Kebisingan Lingkungan Fisik Tempat Kerja

Efek dari circardian Rythm juga dibahas oleh Natale et al. 2003, yang mempengaruhi tipologi kebiasaan tidur-bangun pada pengendali lalu lintas udara. Secara khusus dalam ranah teknologi manufaktur, Pinochet et al. 1996, melakukan konstruksi sistem knowledge-based untuk mendiagnosis integrasi sosioteknik pada teknologi manufaktur yang modern. Beberapa peneliti lain seperti Carayon 2000, Kleiner 2001, dan Axtell 2001 juga mencermati tentang berbagai hubungan penerapan teknologi, pendekatan ergonomi dan aspek sosioteknik yang ditimbulkan.

2.3 Lingkungan Fisik Tempat Kerja

Lingkungan fisik ruang kerja mencakup kondisi fisik yang terdiri dari kebisingan, temperatur, kelembaban, getaran, pencahayaan, bau-bauan, sirkulai dan tingkat polusi. Kondisi fisik ruang kerja sangat mempengaruhi kinerja operator, apalagi jika posisi kerja operator di ruang tersebut harus terpapar dalam waktu yang cukup lama. Pengaturan lingkungan fisik yang baik harus dilakukan dengan memperhatikan tingkat ambang batas ketahanan fisik dan psikis pekerja. Jika dalam hal tertentu kondisi lingkungan fisik tidak dapat diubah, alat pelindung diri APD harus dipersiapkan untuk melindungi pekerja. Alat pelindung diri sangat membantu pekerja dalam menghadapi kondisi ekstrim lingkungan kerja. Namun kesadaran ini di lapangan belum merata. Masih banyak pekerja yang enggan untuk menggunakan APD dengan alasan mengganggu gerakan, panas atau tidak nyaman. Dengan demikian perlu senantiasa diberikan pencerahan dan pengarahan kepada seluruh pekerja agar kesadaran untuk melindungi diri sendiri ini terbentuk dan risiko kecelakaan kerja dapat dikurangi. Berikut dipaparkan hal- hal utama yang merupakan komponen lingkungan fisik ruang kerja.

