dapat diperoleh masyarakat lokal dari pengetahuan ekologi dan sumber-sumber ekologi Martin 1998.
2.2 Sistem Pengetahuan Tradisional
Konsep sistem pengetahuan dan kearifan berakar dari sistem pengetahuan dan pengelolaan lokal dan tradisional. Munculnya pengetahuan dan pengelolaan
tradisional atau kearifan, telah menjadi kebenaran bahwa sepanjang sejarah manusia, selalu ada kelompok masyarakat yang begitu peduli terhadap
penggunaan sumberdaya alam yang berkelanjutan Ansaka 2006. Tradisi dan pengetahuan masyarakat lokal di daerah pedalaman tentang
pemanfaatan tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari telah berlangsung sejak lama. Pengetahuan ini dimulai dengan dicobanya berbagai tumbuhan untuk
memenuhi kebutuhan hidup Windadri, Rahayu Rustiami 2006. Menurut Pulunggono 1999, masyarakat tradisional dan modern hingga
saat ini masih banyak menggunakan tumbuhan yang bersumber dari alam yang sebagian besar merupakan tumbuhan potensial. Mengingat pemanfaatannya yang
sangat strategis dalam menunjang pembangunan di masa kini dan masa mendatang. Bahkan, masyarakat tradisional Isurolo di Kenya memanfaatkan
tumbuhan sebagai sumber penghasilan dalam pemanfaatan tumbuhan berasas kearifan masyarakat Chikamai 1994.
2.3 Berbagai Macam Pemanfaatan Tumbuhan
Diantara sumberdaya hayati yang sering dimanfaatkan oleh manusia adalah tumbuhan. Pengelompokan penggunaan tumbuhan oleh Purwanto dan Waluyo
1992 meliputi tumbuhan sebagai bahan sandang, bahan pangan, bangunan, alat rumah tangga, dan alat pertanian, tali temali, anyam-anyaman, perlengkapan
upacara adat, obat-obatan dan kosmetika, kegiatan sosial, dan kegunaan lain. Menurut Daile 2004, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemanfatan tumbuhan di sekitar kawasan konservasi, yaitu mengevaluasi presepsi masyarakat lokal terhadap status kawasan konservasi dalam pemanfaatan
sumberdaya alam yang penting, pemanfaatan tumbuhan secara langsung oleh masyarakat, dan menjaga populasi yang berada dalam kawasan konservasi
tersebut.
1. Tumbuhan penghasil pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman yang dikonsumsi oleh manusia UU No.7 Tahun 1996 tentang Pangan. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, tumbuhan pangan adalah segala sesuatu
yang tumbuh, hidup, berbatang, berakar, berdaun dan dapat dimakan atau dikonsumsi. Pangan yang bersumber dari tumbuhan dapat berupa buah-buahan,
sayur-sayuran, dan makanan pokok.
2. Tumbuhan obat
Rifai 1998 menyatakan bahwa kelompok etnik tradisional di Indonesia mempunyai ciri-ciri dan jati diri budaya yang sudah jelas terdefinisi, sehingga
diduga kemungkinan besar persepsi dan konsepsi masyarakat terhadap sumberdaya nabati di lingkungannya berbeda, termasuk dalam pemanfaatan
tumbuhan sebagai obat tradisional. Tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan yang diketahui
mempunyai khasiat obat, yang dikelompokkan menjadi: 1 Tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui dan dipercaya oleh masyarakat
mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional; 2 Tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah
dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif dan penggunaanya dapat dipertanggungjawabkan secara medis; dan 3 Tumbuhan potensial, yaitu spesies
tumbuhan yang diduga mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat tetapi belum secara ilmiah atau penggunaannya sebagai bahan obat
tradisional sulit ditelusuri Zuhud, Ekarelawan Ridwan 1994. Zein 2005 menyatakan bahwa Indonesia kaya akan sumber bahan obat
alam dan obat tradisional yang telah digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia secara turun temurun. Keuntungan tumbuhan obat dirasakan langsung
oleh masyarakat adalah kemudahan untuk memperoleh bahan bakunya dan dapat ditanam di pekarangan sendiri, murah dan dapat diramu di rumah sendiri.
