5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian sistem kerja tebang, angkut dan giling pada industri gula ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Beberapa nilai rata-rata parameter kondisi lingkungan fisik pabrik melewati batas rekomendasi yang diijinkan, yaitu temperatur tertinggi mencapai 37
C, iluminasi terendah 7.5 lux, serta kebisingan tertinggi mencapai 93.2 dB.
Kondisi ini sangat mengganggu pekerja dalam melaksanakan tugasnya. 2. Dari analisis biplot didapatkan bahwa pada dua perusahaan gula yaitu PG
Jatitujuh dan PG Bungamayang terlihat adanya proses adaptasi pekerja namun dengan kecepatan yang berbeda. Tingkat kelelahan yang dirasakan
dibandingkan dengan umurpengalaman juga berbeda. Pekerja PG Jatitujuh relatif lebih cepat beradaptasi dibandingkan dengan pekerja PG
Bungamayang. Kultur sebagai sebuah perusahaan swasta dengan pengaturan kerja yang lebih menekankan prestasi membawa dampak berbeda terhadap
pekerja perusahaan badan usaha milik negara yang lebih menekankan pada pengalaman kerja sebagai pertimbangan pemberian penghargaan.
3. Hasil regresi kurva IRHR terhadap pengalaman mengikuti kurva logaritmik. Persamaan regresi untuk tebang pagi adalah Y= -0.105 lnX + 1.7484;
angkut pagi Y=-0.046ln X + 1.7323; tebang siang Y= -0.063 lnX +1.5482, dan angkut siang Y= -0.044 lnX + 1.595. Variabel Y mewakili beban kerja
dan variabel X mewakili tingkat pengalaman. 4. Perbedaan kemiringan kurva regresi menunjukkan bahwa pekerja perlu waktu
yang lebih lama untuk beradaptasi dengan pekerjaan tebang dibandingkan dengan pekerjaan angkut.
5. Untuk pekerja berpengalaman, perbedaan IRHR antara pekerjaan tebang angkut pagi dan siang karena temperatur kerja semakin tinggi yang secara
fisiologis akan meningkatkan beban kerja. Penyebab lain tingkat kejerihan pekerja pada pekerjaan siang adalah kondisi ritme biologi pekerja secara
umum dimana setelah pukul 12.00 sampai 18.00, temperatur tubuh, denyut jantung, tekanan darah dan eksresi jauh lebih tinggi dibandingkan untuk pagi
hari pukul 06.00 sampai pukul 12.00 sehingga beban internal dalam tubuh sudah cukup tinggi
6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan meningkatnya pengalaman, beban kerja yang diterima pekerja semakin menurun menuju ke garis konstan.
Hal ini dapat dijelaskan dengan konsep autopoiesis, dimana dalam suatu sistem kerja akan terjadi proses self-organizing sehingga tercapai kondisi
keseimbangan. 7. Konsep autopoiesis dalam ranah ergonomi sistem kerja adalah proses yang
terjadi pada sebuah sistem kerja dimana terjadi swa-atur dengan tujuan utama untuk peningkatan kinerja sistem. Peningkatan kinerja harus dipenuhi dengan
meningkatkan tuntutan pekerjaan yang pada saat perancangannya harus memperhatikan aspek manusia sesuai prinsip fit the job to the man FJM.
Setelah tuntutan kerja ditentukan, manusia yang akan melakukan pekerjaan tersebut akan berusaha menyesuaikan diri sehingga mencapai
keseimbangankesesuian. Proses ini mengikuti konsep fit the man to the job FMJ. Setelah keseimbangan baru dicapai, akan muncul lagi pengembangan
sistem kerja untuk meningktakan kinerja yang lebih tinggi lagi. Proses berikutnya akan berulang. Dengan kata lain auotopoiesis dalam sistem kerja
adalah gabungan antara prinsip FJM dan FMJ secara terus menerus dengan prioritas utama kinerja sistem, tanpa merugikan komponen manusianya.
8. Penerapan pemahaman konsep autopoiesis pada sistem kerja khususnya pekerjaan tebang angkut dan giling adalah dengan melakukan perancangan
tuntutan kerja yang tepat, melakukan pelatihan bagaimana cara terbaik untuk melakukan pekerjaan, memberikan insentif berdasarkan kinerja individu,
menyediakan alat pelindung diri, serta memberikan motivasi secara terus menerus agar pekerja dapat berperilaku kerja yang aman, senantiasa
meningkatkan produktifitas dan kualitas hasil.
5.2 Saran