19
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai five moments hand hygiene yang dilaksanakan oleh perawat di
ruang ICU, NICU, dan IGD RSUD Deli Serdang. Hasil penelitian ini diperoleh melalui tindakan penyebaran lembar data demografi dan observasi
yang dilakukan oleh peneliti kepada seluruh perawat. Penyebaran lembar data demografi dilakukan untuk memperoleh data perawat berupa jenis kelamin,
usia, pendidikan terakhir, dan lama masa kerja perawat. Tindakan observasi dilakukan untuk memperoleh data pelaksanaan five moments hand hygiene
yaitu sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur bersih aseptik, setelah kontak dengan cairan tubuh pasien, setelah menyentuh pasien,
dan setelah menyentuh peralatan di sekitar pasien. Proses pengambilan data dilaksanakan mulai April - Juni 2015.
Penelitian ini melibatkan seluruh perawat yang melaksanakan tindakan hand hygiene di ruang ICU, NICU, dan IGD hingga diperoleh data dari tiap indikasi
five moments hand hygiene. Penyebaran lembar data demografi dilakukan setelah semua perawat selesai diobservasi.
Penelitian ini mempunyai kekurangan karena pelaksanaan observasi dilakukan hanya sekali pengambilan data, sehingga ketika perawat tidak
melakukan hand hygiene pada saat diobservasi dan melakukan hand hygiene
Universitas Sumatera Utara
20
ketika tidak diobservasi maka data yang diambil adalah observasi pada kesempatan pertama. Sedangkan kelebihannya yaitu ada kerjasama antara
peneliti dan kepala ruangan untuk tidak memberitahukan item-item yang dinilai oleh peneliti.
Hasil penelitian ini memaparkan pelaksanaan hand hygiene oleh perawat sesuai indikasi five moments hand hygiene yang telah ditetapkan oleh
WHO. Hasil penelitian akan dipaparkan sebagai berikut. 1.1.
Karakteristik demografi responden Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi
Perawat di RSUD Deli Serdang Data Demografi
f 1. Jenis kelamin
- Laki-laki
- Perempuan
11 32
25,6 74,4
2. Usia tahun -
20-25 -
26-30 -
31-35 -
35 7
8 18
10 16,3
18,6 41,9
23,3
3. Pendidikan terakhir -
Ners -
Sarjana -
D3 Kep -
SPK 7
4 31
1 16,3
9,3 72,1
2,3 4. Lama masa kerja
- 0-5
- 6-10
- 11-15
22 12
9 51,2
27,9 20,9
Universitas Sumatera Utara
21
Berdasarkan tabel 5.1 diperoleh data bahwa sebagian besar perawat berjenis kelamin perempuan sebanyak 74,4 dengan usia
perawat 31-35 tahun sebanyak 41,9, tingkat pendidikan perawat sebagian besar D3 Keperawatan sebanyak 72,1 dengan lama masa
kerja perawat 0-5 tahun sebanyak 51,2. 1.2.
Pelaksanaan five moments hand hygiene Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pelaksanaan Five
Moments Hand Hygiene Oleh Perawat di RSUD Deli Serdang Pelaksanaan five moments hand hygiene
f Melaksanakan
4 9,3
Tidak melaksanakan 39
90,7 Total
43 100
Berdasarkan tabel 5.2 dari hasil penelitian diperoleh data perawat yang melaksanakan tindakan five moments hand hygiene sebanyak 9,3
dan hampir seluruh perawat tidak melaksanakan sebanyak 54,4. Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Five Moments
Hand Hygiene Tiap Indikasi Oleh Perawat di RSUD Deli Serdang Five Moments Hand Hygiene
Melaksanakan Tidak Melaksanakan
f f
1. Sebelum menyentuh pasien 14
32,6 29
67,4 2. Sebelum melakukan prosedur
bersih atau aseptik 25
58,1 18
41,9 3. Setelah kontak dengan cairan
tubuh pasien 29
67,4 14
32,6 4. Setelah menyentuh pasien
17 39,5
26 60,5
5. Setelah menyentuh peralatan di sekitar pasien
13 30,2
30 69,8
Universitas Sumatera Utara
22
Berdasarkan tabel 5.3 tindakan hand hygiene yang dilakukan perawat mencapai persentase lebih dari 50 pada indikasi ke 2 dan 3
yaitu sebelum melakukan prosedur bersih aseptik sebesar 58,1 dan setelah kontak dengan cairan tubuh sebesar 67,4. Indikasi 1, 2, dan 3
memiliki angka yang hampir sama yaitu sebelum menyentuh pasien sebesar 32,6, setelah menyentuh pasien sebesar 39,5, dan setelah
kontak dengan lingkungan di sekitar pasien sebesar 30,2. 2.