3. Tumbuhan penghasil energi
Tumbuhan penghasil energi adalah tumbuhan berkayu dan berbentuk pohon yang digunakan sebagai kayu bakar. Menurut Inama 2008 kayu bakar
merupakan sumberdaya hayati yang sangat penting bagi masyarakat yang tidak memiliki sumber energi lain sepeti listrik, minyak tanah dan gas.
Djamalui 1998 menyebutkan bahwa umumnya masyarakat suku Souugb di Monokwari memilih kayu yang digunakan sebagai bahan bakar adalah kayu yang
memiliki sifat mudah terbakar, mudah dibelah, menghasilkan bara yang cepat, tidak cepat habis terbakar, tidak berasap banyak dan menghasilkan panas yang
baik.
4. Tumbuhan penghasil pakan ternak
Pakan ternak adalah makanan yang diberikan pada hewan ternak. Pada umumnya semua jenis rumput merupakan pakan ternak, tetapi ada beberapa jenis
dan bagian tertentu yang lebih disukai oleh hewan ternak. Rumput yang berdaun kasar seperti alang-alang misalnya, disukai ternak namun hanya pada bagian daun
yang muda. Jenis tumbuhan yang menghasilkan pakan tercampur dari daun berbagai jenis tumbuhan dan rerumputan LIPI 1983.
5. Tumbuhan untuk kegiatan adat
Masyarakat pedesaan memiliki budaya pengobatan tradisional termasuk penggunaan tumbuhan obat sejak dulu dan dilestarikan secara turun-temurun
Bodeker 2000. Beberapa tumbuhan memiliki sifat spiritual, magis, dan ritual. Penggunaan tumbuhan untuk adat dapat berupa bentuk penggunaan dalam
berbagai upacara adat. Menurut Kartiwa dan Wahyono 1992 ciri-ciri tumbuhan yang dipakai dalam upacara terpilih diantaranya :
1. Sifat-sifat dari tumbuhan tertentu, khususnya bunga dihubungkan sifat
feminim, ini sering kali diberikan dalam upacara pemberian nama kepada anak perempuan, diberi nama antara lain : Dahlia, Mawar, Lili dan Melati.
2. Sifat tumbuhan dan nama tanaman yang diasosiasikan dengan kata-kata
yang mengandung nilai baik, misalnya dalam upacara perkawinan di Jawa. Contohnya : Janur Lambang keagungan, seseorang yang menempuh hidup
baru mempunyai nilai yang agung.
3. Dalam berbagai upacara bentuk keindahan dengan lambang warna-warni
dari tumbuhan yang dipergunakan seperti merah yang berarti berani, putih berarti kesucian dan kuning yang melambangkan keagungan.
4. Ada tumbuhan karena sifat kegunaannya: mengandung zat yang kaitannya
dengan kesehatan atau penolak malapetaka. 5.
Tanaman yang dipergunakan sebagai pengharum dan bumbu-bumbu untuk pengawetan.
6. Tumbuhan hias
Menurut Nurhayati 1983 diacu dalam Ramadhany 1994, tanaman hias adalah tanaman apapun yang mempunyai nilai hias, baik hias bunga dan tajuk,
cabang, batang, buah, maupun hias aroma. Tanaman hias mulai berkembang sejalan dengan keinginan manusia yang memiliki rasa suka terhadap keindahan
alam flora ini. Kebutuhan akan keindahan mendorong orang untuk menciptakan sesuatu yang baru dalam kehidupan sehari-hari.
7. Tumbuhan penghasil zat pewarna
Banyak jenis tumbuhan di sekitar kita yang dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami yang aman. Tumbuhan penghasil pewarna alami sebagian telah
dikenal baik oleh keluarga dan gampang untuk dibudidayakan, namun sebagian lainnya masih perlu diinformasikan kepada masyarakat, baik untuk kepentingan
perorangan maupun komersil. Beberapa tumbuhan pewarna alami yang telah dimanfaatkan dan diwariskan oleh nenek moyang yang layak untuk dilestarikan
Pitojo Zumiati 2009.
