39 tindakan dan lain-lain secara holistik serta dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu
konteks khusus
yang alamiah
dan memanfaatkan metode alamiah. Sehingga penelitian
kualitatif memiliki makna mengungkapkan realitas di lapangan
yang akan
dijabarkan dengan
cara mendiskripsikan melalui suatu metode yang alamiah.
Nasution 2003: 86 menyatakan bahwa data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari
sumber manusia human resources yaitu melalui observasi dan wawancara. Data dapat juga diperoleh
dari sumber bukan manusia non human resources yaitu dari dokumen, foto dan bahan statistik.
3.3 Subjek Penelitian dan Lokasi Penelitian
Sugiyono 2010: 298 menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi,
karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu dan hasil kajiannnya tidak akan diberlakukan
ke populasi tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi
sosial pada kasus yang dipelajari.
Subjek dalam penelitian ini adalah guru IPA dan kepala SMP Negeri 41 Semarang tahun pelajaran
20142015. Kepala
sekolah sebagai
supervisor, sedangkan guru IPA yang akan disupervisi. Guru IPA
berjumlah 3 orang, dengan rincian 1 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Rentang usia guru adalah usia 32
tahun sampai 45 tahun, semua lulusan LPTK dan kepala sekolah berusia 49 tahun. Untuk kepentingan
triangulasi data maka subjek penelitian ditambahkan Kepala SMA Bina Nusantara Semarang, Kepala SD
Negeri Lamper Tengah I dan Pengawas TKSD kabupaten Demak.
Lokasi penelitian adalah SMP Negeri 41 Semarang yang terletak di kecamatan Gunungpati, kota
Semarang. Pemilihan lokasi penelitian memiliki alasan
40 yaitu
tempat bekerja
bagi peneliti
sehingga memudahkan bagi peneliti dalam pengambilan data
serta peneliti sangat memahami lokasi penelitian. Alasan yang lain, SMP Negeri 41 Semarang merupakan
sekolah yang unik, karena berlokasi di Gunungpati tetapi
sebagian besar
siswa berasal
dari luar
Gunungpati, berdekatan juga dengan SMP Negeri sehingga merupakan pesaing. Disamping itu siswa yang
masuk ke SMP Negeri 41 Semarang memiliki kemampuan akademik yang rendah, dengan asumsi
merupakan pilihan kedua pada waktu penerimaan peserta didik.
3.4 Teknik Pengambilan Data
Nasution 2003:
54 menyatakan
bahwa penelitian naturalistik pada sebuah penelitian dimana
peneliti menjadi instrumen utama yang terjun ke lapangan
dan berusaha
sendiri mengumpulkan
informasi melalui observasi atau wawancara. Penelitian ini
mengutamakan manusia
sebagai instrumen
penelitian karena memiliki adaptibilitas yang tinggi sehingga dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang
berubah-ubah dalam penelitian.
Untuk memperkaya
data, maka
teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:
1. Observasi
Nasution 2003:
56 menyatakan
bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan, data
yang diperoleh merupakan fakta mengenai kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Loftland dalam
Moleong 2011: 175 berpendapat bahwa observasi dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan secara
aktif untuk memperoleh gambaran serta keterangan secara riil. Observasi pada penelitian ini difokuskan
pada pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan di SMP negeri 41 Semarang serta data-data pendukung
lain yang diperlukan yaitu tentang profil sekolah.
41 2.
Partisipasi pengamat Nasution
2003: 60
menyatakan bahwa
mengamati sambil berpartisipasi dapat menghasilkan data yang lebih banyak, lebih mendalam dan lebih
terinci. Menuru. Patton “Participant observation is the most comprehensive off all types of research strategies
”. Peneliti sebagai guru IPA dan team supervisi sekolah
dapat terlibat langsung pada kegiatan supervisi akademik di SMP negeri 41 Semarang, sehingga secara
langsung akan terlibat dalam kegiatan. Data secara riil dan terinci akan didapatkan oleh peneliti selama
kegiatan
supervisi berlangsung.