2.3.1 Kebisingan

Menurut Suma’mur 1996, bunyi didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga melalui media elastis, dan manakala bunyi-bunyi tersebut tidak dikehendaki, maka dinyatakan sebagai kebisingan. Kebisingan dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan yang dalam jangka waktu yang panjang akan dapat mengganggu kenyamanan saat bekerja. Keberadaan kebisingan sedapat mungkin harus dihilangkan, setidaknya harus dikendalikan sehingga dampak yang ditimbulkan tidak terlalu merugikan, tetapi seharusnya kebisingan yang terjadi tidak boleh menimbulkan kerugian bagi pekerja yang ada. Menurut Moriber 1974, bising adalah sesuatu hal yang berbeda dari polutan yang lain dalam hal: a Keberadaannya yang gampang menghilang, tidak seperti polutan udara lainnya yang bisa terakumulasi di atmosfer. b Menimbulkan masalah pada masyarakat yang tidak dilibatkan dalam berbagai interaksi antara tumbuhan, hewan, dan manusia. Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan di lingkungan kerja menurut Suma’mur 1996, yaitu sebagai berikut: a Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas steady state, wide band noise, misalnya mesin-mesin, kipas angin, dll. b Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit stedy state, narrow band noise, misalnya gergaji sirkuler, katup gas, dll. c Kebisingan terputus-putus intermittent, misalnya lalu lintas, suara pesawat terbang di lapangan udara. d Kebisingan impulsif impact or impulsive noise, seperti tembakan senapan atau meriam, ledakan. e Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan. Tabel 2 Tingkat kebisingan dalam kantor Level dB Keadaan 20-30 30-35 35-40 40-50 50-55 55 Kantor sangat tenang, penggunaan telepon memuaskan, cocok untuk konferensi besar Kantor tenang, memuaskan untuk konferensi jarak meja 15 kaki Memuaskan, dengan jarak meja 6-8 kaki Percakapan telepon agak terganggu Tidak memuaskan untuk konferensi lebih dari 2 sampai 3 orang Sangat bising untuk konferensi Sumber : Depnaker 1999 Tabel 3 Tingkat kebisingan dalam industri Level dB Keadaan 85-100 100-115 115-130 130-160 Terdapat pada pabrik tekstil, tempat kerja mekanis seperti penggiling, pengguna udara bertekanan, bor listrik, gergaji mekanis, dan lain-lain Terdapat pada pabrik pengalengan, ruang ketel, pneumatic drill, dan sebagainya Terdapat pada mesin-mesin diesel besar, mesin turbin, pesawat terbang dengan mesin turbo, compressor, sirine, dan lain-lain Terdapat pada mesin-mesin jet, roket, dan peledak Sumber : Depnaker 1999 Tabel 4 Skala tingkat bising Skala Intensitas Tingkat Bising dBA Ilustrasi Menulikan 100-120 Halilintar, meriam, mesin uap Sangat hiruk 80-100 Jalan hiruk pikuk, perusahaan gaduh, pluit Kuat 60-80 Kantor gaduh, jalan pada umumnya, radio Sedang 40-60 Rumah gaduh, percakapan kuat, kantor pada umumnya Tenang 20-40 Rumah tenang, percakapan biasa, kantor perorangan Sangat tenang 0-20 Berbisik, suara daun jatuh, tetesan air Sumber : Notoatmodjo 2003 Intensitas atau arus energi persatuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmik yang disebut desibel dB dengan membandingkan kekuatan dasar 0.0002 dynecm 2 2x10 -5 Nm 2 yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang tepat dapat didengar oleh telinga normal. Ukuran kebisingan dinyatakan dengan istilah sound pressure level SPL. Alat yang digunakan untuk mengukur kebisingan yaitu sound level meter. Alat ini mengukur kebisingan diantara 30-130 dB dan dengan frekuensi 20-20000 Hz. Hasil keluaran pengukuran dengan alat ini adalah desibel dB dengan menggunakan dasar persamaan Chanlett, 1979: SPL = 10 log PP ref 2 ..........................................................................1 dimana SPL : tingkat tekanan kebisingan dB P : tekanan suara Nm 2 P ref : tekanan bunyi reference 2x10 -5 Nm 2 Terdapat 3 skala pengukuran untuk sound level meter yaitu: a Skala pengukuran A: untuk memperlihatkan perbedaan kepekaan yang besar pada frekuensi rendah dan tinggi yang menyerupai reaksi telinga untuk intensitas rendah 35-135 dB. b Skala pengukuran B: untuk suara dengan kekerasan yang moderat 40 dB tetapi sangat jarang digunakan dan mungkin tidak digunakan lagi. c Skala pengukuran C: digunakan untuk suara yang sangat keras 45 dB yang menghasilkan gambaran respon terhadap bising antara 20 sampai dengan 20000 Hz. Pada dasarnya pengaruh kebisingan pada jasmani para pekerja dibagi menjadi 2 golongan Soemanegara 1975, yaitu: a Tidak mempengaruhi indera penginderaan tetapi memberikan pengaruh berupa keluhan samar-samar dan tidak jelas berwujud penyakit. b Pengaruh terhadap indera pendengaran baik bersifat sementara ataupun bersifat permanen tetap, terdiri dari: 1 Accoustic trauma, yaitu tiap-tiap pelukaan insidential yang merusak sebagian atau seluruh alat-alat pendengaran disebabkan oleh letusan senjata api, ledakan-ledakan atau suara yang dahsyat. 2 Occuptional deafness, yaitu kehilangan sebagian atau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat permanen pada satu atau kedua telinga disebabkan oleh bising atau suara gaduh yang terus menerus dilingkungan kerja. Lama mendengar ditentukan oleh beban bising yaitu jumlah perbandingan antara waktu mendengar pada tingkat bising tertentu dengan waktu mendengar pada tingkat bising bersangkutan sesuai dengan Tabel 4. Nilai ambang batas kebisingan menurut Standar Nasional Indonesia SNI secara umum adalah 85 dBA. Namun untuk menghitung waktu terpapar aman terhadap kebisingan dapat menggukan 2 buah standar yaitu : The U.S. Department of Defense standard standar DOD dan Occuptional Safety and Health Administration standard standar OSHA. Rumus yang digunakan pada pada kedua standar adalah: Untuk DOD : Waktu jam = 4 84 2 8 − L ........................................1 Untuk OSHA : Waktu jam = 5 90 2 8 − L .......................................2 dimana : L = intensitas kebisingan dB Tabel 5 Beberapa standar nilai ambang batas kebisingan dan lama kerja kontinu yang diperkenankan Intensitas dB Waktu kerja jam ISO OSHA Indonesia MENAKER 85 90 85 8 ... 92 87.5 6 88 95 90 4 ... 97 92,5 3 91 100 95 2 94 105 100 1 97 110 105 0,5 100 115 110 0,25 Sumber Sudirman 1992 dalam Wijaya 2005 Untuk meminimalisasi efek kebisingan yang ditimbulkan terhadap kesehatan manusia, upaya pengendalian kebisingan di antaranya sebagai berikut: a Pengendalian keteknikan, yaitu memodifikasi peralatan penyebab kebisingan, modifikasi proses dan modifikasi lingkungan dimana peralatan dan proses tersebut berjalan. b Pengendalian sumber kebisingan, yang dilakukan dengan subtitusi antar mesin, proses dan material terutama penambahan penggunaan spesifikasi kebisingan pada peralatan baru. c Perlindungan diri, yaitu dengan menggunakan sumbat telinga Alat-alat tersebut dapat mengurangi intensitas kebisingan sekitar 20 - 30 dB.

2.3.2 Suhu dan Kelembaban