7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Pandan Laut
Pandan Pandanus tectorius merupakan salah satu jenis tumbuhan mangrove yang dikategorikan sebagai mangrove ikutan. Tanaman ini berbentuk
pohon dapat mencapai tinggi 6 m, daun berduri pada sisi daun dan ujungnya tajam, panjang antara 0,5-2 m. Bunga warna merah-ungu, terletak pada ujung
batang, benangsari banyak, formasi seperti payung. Buah seperti buah nanas dan ketika matang warnanya kuning jeruk. Tumbuh pada habitat dengan substrat pasir
di depan garis pantai, terkena pasang surut hingga agak ke belakang garis pantai. Penyebarannya diduga di seluruh Indonesia Aditya dan Benyamin, 2008.
Berikut merupakan klasifikasi dari pandan laut: Kingdom
:Plantae Divisi
:Magnoliophyta Kelas
:Liliopsida Ordo
:Pandanales Famili
:Pandanaceae Genus
:Pandanus Spesies
:P.Tectorius Adapun karakter fisik dari daun pandan laut dapat dilihat pada Gambar 1.
8 Gambar 1. Pandanus tectorius
Spesiesnya berbeda diukurannya dan tumbuh sepanjang bakau dan ada di hutan lokal. Buahnya dapat dimakan, dan daunnya dapat digunakan untuk
penenunan. Meskipun daun-daunnya banyak digunakan di Asia, tidak ada penelitian dari produksi, komposisi, atau sifat dari serat selulosa alami dari daun
pandan yang sudah dilakukan sampai saat ini. Kandungan kimia dari daun pandan laut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia Daun Pandan Laut Sheltami, dkk, 2012. No.
Kandungan Kimia Presentase
1. Selulosa
37,3±0,6 2.
Hemiselulosa 34,4±0,2
3. Pentosan
15,7±0,5 4.
Lignin abu 24±0,8
5. Zat ekstraktif
25±0,02
2. Selulosa
Selulosa merupakan polimer alam dengan keberadaan melimpah yang mewakili sekitar 1,5x10
12
ton dari total produksi biomassa tahunan. Selulosa terdiri dari ikatan glukosa-glukosa yang tersusun dalam suatu rantai linear dimana
C-1 pada setiap glukosa berkaitan dengan C-4 pada glukosa selanjutnya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.
9 Gambar 2. Rantai Selulosa Devi B.E., dkk, 2015
Menurut Dietrich Fengel-Gerd Wegener Ketut S., Puspita E.T., dan Fiqih A., 2011, proses isolasi selulosa meliputi proses delignifikasi dan bleaching.
Proses delignifikasi bertujuan untuk melarutkan kandungan lignin dalam kayu sehingga mempermudah pemisahan lignin dengan serat. Proses bleaching
bertujuan untuk melarutkan sisa senyawa lignin yang dapat menyebabkan perubahan warna, dengan cara mendegradasi rantai lignin yang panjang oleh
bahan-bahan kimia pemutih menjadi rantai-rantai lignin yang pendek, maka lignin dapat larut pada saat pencucian dalam air atau alkali. Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses delignifikasi adalah: 1. Waktu perebusan, dipengaruhi oleh lignin. Semakin besar konsentrasi lignin
semakin lama waktu perebusan dan kisaran waktu perebusan antara 1-4 jam. 2. Konsentrasi larutan pemasak, jika kadar lignin besar maka konsentrasi larutan
pemasak juga harus besar. 3. Pencampuran bahan, dipengaruhi oleh pengadukan. Dengan pengadukan, akan
dapat meratakan larutan dengan bahan baku yang akan dipisahkan ligninnya. 4. Perbandingan larutan pemasak dengan bahan baku, didasarkan pada
perbandingan larutan pemasak dengan bahan baku. Semakin kecil
10 perbandingan larutan pemasak dengan bahan baku maka lignin yang
didegradasi akan kecil juga. 5. Ukuran bahan, semakin besar ukuran bahan maka semakin lama waktu
prosesnya. Suhu dan tekanan, semakin besar suhu dan tekanan maka semakin cepat waktu
prosesnya, kisaran suhunya antara 100°C-110°C dan untuk tekanannya 1 atm.
3. Selulosa Asetat