19
sehingga enggan untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham dengan menyampaikan informasi Agustina, 2008. Oleh sebab itu, informasi yang
disampaikan oleh pihak manajemen terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya bahkan mungkin disembunyikan karena manajer
cenderung melaporkan sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya saja. Hal ini akan menyebabkan
ketimpangan informasi
antara manajer
dan pemegang
sahaminvestor atau yang biasa disebut asimetri informasi. Masalah keagenan menjelaskan asimetri informasi yang mungkin terjadi
dalam suatu perusahaan, kondisi tersebut memungkinkan dampak negatif yang mungkin bisa muncul bagi perusahaan, sehingga pengguna informasi keuangan
memerlukan alat control yang dapat mengurangi risiko terjadinya asimetri informasi tersebut. Adhi 2012 mengatakan alat kontrol tersebut berupa informasi
melalui pengungkapan sukarela pada laporan tahunan annual report perusahaan.
2.2. Teori Signaling
Sulistyanto 2008 dalam Adhi 2012 memaparkan bahwa teori signaling pada dasarnya merupakan penggunaan laporan keuangan oleh
perusahaan untuk memberikan sinyal positif atau negatif kepada para pemakainya. Sehingga pengungkapan laporan keuangan oleh perusahaan merupakan jalan
untuk memberikan sinyal kepada publik, dimana sinyal tersebut yang dalam hal ini merupakan media untuk menunjukkan bagaimana gambaran kondisi
perusahaan. Oleh karenanya penyampaian sinyal oleh perusahaan dapat dilakukan
20
melalui pengungkapan laporan tahunan annual report dengan memberikan segala informasi mencakup keuangan dan non keuangan yang transparan.
Pemberian informasi yang transparan dapat dilakukan dengan cara pengungkapan informasi perusahaan yang bersifat sukarela. Pengungkapan yang
lengkap dan transparan merupakan sinyal-sinyal dari perusahaan kepada pengguna informasi keuangan yang dapat berpengaruh terhadap keputusan bisnis
yang akan diambil Adhi, 2012. Transparansi pengungkapan informasi dilakukan kepada publik, begitu pula kepada pemegang saham yang merupakan pemilik
perusahaan juga harus menerima pengungkapan informasi. Jika pengungkapan informasi tersebut transparan, pemegang saham dapat memperoleh informasi yang
lebih baik
sesuai kondisi
perusahaan sebenarnya
sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan yang maksimal.
Teori signaling menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar publik, dengan demikian
pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk Yoga, 2010. Sinyal dalam hal ini merupakan penyampaian informasi pada pasar
publik mengenai informasi yang berkaitan dengan perusahaan. Penyampaian informasi tersebut bisa melalui pempublikasian laporan tahunan annual report
perusahaan.
2.3. Asimetri Informasi
Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar
21
perusahaan Rahmawati dkk., 2006. Ryan 1996 dalam Fanani 2009 yang mendefinisikan asimetri informasi sebagai kondisi dimana adanya perbedaan
perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi dengan pihak pemegang saham dan stakeholder yang tidak memiliki informasi karena
sebagai pengguna informasi user. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadinya asimetri informasi karena tidak samanya perolehan informasi
tentang perusahaan yang diterima pihak pengguna informasi yang dalam hal ini investor dibandingkan pihak manajemen perusahaan yang setiap saatnya
mengoperasikan usaha dan berada di perusahaan. Asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang terjadi antara
prinsipal dan agen untuk saling mencoba memanfaatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri Wisnumurti, 2010. Dasar asumsi yang digunakan bahwa
setiap pihak bertindak untuk memaksimalkan kepentingan sendiri. Manajer sebagai pihak pengelola perusahaan yang diberi kewenangan maka wajib
mempertanggungjawabkan pengelolaannya, pertanggungjawaban tersebut dengan menyampaikan informasi hasil kegiatan usaha perusahaan tersebut, dan akan
menunjang kepentingannya apabila kinerja perusahaan tersebut terlihat tetap baik, walaupun mungkin kinerja tersebut kurang. Begitu pula dengan pihak luar
perusahaan sebagai
pengguna informasi
keuangan, sesuai
kepentinganya menginginkan segala bentuk informasi yang benar-benar mencerminkan kondisi
perusahaan sebagai pertimbangan berkaitan dengan pengambilan keputusannya. Sehingga asimetri informasi yang mungkin timbul akan mendorong agen untuk
menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui prinsipal. Laporan
22
tahunan annual report adalah sarana penyampaiaan informasi perusahaan antara pengguna informasi dengan manajemen. Untuk itu wajar jika para pengguna
informasi menuntut pengungkapan laporan tahunan annual report yang transparan dan lengkap guna menunjang pengambilan keputusan bisnis yang
optimal. Teori agensi menjelaskan adanya konflik kepentingan antara pengguna
informasi dengan manajemen perusahaan mengakibatkan adanya asimetri informasi. Penyampaian laporan keuangan kepada stakeholder nantinya dapat
meminimalkan asimetri informasi yang terjadi antara pihak manajer dan stakeholder karena laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian
informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan Rahmawati dkk, 2006.
