Tugas dan kegiatan dari stasiun power house secara umum adalah memenuhi kebutuhan tenaga listrik yang selanjutnya akan disalurkan untuk:
a Memenuhi seluruh keperluan tenaga listrik dalam pabrik b Bengkel Induk
c Penerangan Jalan d Perumahan
Dari hasil pengukuran di stasiun power house, sebagian tingkat pencahayaan pada stasiun ini berada di bawah ambang batas, Demikian juga
kondisi temperatur dan kelembaban yang sebagian besar berada di luar ambang batas. Kondisi paling membahayakan pada stasiun ini adalah tingkat
kebisingan yang seluruhnya di atas batas aman dengan nilai tertinggi 97.5 dB. Dalam jangka panjang kondisi ini berpotensi membuat gangguan pendengaran
serius bahkan dapat menyebabkan ketulian. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja hanya mau menggunakan penutup telinga
sederhana yaitu gulungan kapas kecil dan masih enggan menggunakan pelindung telinga standar yang diberikan perusahaan. Bahkan penggunaan alat
sederhana tersebut hanya dipakai jika para pekerja harus melakukan pemeriksaan visual berkeliling. Pada posisi di meja kerja, mereka hampir tidak
pernah menggunakan alat tersebut. Dari hasil penelitian kondisi lingkungan fisik untuk seluruh stasiun kerja,
dapat disimpulkan bahwa beberapa parameter lingkungan kerja yaitu iluminasi, suhu, kelembaban, kebisingan berada di luar ambang batas yang
diijinkan. Data ekstrim yang terjadi di lapangan mencakup iluminasi sangat rendah 7.5 lux, suhu tertinggi mencapai 37
C, kelembaban terendah 31.7 dan tertinggi 74.6, serta kebisingan mencapai 93.2 dB. Hal ini secara teoritis
akan sangat mengganggu kinerja operator, meningkatkan kelelahan, meningkatkan potensi kecelakaan yang mungkin terjadi, menurunkan semangat
kerja dan produktifitas personal.
4.2. Hasil Kuisioner Persepsi Pekerja di Pabrik
Hasil kuisioner mencerminkan pandangan subyektif dari pekerja PG Jatitujuh dan ditampikan pada Gambar 16 sampai 21.
Gambar 16 Persentase Tingkat Pengalaman pekerja PG Jatitujuh Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja pabrik PG Jatitujuh
sebagian besar sudah berpengalaman di antara 10 tahun, dengan komposisi 48 berpengalaman 10 – 20 tahun dan 34 berpengalaman lebih dari 20
tahun. Dengan usia pengalaman pekerja yang sebagian besar di atas 10 tahun yaitu sebanyak 82, dapat dipastikan bahwa pekerja pabrik sudah sangat
berpengalaman dengan kondisi pekerjaannya tersebut. Pengalaman pekerja muda antara 0 – 5 tahun sangat sedikit yaitu hanya sebesar 4. Kondisi ini
karena beberapa tahun terakhir tidak banyak dilakukan rekruitmen pekerja menjadi tenaga tetap. Pekerja muda biasanya direkrut menjadi tenaga honorer
atau tenaga kontrak.
Gambar 17 Persentase tingkat pendidikan pekerja PG Jatitujuh Tingkat pendidikan pekerja pabrik PG Jatitujuh didominasi oleh lulusan
SMA atau yang sederajat yakni sebanyak 59. Dengan tingkat pendidikan tersebut pekerja cukup memadai untuk dapat melaksanakan pekerjaan sebagai
operator alatmesin di pabrik. Namun demikian perlu dicermati juga bahwa sebanyak 30 pekerja berpendidikan SD. Jumlah ini merupakan jumlah yang
cukup besar. Tingkat pendidikan yang hanya SD tersebut tentu akan sangat butuh waktu yang cukup lama untuk dapat mengoperasikan mesin dengan baik.