Pembahasan Cuci tangan merupakan langkah sederhana dalam pencegahan infeksi
dan teknik dasar yang paling penting untuk mencegah penularan infeksi Potter Perry, 2005. Banyak upaya pencegahan penularan infeksi yang
dapat dilakukan, salah satunya adalah dengan pelaksanaan hand hygiene Tietjen, dkk, 2004. Hand hygiene harus dilakukan sebelum mengenakan
sarung tangan dan setelah sarung tangan dilepas WHO, 2009a. Berdasarkan hasil observasi di ruang ICU, NICU, dan IGD diperoleh
data jumlah perawat yang melaksanakan five moments hand hygiene sebanyak 9,3, meskipun poster tentang five moments hand hygiene berada disetiap
westafel. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Pittet 2001, yang memaparkan bahwa dari hasil observasi didapatkan rata-rata
pelaksanaan hand hygiene sebanyak 48. Hasil tersebut juga didukung oleh penelitian Suryoputri yaitu sebanyak 31,31, Zulpahiyana sebanyak 30,17,
dan Napitupulu yaitu sebanyak 44,31 perawat yang melaksanakan five moments hand hygiene. Sedangkan standar WHO mengharuskan
Universitas Sumatera Utara
23
pelaksanannya sebanyak lebih dari 50 Jamaluddin, Sugeng, Wahyu, Sondang, 2012. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, menunjukkan
bahwa hampir seluruh perawat di RSUD Deli Serdang tidak melaksanakan five moments hand hygiene sesuai dengan yang telah ditetapkan WHO.
Perawat yang melakukan hand hygiene sebelum menyentuh pasien sebanyak 32,6. Pada penelitian Suryoputri 2011 pelaksanaan hand
hygiene oleh perawat pada indikasi sebelum kontak dengan pasien yaitu sebanyak 9,01. Data tersebut menunjukkan bahwa pada hasil penelitian ini
lebih banyak perawat yang melaksanakan hand hygiene pada indikasi sebelum menyentuh pasien daripada penelitian yang dilakukan Suryoputri.
Ketika akan membantu pasien bergerak, memasang atau memperbaiki selang oksigen, hanya sedikit perawat yang melakukan hand hygienie. Padahal
dengan melakukan hand hygiene pasien dapat terlindung dari pathogen yang dibawa oleh petugas kesehatan Katowa, Ngoma, Maimbolwa, 2007.
Pada indikasi kedua, hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan hand hygiene saat sebelum melakukan prosedur bersihaseptik sebanyak 58,1,
berbanding terbalik dengan penelitian Napitupulu 2014 yaitu sebanyak 34,58 perawat yang melaksanakan hand hygiene. Banyaknya perawat di
RSUD Deli Serdang yang melaksanakan hand hygiene sebelum melakukan prosedur bersihaseptik disebabkan karena banyak perawat yang menganggap
bahwa pada situasi seperti ini merupakan cara penularan infeksi yang paling sering terjadi, sehingga perawat berasumsi bahwa hand hygiene perlu
dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi.
