Komisaris Struktur Organisasi Perseroan Terbatas

Komisaris untuk bertindak sebagai kuasa dari pemegang saham dalam RUPS dan pemungutan suara. Dalam UUPT jelas tersirat bahwa tanggungjawab Direksi, Komisaris dan pemegang saham akan terseret harta pribadi masing-masingapabila nyata-nyata akibat perbuatan pengurus yang tidak sesuai dengan anggaran dasar yang telah ditetapkan untuk kepentingan pribadi atau keuntungan pribadi. Sehubungan dengan tangungjawab Komisaris, dapat dikatakan bahwa tanggungjawab tersebut mirip dengan tanggungjawab Direksi. Perbedaannya adalah bahwa tanggungjawab Komisaris terletak dalam bidang pengawasan dan pemberi nasihat, sedangkan tanggungjawab Direksi terdapat dalam bidang kepengurusan. Khusus tentang tanggungjawab atas kerugian yang diderita oleh pihak ketiga akibat tindakan komisaris, perlu diperhatikan ketentuan dalam Pasal 69 ayat 3 UUPT dan ketentuan perbuatan melawan hukum yang termaktub dalam Pasal 1365 dan 1366 KUHPerdata. Misalnya saja, komisaris yang mengetahui bahwa Perseroan tidak mungkin dapat melaksanakan suatu perjanjian tersebut, dapat saja dipertanggungjawabkan atas kerugian yang kemudian diderita oleh pihak ketiga yang bersangkutan. Namun demikian, perlu diperhatikan ada kelalaian atau kesalahan pada pihak Direksi bukan berarti bahwa dengan sendirinya Komisaris juga lalai atau salah. Masing-masing organ Perseroan mempunyai tugas yang mandiri dan oleh karena itu harus juga mempertanggungjawabkan secara tersendiri. Seperti halnya anggota Direksi, anggota Komisaris juga diangkat dan diberhentikan oleh RUPS. Komisaris, sebagaimana halnya Direksi, mempunyai hubungan yang ganda dengan Perseroan. Sebagai organ, ia merupakan bagian dari Perseroan dan selain itu, anggota Komisaris mempunyai hubungan kontraktual dengan Perseroan selaku subjek hukum mandiri. Akan tetapi, berbeda dari hubungan kontraktual anggota Direksi dengan Perseroan, hubungan kontraktual Komisaris tersebut melahirkan hubungan kerja karena anggota Komisaris bukan pekerja Perseroan. Demikian halnya dengan hubungan kontraktual anggota Komisaris tersebut tidak untuk kepada ketentuan dalam Pasal 1338 ayat 2 KUHPerdata. RUPS yang secara eksekutif mempunyai wewenang untuk mengangkat anggota Komisaris, senantiasa berhak untuk sewaktu-waktu memberhentikan. Selanjutnya, dalam kejadian dimana keputusan RUPS telah diambil dengan sah, akan tetapi alasan yang mendasarinya tidak wajar, maka anggota Komisaris yang diberhentikan dengan sah berhak menuntut ganti rugi atas pemberhentiannya yang diputuskan dengan alasan yang tidak wajar. Yang tidak dapat dituntutnya adalah pemulihan dalam kedudukan selaku anggota Komisaris.

C. Kewenangan Rapat Umum Pemegang Saham Dalam Suatu Perseroan Terbatas

Perseroan terbatas sebagai suatu badan hukum terdapat tiga organ perusahaan, yaitu RUPS, Direksi, dan dewan komisaris. Namun dari tiga organ perusahaan tersebut, RUPS merupakan organ yang memegang kekuasaan tertinggi, sebagaimana terdapat dalam pasal 1 ayat 4 dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Berdasarkan ketentuan pada Pasal 79 UUPT, penyelenggaraan RUPS dapat dilakukan atas permintaan satu orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 110 satu persepuluh atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang lebih kecil. Selain itu juga dewan komisaris berhak meminta kepada Direksi untuk dilakukan penyelenggaraan RUPS disertai dengan alasan tertulis. Alasan disini antara lain dapat berupa karena Direksi tidak mengadakan RUPS tahunan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan atau masa jabatan anggota Direksi danatau anggota dewan Komisaris akan berakhir. Dalam hal permintaan untuk diselenggarakannya RUPS datang dari pemegang saham, maka alasan tertulis tersebut tembusannya disampaikan kepada dewan Komisaris. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, RUPS adalah suatu organ Perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Perseroan dan memegang segala wewenang yang bersifat residual, yakni wewenang yang tidak dialokasikan kepada organ perusahaan lainnya, yaitu Direksi dan Komisaris, pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas dapat terjadi perbedaan pendapat mengenai hal tertentu. Dengan demikian diperlukan suatu badan pengambil keputusan yang mempunyai hak veto dan mengikat perseroan yaitu yang disebut dengan RUPS yang merupakan salah satu sarana untuk mengontrol perusahaan. Dengan demikian, dalam menjalankan kewenangannya RUPS harus memperhatikan dan tidak boleh melanggar kedudukan, kewenangan dan kepentingan organ perusahaan lain Direksi dan dewan Komisaris maupun stakeholders lainnya, seperti pemegang saham minoritas, kreditur, karyawan, mitra bisnis, atau masyarakat sekitarnya, meskipun ancaman pemecatan Direksi oleh pemegang saham mayoritas melalui rapat umum pemegang saham cukup efektif dalam memekan Direksi untuk mengikuti kehendak pemegang saham mayoritas, seperti terlihat dalam kutipan berikut ini : 14 ”Director usually are responsive to the wishes of the shareholders who elect them, but they are not legally bound to act in accord wit the wishes of the shareholders, even with the wishe of the holder 14 Munir Fuady, Opcit. Hlm. 126.

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Nasabah Bank Dalam Cyber Crime Terhadap Internet Banking Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

4 66 152

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN GAME ONLINE YANG MENGALAMI BUG AND ERROR BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

0 4 1

Tinjauan Hukum Mengenai Informasi Lowongan Kerja Pada Internet Dihubungkan Dengan Undang - Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

0 7 91

Tinjauan Hukum Mengenai Kekuatan Pembuktian Secara elektronik Dalam Perkara Cyber Crime Dihubungkan Dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Juncto Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

1 10 29

Tinjauan Hukum Mengenai Penyadapan Data pribadi Pengguna Internet Melalui Monitoring Aktivitas Komputer Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

0 26 92

Perlindungan Hukum Terhadap Data Diri Pengguna Transportasi Umum Berbasis Aplikasi Online Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

9 67 123

Tinjauan Yuridis Pemanfaatan Facebook dalam Transaksi Jual-Beli Dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen JO Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik JO KUHPerdata.

13 35 44

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNA JASA GO-JEK ATAS PENYALAHGUNAAN DATA PRIBADINYA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.

0 1 68

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE PRODUK FASHION BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.

0 1 15

TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA INSTAGRAM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

0 1 9