Sebagian besar pekerja PG Jatitujuh memiliki persepsi bahwa pekerjaan yang dilakukan memberikan beban yang sedang yakni sebanyak 59.
Persentase yang menganggap ringan dan berat hampir sama yakni masing- masing sebesar 19 dan 22.
Gambar 18 Persentase persepsi pekerja PG Jatitujuh terhadap beban kerja
Jika dibandingkan dengan kondisi lingkungan fisik kerja di mana sebagian besar di luar batas ambang, secara ergonomis seharusnya beban kerja akan
dominan berkategori berat bahkan sangat berat. Kondisi ini merupakan salah satu data anomali dari sudut pandang persepsi pekerja.
Persepsi yang hampir sama terjadi pada pekerja PG Jatitujuh adalah persepsi terhadap kelelahan selama bekerja. Dengan kondisi kerja yang cukup
berat, pekerja masih memiliki persepsi yang ringan sampai dengan sedang, lebih kurang jumlah ini mencapai 98. Hanya 2 pekerja yang menyatakan
kondisi kerja tersebut menyebabkan kelelahan yang berat.
Gambar 19 Persentase persepsi pekerja PG Jatitujuh terhadap kelelahan selama bekerja
Persepsi pekerja terhadap beban kerja dan tingkat kelelahan kontradiktif dengan fakta kondisi lingkungan yang kurang ergonomis. Hal ini
mencerminkan bahwa tubuh pekerja dalam jangka waktu yang lama mengalami proses penyesuaian sehingga tetap dalam kondisi yang cukup baik.
Dengan persentase persepsi beban kerja dan kelelahan dalam tingkat ringan sedang sebanyak 78 dan 98, terlihat bahwa telah terjadi proses perubahan
pada diri pekerja setelah memasuki pekerjaan tersebut yaitu telah terjadi proses penyesuaian atau adaptasi terhadap kondisi lingkungan kerja. Hal ini dapat
disimpulkan karena pengalaman terbanyak pekerja adalah lebih dari 10 tahun yaitu sebesar 82.
Gambar 20 Persentase persepsi pekerja PG Jatitujuh terhadap kejadian kecelakaan selama bekerja
Faktor kelelahan biasanya terkait langsung dengan kecelakaan kerja. Demikian juga hasil kuisioner persepsi pekerja terhadap tigkat kecelakaan yang
menunjukkan bahwa 96 menyatakan ringan sampai dengan sedang. Hal ini sesuai dengan persesi pekerja terhadap beban kerja dan tingkat kelelahan.
Kondisi ini dapat dimaknai bahwa dengan risiko ergonomi yang tinggi dan semakin tinggi pengalaman kerja, masing-masing pekerja dapat menahan
kondisi tersebut dan terhindar dari kecelakaan, walaupun secara umum penggunaan alat pelindung diri sangat minim.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa perusahaan memang memberikan perhatian yang cukup baik terhadap kondisi kerja. Kepedulian ini ditunjukkan
dengan memberikan alat pelindung diri APD serta memberikan tambahan nutrisi berupa susu bagi karyawan. Kebijakan ini dilakukan sebab kondisi
lingkungan fisik tidak dapat dikendalikan sampai ambang batas aman kecuali pada beberapa ruang kendali.
Gambar 21 Persentase persepsi pekerja PG Jatitujuh terhadap lingkungan organisasi
Kepedulian perusahaan ini sejalan pula dengan persepsi karyawan terhadap kebijakan perusahaan yang sebagian besar menyatakan bahwa
perusahaan sangat peduli dengan kondisi kerja sebesar 85. Namun demikian, pada kenyataannya kepedulian ini ditanggapi kurang serius oleh pekerja,
sebagai contoh data penggunaan alat pelindung diri yang hampir tidak digunakan misalnya pelindung telinga, sepatu aman, serta topihelm proyek.
Pekerja lebih banyak tidak menghiraukan himbauan perusahaan.
