Beban Kerja Konsep autopoiesis dalam ergonomi sistem kerja

f Tidak bisa tidur Nurmianto 1996 mengatakan bahwa kelelahan dapat ditandai dengan kondisi yang cenderung untuk mengantuk, gejala-gejalanya adalah: a Rasa letih, lelah, lesu dan lemah b Mengantuk c Motivasi kerja menurun d Rasa pesimis Terdapat 5 kelompok sebab kelelahan menurut Sumamur 1989, yaitu: a Keadaan monoton b Beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental c Keadaan lingkungan seperti: cuaca kerja, penerangan dan kebisingan d Keadaan kejiwaan seperti: tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik e Penyakit, perasaan sakit dan keadaan gizi Grandjean 1988 menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan untuk memeliharamempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan di luar tekanan cancel out the stress. Penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran.

2.5 Beban Kerja

Menurut Mc. Cormick dan Sanders 1978, metabolisme merupakan proses kimia yang mengubah bahan makanan menjadi dua bentuk, yaitu energi panas dan energi mekanik. Energi panas terjadi akibat kita melakukan suatu pekerjaan, dan energi mekanik digunakan untuk kegiatan internal tubuh proses pernafasan maupun pencernaan dan kegiatan eksternal seperti bekerja, berjalan maupun kegiatan lainnya. Energi yang tersedia dalam tubuh dihasilkan melalui proses metabolisme yang terjadi di dalam sel-sel otot tubuh. Metabolisme ini berkaitan dengan kelancaran transportasi bahan-bahan metabolik ke seluruh tubuh yang diedarkan oleh sistem transportasi tubuh. Kelancaran sistem peredaran darah ini dapat dipantau melalui jumlah denyut jantung dan nadi per satuan waktu yang berperan layaknya pompa darah. Semakin besar kebutuhan tenaga dalam melakukan suatu aktifitas maka akan semakin cepat pula jantung dan nadi itu berdenyut. Beban kerja merupakan beban seseorang ketika melakukan suatu pekerjaan. Beban ini akan diketahui pada saat operator menanggapi kerja dengan memberikan respon seperti denyut jantung yang tinggi atau keringat yang keluar Rasyani 2001. Kapasitas kerja manusia dibatasi dan terutama ditentukan oleh kemampuan untuk menyediakan oksigen dan makanan yang cukup. Pengukuran beban kerja fisik dapat dilakukan dengan memperhatikan empat parameter fisiologis meliputi suhu tubuh, konsumsi oksigen, laju paruparufrekuensi pernafasan dan denyut jantung Zanders 1972. Peningkatan beban kerja akan menaikkan suhu tubuh, sehingga suhu tubuh dapat dijadikan parameter pengukuran beban kerja fisik. Pada pekerja yang bekerja pada suhu udara tinggi, peningkatan suhu tubuh tidak proporsional dengan laju konsumsi O 2 , sifat ini dapat dijadikan indikasi pengukuran hear stress. Perubahan karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi memerlukan O 2 , dengan demikian konsumsi O 2 dapat dijadikan parameter untuk pengukuran beban kerja, dengan mengequivalenkan antara kebutuhan energi dan kebutuhan O 2 diperoleh hubungan yang nyata antara keduanya. Konsumsi energi bersih per kegiatan dapat diukur dengan cara menguranginya dengan energi yang diperlukan untuk metabolisme basal. Laju paru-paru dan frekuensi pernafasan seimbang dengan konsumsi O 2 , sehingga dengan mengetahui laju paru-paru dan frekuensi pernafasan dapat dihitung besarnya konsumsi O 2 dan dapat diketahui besarnya beban kerja. Kerja jantung akan meningkat jika tubuh melakukan tenaga mekanis. Laju denyut jantung yang tinggi akan diikuti oleh konsumsi O2 yang rendah, biasanya menunjukkan kelelahan otot, terutama untuk pekerjaan statis. Pengukuran beban kerja fisik yang termudah untuk dilakukan pada kondisi lapang adalah dengan mempergunakan pengukuran denyut jantung. Tetapi, walaupun bagaimana cara pengukuran ini memiliki kelemahan, karena hasil pengukuran tidak hanya dipengaruhi oleh usaha-usaha fisik, melainkan juga oleh kondisi dan tekanan mental. Kelemahan lainnya adalah bervariasinya karakter denyut jantung pada setiap orang, dan dapat pula terjadi penyimpangan Hayashi et al. 1997. Salah satu metode yang dipergunakan untuk kalibrasi pengukuran denyut jantung ini adalah dengan mempergunakan metode step test atau metode langkah, selain dari sepeda ergometer. Dengan metode step test dapat diusahakan suatu selang yang pasti dari beban kerja dengan hanya mengubah tinggi bangku step test dan intensitas langkah. Metode ini juga lebih mudah, karena