Informasi akuntansi yang berkualitas berguna bagi investor untuk menurunkan asimetri informasi Murni, 2004. Informasi akuntansi yang
berkualitas tersebut melingkupi penyampaiaan informasi melalui pengungkapan informasi, dalam hal ini pengungkapan informasi dari suatu perusahaan kepada
pihak pengguna
informasi sebagai
dasar pengambilan
keputusan, baik
pengungkapan bersifat wajib maupun sukarela. Pengungkapan sukarela sifatnya tidak diwajibkan oleh badan regulator pasar modal Bapepam, namun manajemen
perusahaan diberikan pula kebebasan sehingga pengungkapan tersebut rata-rata hanya dilakukan sekedarnya saja. Hal ini dapat mengindikasikan kurangnya
kualitas informasi
sehingga cenderung meningkatkan
timbulnya asimetri
informasi.
23
Mardiyah 2002 menyatakan pengukuran asimetri informasi sering diproksikan dengan bid-ask spread disebabkan asimetri informasi tidak dapat
diobservasi secara langsung. Teori bid-ask spread merupakan selisih dari harga beli tertinggi dengan harga jual terendah saham pada perdagangan saham. Melalui
penelitian Mardiyah 2002 dijelaskan pula bahwa beberapa penelitian empiris telah menyelidiki keterkaitan asimetri akuntansi dengan bid-ask spread, antara
lain Diamond 1985, Lev 1988, Brennan dan Hudges 1991, Lundhom 1991, Alford et.al. 1993, Raman dan Triphaty 1993, Grenstein dan Sami 1994,
Bloomfield dan Libby 1996, Krinsky dan Lee 1996, dimana secara umum penelitian-penelitian tersebut menemukan bahwa ketersediaan informasi akuntansi
dapat mengurangi bid-ask spread. Glosten dan Harris 1998 dalam Mardiyah 2002 menemukan bukti bahwa perubahan spread saham biasa dalam jumlah
yang signifikan diakibatkan oleh informasi asimetri, dengan demikian spread dapat dipergunakan sebagai proksi ketidakseimbangan informasi yang dihadapi
partisipan pasar modal. Murni 2004 menjelaskan dalam penelitiannya ketika timbul asimetri
informasi, keputusan ungkapan yang dibuat oleh manajer dapat mempengaruhi harga saham sebab asimetri informasi antara investor yang lebih terinformasi dan
investor kurang terinformasi menimbulkan biaya transaksi dan mengurangi likuiditas dalam pasar saham suatu perusahaan. Dalam Amurwani 2006
dijelaskan bahwa literatur mikrostruktur mengenai bid-ask spread menyatakan bahwa terdapat suatu komponen spread yang turut memberikan kontribusi
terhadap kerugian yang dialami dealer pihak perusahaan yang menawarkan
24
saham ketika bertransaksi dengan pedagang terinformasi. Komponen tersebut adalah :
1. Kos pemrosesan pesanan, terdiri dari biaya yang dibebankan oleh pedagang sekuritas atas kesiapannya mempertemukan pesanan pembelian
dan penjualan, dan kompensasi untuk waktu yang diluangkan oleh pedagang sekuritas guna menyelesaikan transaksi.
2. Kos penyimpanan persediaan, yaitu kos yang ditanggung oleh pedagang sekuritas untuk membawa persediaan saham agar dapat diperdagangkan
sesuai dengan permintaan. 3. Adverse selection component, menggambarkan suatu upah reward yang
diberikan kepada pedagang sekuritas untuk mengambil suatu risiko ketika berhadapan dengan investor yang memiliki informasi superior. Komponen
ini terkait erat dengan arus informasi di pasar modal Komponen adverse selection berhubungan dengan penyediaan informasi
ke pasar modal sehingga lebih dinilai berkaitan erat dengan bid-ask spread. Beberapa penelitian empiris telah menyelidiki keterkaitan asimetri akuntansi
dengan bid-ask spread. Amurwani 2006 menjelaskan premis yang diajukan adalah bahwa sebagian investor memiliki lebih banyak informasi mengenai saham
dibandingkan pedagang sekuritas. Pedagang sekuritas mengetahui bahwa “informed” investor ini hanya akan berdagang jika dipandang menguntungkan
bagi mereka. Di sisi lain, pedagang sekuritas juga mengetahui bahwa ia akan memperoleh keuntungan bila berdagang dengan investor yang kurang informed”.
Pemahaman ini mampu menjelaskan bahwa pedagang sekuritas menetapkan bid-
25
ask spread sedemikian rupa sehingga kerugian dari pedagang terinformasi dapat tertutupi dengan keuntungan yang diharapkan dari pedagang tidak terinformasi A.
Amurwani 2006 juga meyakini komponen adverse selection dari spread ini akan lebih besar ketika pedagang sekuritas merasakan bahwa
kecenderungan untuk berdagang dengan pedagang terinformasi lebih besar, atau ketika ia meyakini bahwa pedagang terinformasi memiliki informasi yang lebih
akurat. Sehingga pemahaman atas kondisi tersebut menggambarkan bid-ask spread yaitu komponen adverse selection mencerminkan tingkat risiko asimetri
informasi yang dirasakan oleh pedagang sekuritas. Kondisi ini dapat digambarkan saat pedagang sekuritas berdagang dengan pedagang terinformasi maka biaya
transaksi akan meningkat, dan adanya asimetri informasi ini akan membawa pada bid-ask spread yang lebih besar.
2.4. Pengungkapan Informasi dalam Pelaporan Keuangan