Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS FKIP UNTAD Penerbit : E-Jurnal GEOFKIP UNTAD
6
berdasarkan atas kelompok tani. Berdasarkan bentuk penelitian Deskriptif, maka penetapan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling adalah memilih sampel dengan dasar
bertujuan. Hal ini berdasar pada pendapat, Suharsimi Arikunto 1992:117, bahwa bila populasinya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitian merupakan
penelitian populasi. Tetapi jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15 atau 20-25 . Dengan demikian sampel dipilih berdasarkan pertimbangan dari peneliti dengan kriteria dan
karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti atau memilih orang-orang tertentu yang dianggap mengetahui permasalahan yang diteliti. Adapun sampel yang dipilih sebanyak 32 orang
masing-masing dalam 1 kelompok terdiri dari 2 orang. Selain dari 32 orang ini yang dijadikan informan tersebut penulis juga menambahkan beberapa informan untuk melengkapi
data yaitu salah satunya Kepala kelurahan Talise Kecamatan Mantikolore dan ketua RTRW setempat.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.3 Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang di peroleh di lapangan mengenai masyarakat petani garam ahwa aktifitas produksi garam yang dilakukan sebagaian masyarakat di Kelurahan Talise
sesungguhnya telah lama ditekuni, bahkan beberapa di antaranya telah menekuni bekerja ini sejak kecil yang diwariskan secara turun temurun. Untuk lebih terperinci dapat dilihat dari
pernyataan berikut ini: Menurut Usman 66 Tahun Hari Senin, 15 April 2013
Bahwa kami yang berada di Kelurahan Talise, sejak turun temurun yaitu dari penggaraman atau dari lahan orang tua terus kami anaknya mengolah kembali. Karena orang
tua sudah tidak mampu melanjutkan oleh karena itu anak-anaknya yang diberi untuk melanjutkan olahan penggaraman tersebut.
Menurut Abdul, 73 Tahun Hari Senin, 15 April 2013. Mengatakan bahwa, kami menggeluti pekerjaan sebagai petani garam berawal dari
tahun 1978, dan ada juga yang menggeluti pekerjaan sebagai petani garam berawal dari tahun 1983.
Lahan usaha yang digarap oleh petani garam tentang kepemilikan lahan usaha dapat dilihat dari pernyatan informan sebagai berikut:
Menurut Aminah 50 Tahun Hari Senin, 15 April 2013.
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS FKIP UNTAD Penerbit : E-Jurnal GEOFKIP UNTAD
7
Kebanyakan masyarakat, Kelurahan Talise yaitu ± berkisar 31 informan atau 91 dan selebihnya itu, warga yang bukan atau tidak memiliki lahan sendiri atau sebagai tenaga
buruh saja dan hasilnya di bagi 13. Hasil produksi yang dicapai oleh masyarakat petani garam dari usaha yang ditekuni
sangat berpengaruh pada luas lahannya. Karena jika luas lahan yang dimiliki hanya sedikit atau dalam jumlah kecil maka hasil yang diperoleh juga tidak sama dengan hasil prodsuksi
lahan yang luasnya berukuran lebih besar. Adapun motivasi warga sehingga memilih pekerjaan sebagai petani garam dapat
dilihat dari pernyataan informan sebagai berikut: Menurut Hasanuddin, 63 Tahun Hari Senin, 15 April 2013.
Kami memilih pekerjaan sebagai petani garam, bukan semata-mata hanya bertani garam saja. Tetapi kami bertani garam Cuma sebagai sampingan. Karena kami hanya
meneruskan lahan yang kami peroleh dari orang tua. Dan pekerjaan ini juga merupakan pekerjaan yang memberi banyak motivasi agar lebih giat dalam mengolah bertani garam,
sehingga hasilnya lebih maksimal lagi. Menurut Nur, 65 Tahun Hari Senin, 15 April 2013.
Adapun motivasi sehingga kami memilih pekerjaan sebagai petani garam yaitu bahwa lokasi perdagangan hasil panen garam dapat dilakukan di dekat dari lahan pertanian
garam yakni terletak disekitar pantai Kelurahan Talise, harga dari hasil produksi garam dalam ranting penjualanya selalu menunjukkan kenaikan harga, pengolahan garam talise
sudah begitu dikenal oleh sebagian besar penduduk di Kota Palu khususnya dan Sulawesi Tengah pada umumnya dan adanya dukungan yang baik dari unsur pemerintah terhadap
usaha petani garam. Adapun faktor penghambat yang dialami oleh informan dalam bertani garam dapat
dilihat dari pernyataan sebagai berikut: Menurut Anwar, 39 Tahun Hari Senin, 15 April 2013.
Belum adanya tempat pendistribusian yang jelas karena sampai saat ini para petani garam hanya menjual hasil panennya dengan cara biasa menjual langsung di dekat lokasi
garam mereka. Masih adanya permainan harga, ini dikarenakan belum adanya standarisasi harga tetap dari penjual bahan baku garam. Serta faktor cuaca yang tidak mendukung
kegiatan usaha seperti hujan dan rumput atau daun-daun yang berterbangan yang membuat usaha bertani garam menjadi gagal panen.
Luas lahan yang dimiliki oleh petani garam dapat dilihat dari pernyataan informan sebagai berikut:
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi P.IPS FKIP UNTAD Penerbit : E-Jurnal GEOFKIP UNTAD
8
Menurut Haeria, 67 Tahun Hari Senin, 15 April 2013. Rata-rata warga yang ada disini memiliki luas areal lahan penggaraman yaitu 2 Ha
dan adapula yang memiliki luas lahan penggaraman yaitu seluas 3 Ha. Menurut Sagaf 55, Tahun Hari Senin, 15 April 2013.
Hanya ada satu orang saja yang memiliki luas lahan penggaraman yang besar. Namun itu telah mewakili kepala keluarga lainnya yang memiliki luas lahan terbesar di
Kelurahan Talise. Bahwa menurut keterangan masyarakat sekitar bahwa luas lahan penggaramannya yaitu mencapai 3,5 Ha.
Adapun pekerjaan sampingan yang digeluti informan dapat dilihat dari pernyataan informan sebagai berikut:
Menurut Amrun, 60 Tahun Hari Senin, 15 April 2013. Pekerjaan sampingan yang kami geluti itu bermacam-macam tergantung dari adanya
peluang panggilan dari masyarakat lain misalnya, jadi kuli bangunan, tukang kayu dan ada juga yang berkebun.
Dalam pola hubungan sosial berdasarkan kepemilikan lahan ini, telah menimbulkan adanya nilai sosial diantara petani garam yang berbeda-beda. Para petani garam yang
memiliki lahan sendiri tentu saja akan merasa memiliki nilai sosial yang lebih baik dari petani garam yang bekerja di lahan milik orang lain. Hal ini menyangkut efesiensi kerja yang
berkesinambungan dengan pendapatan dan jaminan masa depan. Hubungan sosial petani garam njuga mencangkup sumber informan atau
pengetahuan mereka dalam mengolah lahan secara efektif dan efisien. Dari data yang dihimpun penulis. Bahwa dari keseluruhan petani garam mengaku telah menganal dan
memahami lebih baik metode atau cara pengolahan produksi garam yang baik sumber- sumber pengetahuan ini sebagai berikut:;
Menurut Abd. Arif, 40 Tahun Hari Senin, 15 April 2013.
4.1 Pembahasan