Hasil kuisioner mencerminkan pandangan subyektif dari pekerja PG Bungamayang ditampikan pada Gambar 22 sampai 27.
Gambar 22 Persentase tingkat pengalaman operatorpekerja pabrik PG Bungamayang
PG Bungamayang memiliki karyawan yang sebagian besar sudah berpengalaman lebih dari 10 tahun dengan total jumlah sebesar 79. Pekerja
muda dengan pengalaman antara 0 – 5 tahun sangat sedikit yaitu hanya sebesar 6. Seperti halnya kondisi pekerja pada PG Jatitujuh, pekerja PG
Bungamayang juga merupakan pekerja yang sangat berpengalaman dengan keadaan kerja pabrik gula.
Gambar 23 Persentase tingkat pendidikan operator pabrik PG Bungamayang Tingkat pendidikan pekerja pabrik PG Bungamayang secara umum lebih
baik dari pekerja PG Jatitujuh, yakni didominasi oleh lulusan SMA atau yang sederajat sebanyak 71. Pekerja dengan tingkat pendidikan SD hanya sedikit
yakni sebesar 4. Kondisi ini sangat menguntungkan bagi perusahaan sebab
dengan tingkat pendidikan yang lebih baik kemampuan untuk menangani mesin juga lebih baik.
Gambar 24 Persentase persepsi pekerja PG Bungamayang terhadap beban kerja
Data lain yang didapat dari lapangan adalah bahwa sebagian besar pekerja tetap PG Bungamayang adalah pekerja dari daerah Jawa Timur,
walaupun lokasi pabrik tersebut di Provinsi Lampung. Persepsi pekerja PG Bungamayang terhadap beban kerja agak berbeda
dengan persepsi pekerja PG Jatitujuh. Jika pekerja PG Jatitujuh yang mempersepsikan beban kerja sedang sebanyak 59, pekerja PG
Bungamayang mempersepsikan sedang sebanyak 47. Kondisi tersebut dapat dinilai hampir sama. Namun demikian persepsi bahwa beban kerja termasuk
berat di PG Jatitujuh hanya 22, namun di PG Bungamayang sebesar 45.
Gambar 25 Persentase persepsi pekerja PG Bungamayang terhadap kelelahan kerja
Pekerja PG Bungamayang mempersepsikan bahwa tingkat kelelahan berat hanya sebesar 5 pekerja, sedangkan persepsi terhadap beban kerja yang
sedang sebanyak 48 pekerja. Sementara pekerja yang mempersepsikan beban ringan hanya 47. Persepsi ini juga merupakan persepsi yang saling kontradiktif,
yakni jika beban berat, mestinya kelelahan juga akan dominan berat dan sebaliknya jika beban dipersepsikan ringan oleh sedikit pekerja, seharusnya
jumlah pekerja yang mempersepsikan kelelahan ringan juga sedikit. Kondisi demikian terjadi sebagaimana pada pekerja PG Jatitujuh, yaitu pekerja yang
berpengalaman cukup lama telah dapat menyesuaikan diri dengan kondisi kerja, bahkan kondisi kerja cukup ekstrim yaitu kebisingan dan temperatur
yang tinggi.
Gambar 26 Persentase persepsi pekerja PG Bungamayang terhadap potensi kecelakaan kerja
Pekerja PG Bungamayang mempersepsikan bahwa tingkat kecelakaan kerja berat hanya sebesar 28 pekerja, sedangkan persepsi terhadap
kecelakaan kerja sedang sebanyak 35 pekerja. Sementara pekerja yang mempersepsikan kecelakaan kerja ringan hanya 37. Hasil kuisioner persepsi
pekerja PG Bungamayang terhadap potensi kecelakaan hampir sama dengan persepsi terhadap beban kerja. Hal ini sejalan dengan prinsip ergonomi, yakni
semakin besar beban kerja akan semakin besar potensi kecelakaan yang mungkin terjadi. Namun demikian, jika kita kembali pada analisis bahwa
persepsi terhadap beban kerja bertentangan dengan persepsi terhadap kelelahan, maka persepsi terhadap kecelakaan ini juga bertentangan dengan
persepsi terhadap kelelahan.