dapat dilakukan dimana-mana, terutama di lapang, dibandingkan dengan menggunakan sepeda ergometer Hayashi et al. 1997. Menurut Hayashi et al. 1997, denyut jantung sebanding dengan konsumsi oksigen. Beban kerja yang pasti dapat diketahui dengan mengkalibrasi antara kurva denyut jantung saat bekerja dengan beban kerja denyut jantung yang ditetapkan sebelum bekerja metode step test. Step test mempunyai komponen pengukuran yang mudah, selalu tersedia dimana saja dan kapan saja, sehingga dengan demikian ketidakstabilan denyut jantung seseorang dapat dengan mudah dianalisa Hayashi et al.1997. Dengan metode ini beberapa faktor individual seperti umur, jenis kelamin, berat dan tinggi badan, harus diperhatikan sebagai faktor penting untuk menentukan karakteristik individu yang diukur Herodian 1998. Penelitian beban kerja operator menggunakan parameter denyut jantung heart rate- HR yang diukur pada saat istirahat dan pada saat bekerja. Kerja jantung akan meningkat jika tubuh melakukan tenaga mekanis. Laju denyut jantung yang tinggi akan diikuti oleh konsumsi O 2 yang rendah, biasanya menunjukkan kelelahan otot, terutama untuk pekerjaan statis Zander 1972 dan Sanders 1987. Indikator-indikator fisiologis beban kerja dapat menentukan berapa lama seseorang dapat bekerja, sesuai dengan kapasitas kerjanya. Untuk menghindari subyektivitas nilai denyut jantung yang umumnya sangat dipengaruhi faktor-faktor personal, psikologis, dan lingkungan, maka perhitungan nilai denyut jantung harus dinormalisasi agar diperoleh nilai denyut jantung yang lebih obyektif Syuaib 2003. Normalisasi nilai denyut jantung dilakukan dengan cara perbandingan denyut jantung relatif saat kerja terhadap denyut jantung saat istirahat. Nilai perbandingan HR tersebut dinamakan IRHR Increase Ratio of Heart Rate atau dengan persamaan: HRrest HRwork IRHR = dimana HRwork : denyut jantung pada saat bekerja HRrest : denyut jantung pada saat istirahat Tabel 7 menunjukkan kategori nilai IRHR dari jenis pekerjaan untuk masing-masing pekerja Syuaib 2003. Tabel 7 Kategori pekerjaan berdasarkan IRHR Kategori Nilai IRHR Ringan 1.00 IRHR 1.25 Sedang 1.25 IRHR 1.50 Berat 1.50 IRHR 1.75 Sangat berat 1.75 IRHR 2.00 Nilai IRHR dapat digunakan sebagai indikasi tingkat kejerihan atau tingkat beban yang dirasakan oleh pekerja. Tingkat ini juga dapat digunakan untuk memprediksi kurva belajar learning curve dari seorang pekerja pemula dibandingkan dengan pekerja berpengalaman skillful. Menurut Syuaib 2002, 2003, 2007 pekerja berpengalaman memiliki nilai IRHR cenderung konstan berbagai pengamatan, sementara pekerja pemula memiliki nilai IRHR yang tinggi pada awal pengamatan, kemudian akan menurun menuju posisi konstan secara lagaritmik. Pekerjaan yang memerlukan tenaga yang lebih dan ketrampilan yang lebih tinggi yaitu pekerjaan mengoperasikan traktor tangan memiliki kecuraman kurva yang lebih tajam daripada pekerjaan yang memerlukan tenaga lebih kecil dan ketrampilan lebih sedikit yaitu pada pengoperasian traktor kemudi. Kurva untuk masing-masing jenis pekerjaan disampaikan pada Gambar 11 dan 12. Nilai ketajaman penurunan kurva ditunjukkan oleh koefisien pada fungsi logaritmik yaitu sebesar 0.16 untuk traktor tangan dan 0.03 untuk traktor kemudi. Dengan kata lain proses belajar untuk kedua macam pekerjaan berbeda. Gambar 11 Hubungan antara IRHR dan jumlah observasi pada operator traktor tangan Syuaib 2002 Gambar 12 Hubungan antara IRHR dan jumlah observasi pada operator traktor kemudi. Sumber: Syuaib 2003 Kelelahan kerja manusia juga dipengaruhi oleh seberapa besar kemampuan yang digunakan. Jika kemampuan maksimum yang digunakan, maka durasi ketahanan manusia jauh lebih pendek dibandingkan jika hanya menggunakan sebagian saja dari kemampuan maksimum. Grandjaen 1988 memberikan gambaran hubungan antara lama waktu yang dapat dilakukan secara aman oleh manusia terhadap persentase beban kerja fisik yang dilakukan. Grafik hubungan tersebut seperti pada Gambar 13 berikut. Gambar 13 Hubungan antara beban kerja otot dengan durasi aman Sumber: Grandjean 1998 Jika beban yang diterima terlalu berat atau durasi penerimaan beban melebihi waktu aman, maka akan sangat mungkin terjadi kelelahan yang berlebihan. Pekerja akan mampu bertahan untuk waktu yang lama jika beban fisik yang diterima antara 10-15 kemampuan maksimumnya.

2.6 Kecelakaan Kerja