Ukuran Perusahaan Landasan Teori
pesimistis secara umum ketika memilih teknik akuntansi untuk pelaporan laporan keuangan.
Watts 2003 mendefinisikan konservatisme sebagai perbedaan verifiabilitas yang diminta untuk pengakuan keuntungan dibandingkan kerugian. Perbedaan
verifiabilitas atas keuntungan dan kerugian ini menyebabkan ada perbedaan pada metode yang digunakan di dalam mengakui akun-akun yang berhubungan dengan
laba dan rugi. Selain itu Watts juga menyatakan bahwa konservatisme muncul dari insentif yang berkaitan dengan biaya kontrak, litigasi, pajak, dan politik, yang
memiliki tujuan untuk mengurangi biaya keagenan dan mengurangi pembayaran yang berlebihan terhadap pihak-pihak seperti manajer, pemegang saham, pengadilan, dan
pemerintah. Sedangkan Djarwanto 2004 berpendapat konservatisme umumnya diartikan sebagai
mencatat aktiva milik perusahaan dengan harga yang lebih rendah daripada harga perolehannya cost atau mencatat utang perusahaan lebih tinggi over stated. Selain
itu konservatisme juga diberi makna yaitu bila akuntan mengikuti prinsip mengakui kemungkinan rugi yang akan terjadi tetapi tidak mengantisipasikan laba yang belum
direalisi tidak diakui sebagai pendapatan pada periode itu. Suhayati dan Anggadini 2010 menyatakan bahwa konsep konservatisme didasarkan atas pendapat yang
menyatakan bahwa setiap pendapatan tidak boleh diakui dan dicatat sebelum pendapatan tersebut benar-benar diperoleh, tetapi semua kerugian dan beban
walaupun belum terjadi asalkan sudah dapat diperhitungkan boleh dicatat dan diakui.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat dikatakan bahwa prinsip konservatisme merupakan prinsip akuntansi yang mencerminkan sikap pihak manajemen yang lebih
berhati-hati atas ketidakpastian yang ada, sehingga ketidakpastian yang muncul dapat dihadapi dengan sedemikian rupa. Tujuan dari penerapan prinsip konservatisme ini
adalah untuk menghindari perilaku oportunistik manajer yang melakukan pencatatan pendapatan bersih yang lebih besar dari yang sebenarnya overstated. Pencatatan
pendapatan bersih yang overstated bisa saja dilakukan oleh pihak manajemen untuk mendapatkan bonus yang lebih tinggi dari pemilik perusahaan.
Menurut Ball and Shivakumar; Beaver and Ryan dalam Sari dan Adhariani, 2009 konservatisme dibagi menjadi dua sub-konsep yaitu:
a Conditional conservatism Sub-konsep ini mengacu pada konservatisme yang mengarah pada pemikiran
bahwa pendapatan direfleksikan dalam pengakuan rugi dan laba dalam kondisi asymmetric timeliness, dimana asymmetric timeliness timbul dari
kecenderungan akuntan untuk menggunakan verifikasi tingkat tinggi atas pengakuan kabar baik daripada kabar buruk dalam laporan keuangan. Contoh
dari conditional conservatism dapat dilihat pada akuntansi persediaan LOCOM dan akuntansi impairment untuk aset berwujud dan tidak berwujud
jangka panjang.