Gambar 27 Persentase persepsi pekerja PG Bungamayang terhadap lingkungan organisasi
Pekerja PG Bungamayang mempersepsikan bahwa lingkungan organisasi sangat baik. Persepsi ini sejalan dengan kenyataan bahwa cukup banyak alat
pelindung diri yang disediakan untuk mengantisipasi keadaan lingkungan kerja yang kurang ergonomis. Namun demikian perilaku pekerja sendiri yang kurang
memperhatikan keamanan diri sendiri sehingga masih enggan memanfaatkan alat-alat tersebut. Hal ini perlu mendapat perhatian lanjut sebab terdapat
kontradiksi dengan persepsi karyawan terhadap beban kerja, kelelahan dan kecelakaan kerja yang dinyatakan dalam kategori berat. Sebab yang mungkin
adalah karena kondisi lingkungan kerja yang kurang ergonomis dan keengganan menggunakan alat pelindung diri.
Persepsi pekerja pabrik terhadap beban kerja, kelelahan, kecelakaan kerja dapat pula dibandingkan dengan membuat analisa biplot. Analisis ini utuk
mengetahui hubungan antar persepsi pekerja yang ditunjukkan dengan kedekatan arah vektor. Analisa biplot juga dapat menunjukkan seberapa dalam
atribut tertentu memberikan informasi tentang variabel yang dibandingkan, ditunjukkan dengan panjang vektornya. Analisis biplot dilakukan dengan
software bantu SAS. Hasil dari analisis biplot ditampilkan pada Gambar 28 dan 29.
Analisis biplot PG Jatitujuh tentang persepsi pekerja terhadap atributnya memberikan informasi sebesar 74.8 dari total keragaman data dengan sumbu
utama pertama 39.0 dan sumbu kedua 35.8. Hal ini menunjukkan bahwa
interpretasi biplot yang dihasilkan mampu menerangkan dengan baik hubungan antara persepsi pekerja terhadap atributnya.
Gambar 28 Hasil analisis biplot persepsi pekerja PG Jatitujuh Dari gambar biplot, vektor umur dan pengalaman memiliki posisi sangat
berdekatan serta panjang vektor juga hampir sama, artinya antara umur dan pengalaman sangat berkorelasi dan memiliki keragaman data yang hampir
sama. Vektor kecelakaan, kelelahan dan beban kerja memiliki arah yang hampir sama sudut antara yang lancip, artinya memiliki korelasi yang dekat.
Keragaman beban lebih kecil dibandingkan dengan kelelahan dan kecelakaan, yang ditunjukkan oleh panjang vektor yang paling pendek. Persepsi beban
tidak terlalu bervariatif terhadap umur dan pengalaman, dengan kata lain beban dipersepsikan hampir sama untuk seluruh pekerja dengan umur yang berbeda-
beda. Pekerja PG Jatitujuh secara umum mempersepsikan beban kerja yang
hampir sama, meskipun dengan tingkat pengalaman yang berbeda. Namun demikian, jika dibandingkan dengan hasil pie-chart, nilai beban tersebut adalah
dalam kategori ringan dan sedang 78. Jika dibandingkan dengan kondisi lingkungan kerja, secara ergonomis beban tersebut dalam kategori berat.
Artinya telah terjadi adaptasi pada diri pekerja secara cepat pada PG Jatitujuh, sebab untuk pekerja berpengalaman maupun tidak mempersepsikan hampir
sama yaitu ringan dan sedang. Kondisi ini mungkin terjadi karena PG Jatitujuh adalah salah satu perusahaan gula swasta yang memiliki pola kerja yang lebih
baik, pola pengupahan yang lebih menekankan pada prestasi serta pola pembinaan sumber daya manusia yang memadai.