Penelitian yang
dilakukan oleh peneliti di sekolah tempat mengajar akan menguntungkan, karena selalu berinteraksi
dengan semua
stakeholder sekolah.
Melalui keterlibatan peneliti secara langsung maka data-data
dan informasi yang diperlukan akan mudah didapatkan baik dari siswa, guru, kepala sekolah maupun dari
tenaga kependidikan.
3. Wawancara
Moleong 2011:
186 berpendapat
bahwa wawancara
adalah percakapan
dengan maksud
tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh 2 dua pihak, yaitu pewawancara interview orang yang mengajukan
pertanyaan dan diwancarai interviewer orang yang memberikan jawaban dari pertanyaan.
Wawancara dilakukan
tidak menggunakan
struktur yang ketat, tetapi dengan pertanyaan yang makin memfokus pada masalah agar informasi yang
dikumpulkan cukup mendalam sesuai karakteristik penilaian kualitatif yaitu peneliti alat pengumpul data.
Informan yang diwawancarai adalah kepala sekolah dan guru. Data yang ingin diperoleh dari wawancara
mengenai pelaksanaan supervisi dialogis kolegial di SMP negeri 41 Semarang. Secara teknis wawancara
dilakukan secara terbuka, Moleong 2011: 189 berpendapat bahwa wawancara secara terbuka adalah
42 bentuk wawancara dimana subjeknya mengetahui
bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui maksud dan tujuan wawancara tersebut. Pada
pelaksanaan wawancara dilakukan juga dengan cara mengisi pedoman wawancara yang sudah disusun oleh
peneliti agar mendapatkan data kongkrit sehingga memudahkan untuk menganalisis. Hal ini dilakukan
karena melalui observasi awal, kepala sekolah dan guru IPA lebih menyukai menuliskan pendapat yang
diinginkan
daripada dengan
wawancara yang
menggunakan perangkat audio. Selain wawancara dengan cara tersebut, pelaksanaan wawancara juga
dilakukan secara tertutup agar yang diwawancarai lebih leluasa untuk menjawab. Wawancara secara
tertutup yang dilakukan kepada siswa difokuskan tentang proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru
IPA di kelas.
4. Dokumentasi
Arikunto 2012: 135 menyatakan bahwa teknik dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data yang
berupa dokumen atau arsip. Metode ini dilaksanakan untuk melengkapi data hasil observasi dan wawancara
yang berupa tulisan, rekaman, buku-buku pedoman, laporan resmi catatan harian serta notulen rapat.
Dokumen yang daam penelitian ini adalah profil sekolah, nilai ulangan, hasil supervisi akademik dan
perangkat pembelajaran.
5. Focus Group Discussion FGD
Focus Group Discussion FGD menurut Mungin 2008: 131 merupakan sebuah teknik pengumpulan
data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah
tema menurut pemahaman sebuah kelompok.
Kresno,S. et. al 1999 dalam Paramita, A. dan Kristiana, L. 2013: 118 menjelaskan bahwa tujuan
Focus Group
Discussion FGD
adalah untuk
mengekplorasi masalah yang spesifik, yang berkaitan
43 dengan topik yang dibahas. Sehingga teknik ini
digunakan dengan
tujuan untuk
menghindari pemaknaan yang salah dari peneliti terhadap masalah
yang diteliti. FGD digunakan untuk pemaknaan terhadap makna-makna inter-subjektif yang sulit diberi
makna sendiri oleh peneliti karena dihalangi oleh dorongan subjektivitas peneliti.
Lebih lanjut
Mungin 2008:
131-132 menkanjelaskan bahwa FGD dibangun berdasarkan
asumsi; a keterbatasan individu selalu tersembunyi pada ketidak tahuan kelemahan pribadi tersebut; b
masing-masing anggota kelompok saling member pengetahuan satu dengan lainnya dalam pergaulan
kelompok; c setiap individu dikontrololeh individu lain, sehinggaia berupaya agar menjadi yang terbaik; d
kelemahan subjektif terletak pada kelemahan individu yang bersangkutan; e intersubjektif selalu mendekati
kebenaran yang terbaik pada saat itu.
3.5 Teknik Analisis Data