarti 2004: 28 juga menjelaskan bahwa pengembangan kecakapan hidup bagi anak tunagrahita mampu didik pada
aspek kecakapan sosial adalah mencapai tingkah laku yang secara sosial bertanggung jawab, memelihara keterampilan hubungan antar personal,
mencapai kemandirian, membuat keputusan yang pantas serta
berkomunikasi dengan orang lain. Kemampuan berpikir mereka rendah sehingga mereka sulit
memecahkan masalah walaupun itu merupakan masalah yang sederhana. Rendahnya inteligensi pada anak tunagrahita ringan tentunya berpengaruh
pada kemampuan melakukan interaksi sosial dengan lingkungan, karena
26 mereka kurang memahami situasi dan kondisi, serta maksud orang lain
yang melakukan interaksi kepadanya. Rendahnya kemampuan untuk berinteraksi sosial dengan orang lain menunujukkan anak tunagrahita
ringan memiliki kecakapan sosial yang rendah. Anak tunagrahita ringan pada tindakannya menunjukkan perilaku-
perilaku yang termasuk dalam indikator kecakapan sosial yang rendah. Mengacu pada indikator yang sudah dijelaskan, perilaku yang ditunjukkan
oleh anak tunagrahita ringan adalah tidak suka berbaur atau bermain
dengan anak-anak lain , l
ebih suka menyendiri , m
enarik diri dari orang lain, Merebut dan mengambil mainan anak-anak lain, m
emukul dan menendang anak-anak lain, tidak suka bergiliran, tidak suka berbagi dan
sangat posesif menunjukkan kepemilikan akan barang yang dimiliki. Indikator tersebut mengacu pada indikator kecakapan sosial yang rendah
yang dijelaskan oleh May Lwin dan kawan-kawan tersebut pada halaman
23.
C. Kerangka Berpikir