Panjang vektor persepsi kelelahan lebih besar dari beban kerja, artinya persepsi terhadap beban kerja relatif seragam, namun persepsi terhadap
kelelahan lebih bervariasi, artinya tingkat beban kerja yang dirasakan operator lebih bervariatif, hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan penerimaan
beban tiap operator bervariasi yang mengindikasikan proses adaptasi yang terjadi untuk masing-masing individu tidak sama.
Gambar 29 Hasil analisis biplot persepsi pekerja PG Bungamayang Analisis biplot PG Bungamayang tentang persepsi pekerja terhadap
atributnya memberikan informasi sebesar 69.1 dari total keragaman data dengan sumbu utama pertama 41.7 dan sumbu kedua 27.4. Hal ini
menunjukkan bahwa interpretasi biplot yang dihasilkan mampu menerangkan dengan cukup baik hubungan antara persepsi pekerja terhadap atributnya.
Seperti pada PG Jatitujuh, hasil biplot PG Bungamayang menunjukkan vektor umur dan pengalaman memiliki posisi sangat berdekatan serta panjang
vektor juga hampir sama, artinya antara umur dan pengalaman sangat berkorelasi dan memiliki keragaman data yang hampir sama. Vektor
kecelakaan, kelelahan dan beban kerja memiliki arah yang hampir sama sudut antara yang lancip, artinya memiliki korelasi yang dekat. Keragaman beban
lebih kecil dibandingkan dengan kelelahan dan kecelakaan, yang ditunjukkan oleh panjang vektor yang paling pendek.
Sudut antara vektor persepsi beban dan kecelakaan hampir mendekati nilai 90
terhadap umur dan pengalaman, artinya hampir tidak ada korelasi antara beban dan kecelakaan dengan pengalaman.
Vektor umur dan pengalaman pada kuadran 2, berkebalikan arah dengan vektor kelelahan kuadran 4, artinya jika pengalaman bertambah,
maka persepsi tehadap kelelahan akan menurun. Kondisi pada
PG Bungamayang ini menunjukkan bahwa proses adaptasi pekerja terhadap beban kerja sebanding dengan pengalamanumur. Semakin lama bekerja,
semakin baik respon pekerja terhadap beban kerja yang diterima. Keadaan ini sedikit berbeda dengan PG Jatitujuh, karena PG Bungamayang adalah
perusahaan gula berbentuk BUMN, dengan pola penghargaan dan insentif yang lebih menekankan kepada lama waktu kerja, sehingga pekerja akan melakukan
kegiatannya dengan lebih santai, dengan motivasi yang lebih rendah untuk berprestasi tinggi. Lebih baik melaksanakan pekerjaan dengan wajar, karena
penghargaan yang diterima tidak jauh berbeda antra pekerja dengan prestasi sangat baik dan yang kurang. Dengan demikian pekerja tidak terlalu mengejar
prestasi kerja, lebih kepada pemenuhan kewajiban sebagai buruh. Dari dua kasus perusahaan gula tersebut terlihat bahwa proses adaptasi
pekerja berbeda satu dengan yang lain. Tingkat kelelahan yang dirasakan dibandingkan dengan umurpengalaman juga berbeda. Pekerja PG Jatitujuh
relatif lebih cepat beradaptasi dibandingkan dengan pekerja PG Bungamayang. Kultur sebagai sebuah perusahaan swasta dengan pengaturan kerja yang lebih
menekankan prestasi membawa dampak berbeda terhadap pekerja perusahaan
badan usaha milik negara yang lebih menekankan pada pengalaman kerja sebagai pertimbangan pemberian penghargaan.
Satu yang sama terjadi pada pekerja kedua perusahaan adalah bahwa pekerja melakukan proses adaptasi diri terhadap beban kerja berat yang
diterima, sehingga tingkat kelelahan dipersepsikan dalam ringan atau sedang.
4.3. Beban Kerja Operator Boiler