Universitas Sumatera Utara
24
Pada indikasi ketiga, perawat yang melaksanakan hand hygiene setelah kontak dengan cairan tubuh pasien sebanyak 67,4. Hasil penelitian
pada indikasi ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Napitupulu yaitu sebanyak 59,32 perawat yang melaksanakan hand hygiene. Banyak
perawat yang melakukan hand hygiene pada indikasi setelah kontak dengan cairan tubuh disebabkan karena perawat melihat tangannya kotor setelah
kontak dengan cairan tubuh pasien. Misalnya pada saat selesai melakukan hecting, perawat terlihat selalu melaksanakan hand hygiene karena perawat
melihat bahwa tangannya kotor setelah melakukan tindakan. Pada indikasi keempat, hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan
hand hygiene setelah menyentuh pasien sebanyak 39,5. Berbeda dengan penelitian Zulpahiyana 2013, sebanyak 26,67 perawat yang melakukan
hand hygiene setelah menyentuh pasien. Data tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan hand hygiene dalam penelitian ini pada indikasi setelah
menyentuh pasien lebih baik dari hasil penelitian Zulpahiyana. Perawat melakukan hand hygiene hanya pada saat setelah perawat membantu pasien
melakukan BAB, karena perawat kontak langsung dengan permukaan yang kotor sehingga perawat menganggap perlu malakukan hand hygiene untuk
membersihkan tangannya yang kotor. Pada indikasi kelima, perawat yang melaksanakan hand hygiene
setelah menyentuh peralatan di sekitar pasien sebanyak 30,2. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Shinde Mohite 2014 bahwa
hampir seluruh perawat melaksanakan hand hygiene setelah menyentuh
Universitas Sumatera Utara
25
peralatan di sekitar pasien yaitu sebanyak 93. Hal ini dapat terjadi mungkin karena perawat menganggap bahwa tidak ada kuman berbahaya pada
peralatan di sekitar pasien, perawat tidak menyentuh pasien ataupun kontak dengan cairan tubuh pasien secara langsung. Pada kenyataannya kuman juga
tetap melekat pada peralatan di sekitar pasien seperti tempat tidur, tiang infus, selang oksigen, infus pump, syringe pump, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil observasi, perawat paling sering melaksanakan hand hygiene hanya pada saat akan melakukan prosedur invasif seperti pada
pemasangan kateter, NGT, infus, atau prosedur invasif lainnya dan setelah kontak dengan cairan tubuh pasien. Perawat menganggap bahwa pada situasi
seperti itu merupakan cara penularan infeksi yang paling sering terjadi. Penularan infeksi pada saat tindakan bersihaseptik merupakan penularan yang
paling sering terjadi WHO, 1999. Ketika setelah kontak dengan cairan tubuh pasien, perawat merasa bahwa tangannya kotor sehingga perlu melakukan
hand hygiene untuk membersihkan tangan dan mengurangi kekhawatiran perawat terhadap penularan infeksi dari pasien kepada perawat.
Sedangkan pada pemeriksaan fisik atau ketika tindakan non invasif sebelum menyentuh pasien, setelah menyentuh pasien, dan setelah menyentuh
peralatan di sekitar pasien, hanya beberapa perawat yang melakukan hand hygiene karena perawat tidak kontak dengan cairan tubuh pasien. Hal tersebut
terjadi karena perawat merasa bahwa tangannya tidak kotor, sehingga menganggap bahwa hand hygiene tidak perlu dilakukan. Kenyataannya,
penyebaran infeksi dapat terjadi secara langsung melalui sentuhan tangan
Universitas Sumatera Utara
26
perawat yang tidak melakukan hand hygiene Darmadi, 2008. Pada saat perawat melakukan tindakan membantu pasien BAB atau BAK dan mengganti
linen, perawat melakukan hand hygiene karena perawat kontak langsung dengan permukaan yang kotor sehingga perawat menganggap hand hygiene
perlu dilakukan. Perawat juga tidak melakukan hand hygiene ketika akan memberi
makan, minum, dan setelah memegang rel tempat tidur pasien serta membenahi alarm monitor. Perawat yang tidak melakukan hand hygiene
ketika memberi makan atau minum akan dengan mudah menyebarkan infeksi, karena makanan dan minuman merupakan media yang cukup efektif untuk
menyebarnya mikroba dari perawat kepada pasien melalui saluran cerna Darmadi, 2008 Selain itu, alasan perawat tidak melakukan hand hygiene
yaitu karena fasilitas air mengalir tidak tersedia. Air pada wastafel sering tidak mengalir, sehingga perawat tidak melakukan hand hygiene ketika tangan
perawat tidak terlihat kotor.
Universitas Sumatera Utara
27
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN