Lithium Klorida Dibutylphthalate. Baterai Ion Lithium

12 sebagai selulosa monoasetat, jika antara 35-43,5 digolongkan sebagai selulosa diasetat, dan jika diatas 43,5 digolongkan sebagai selulosa triasetat.

4. Lithium Klorida

Menurut Bambang P., Etty M.W., dan Suryadi, 2010, lithium klorida merupakan garam kristalin yang sering digunakan sebagai bahan elektrolit cair dalam baterai lithium. Lithium yang bersenyawa hanya ditemukan 0,0007 dalam kerak bumi, biasanya ditemukan dalam batuan api dan dalam air mineral. Sumber utama lithium diperoleh dari mineral spedumen, LiAlSi 2 O 6 Sugiyarto, K.H., 2013 : 86-89. Lithium klorida memiliki bentuk fisik berupa padatan berwarna putih, dengan density 2,06 grcm 3 . Lithium klorida mempunyai berat molekul sebesar 42,38 gmol. Lithium klorida dapat larut dalam air Fisher Scientific, 2009.

5. Dibutylphthalate.

Dibutylphthalate adalah salah satu senyawa kelompok ester ftalat berupa cairan berminyak tidak berbau dan tidak berwarna yang dihasilkan saat n-butanol bereaksi dengan anhidrida ftalat. DBP memiliki rumus kimia C 16 H 22 O 4 dengan struktur kimia yang ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 4. Struktur Kimia DBP Sumber: Suci N.S., dkk, 2016 13 DBP memiliki bentuk cairan kental tidak berwarna sampai kuning terang, beraroma ester dengan rasa getir yang kuat. DBP mempunyai berat molekul 278,34 gmol dan massa jenis sebesar 1,05 gcm 3 . DBP larut dalam air, dietileter, aseton, benzena, dan alkohol Sciencelab.com, Inc, 2013.

6. Baterai Ion Lithium

Baterai adalah salah satu alat untuk menghasilkan listrik dari reaksi kimia reaksi redoks. Sebuah baterai terdiri dari sebuah sel atau lebih yang dihubungkan seri atau paralel. Sel terdiri atas anoda, elektrolit, separator berpori, ion konduktor, dan katoda Muhammad Fatih, 2016. Secara umum, baterai dibagi menjadi tiga tipe, yaitu baterai primer, baterai sekunder, dan baterai khusus. Baterai primer adalah baterai sekali pakai, proses yang terjadi di dalam baterai hanya proses pengosongan discharge. Contoh dari baterai primer adalah baterai karbon-seng dan baterai alkalin. Baterai sekunder adalah baterai yang dapat diisi ulang kembali, proses pengisian ulang dilakukan dengan pembalikan aliran arus yang melalui sel. Contoh dari baterai sekunder adalah baterai nikel cadmium dan baterai ion-lithium. Adapun baterai khusus ditujukan untuk memenuhi suatu tujuan tertentu, misalnya baterai nikel-hidrogen dan lithium-iodin Marfuatun, 2011. Pada baterai ion lithium terjadi proses elektrokimia, yaitu proses sel galvani dan sel elektrolisis. Ketika baterai digunakan discharged, terjadi proses sel galvani, sedangkan saat baterai diisi charged, terjadi proses elektrolisis. Ketika baterai diisi, atom-atom lithium pada elektoda positif berubah menjadi ion 14 dan bermigrasi melalui elektrolit menuju elektroda grafit. Ion-ion tersebut bergabung dengan elektron-elektron dari luar dan diendapkan pada lapisan-lapisan karbon sebagai atom lithium. Proses terjadi sebaliknya ketika baterai dipakai Marfuatun, 2011. Konsep kerja Baterai ion lithium ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 5. Konsep Kerja Baterai Ion Lithium Elektrolit memegang peranan yang penting dalam mendesain sel baterai. Elektrolit merupakan suatu material yang bersifat penghantar ionik, baik dalam bentuk cair ataupun padat Bambang P., Etty M.W., dan Suryadi, 2010. Pada umumnya baterai ion lithium menggunakan membran elektrolit berupa cairan dan bersifat tidak terbiodegradasi.

7. Karakteristik Membran Selulosa Asetat.