8. Tumbuhan penghasil pestisida nabati
Sudarmo 2005 menyatakan bahwa pestisida nabati merupakan pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Pestisida nabati sudah banyak
digunakan oleh petani untuk mengendalikan hama yang mengganggu tumbuhan. Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangga hama dengan cara
kerja unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Pestisida nabati sangat spesifik, yaitu: 1 merusak perkembangan telur, larva, dan
pupa; 2 menghambat pergantian kulit; 3 mengganggu komunikasi serangga; 4 menyebabkan serangga menolak makan; 5 menghambat reproduksi serangga
betina; 6 mengurangi nafsu makan; 7 memblokir kemampuan makan serangga; 8 mengusir serangga; 9 menghambat perkembangan patogen penyakit.
9. Tumbuhan aromatik
Tumbuhan aromatik dapat juga disebut tumbuhan penghasil minyak atsiri. Tumbuhan aromatik adalah tumbuhan yang menghasil bau yang khas. Tumbuhan
aromatik dapat digunakan sebagai produk industri, yaitu sebagai obat, parfum untuk kosmetik, pengharum makanan, dan sebagai pengharum ruangan. Minyak
atsiri dari tumbuhan aromatik dapat diperoleh dengan cara pemakaian langsung, pengolahan ekstraksi atau penyulingan dari bagian-bagian tumbuhan aromatik
tersebut. Tumbuhan aromatik yang paling tinggi nilai ekonominya adalah tumbuhan aromatik yang dapat digunakan sebagai obat Somaatmadja 1983.
10. Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan
Wijaya, Uway, dan Sutikno 1989 menyatakan bahwa manusia sejak dahulu telah tergantung pada hutan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka
hidup secara menetap dan berpindah-pindah. Pada saat menetap, mereka akan membudidayakan beberapa jenis tumbuhan untuk membuat alat-alat untuk
keperluan sehari-hari, seperti tombak, panah, termasuk keranjang. Alat-alat tersebut dianyam dari berbagai jenis tumbuhan.
Alam cukup banyak tersedia keanekaragaman tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri kerajinan, antara lain anyaman.
Untuk menghasilkan produk anyaman dari bahan tumbuhan diperlukan pengetahuan dan pengalaman dalam mengenal tumbuhan yang memiliki serat
yang panjang dan kuat Rahayu, Siti Keim 2008. Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan adalah tumbuhan yang
biasa digunakan untuk membuat tali, anyaman dan kerajinan. Beberapa tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat untuk membuat anyaman adalah jenis
rotan dan bambu. Kepandaian menganyam tidak sekedar menciptakan motif tetapi yang lebih penting adalah penciptaan barang atau alat, baik untuk pembawa atau
wadah Waluyo 1992.
11. Tumbuhan penghasil bahan bangunan
Rumah atau papan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia selain pangan dan pakaian. Rumah berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat
berlindung. Kayu dan bagian lain dari tumbuhan banyak yang berguna untuk dijadikan sebagai bahan bangunan. Biasanya kayu digunakan untuk tiang, rangka
atap, rangka lantai dan daun pintu, namun bagian lain tumbuhan seperti daun juga dapat dijadikan sebagai atap rumah. Tumbuhan penghasil bahan bangunan oleh
masyarakat adat digunakan untuk membuat atau membangun rumah, tempat berkumpul dan beristirahat serta sarana peribadatan Hamidu 2009.
2.4 Cagar Alam
Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem
tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlaku secara alami UU No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
Suatu kawasan ditunjuk sebagai cagar alam apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 tentang kawasan suaka
alam dan kawasan pelestarian alam: 1.
Mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa dan tipe ekosistem; 2.
Mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusunnya; 3.
Mempunyai kondisi alam, baik biota fisiknya yang masih asli dan atau belum diganggu manusia;
4. Mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu agar menunjang
pengelolaan yang efektif dan menjamin berlangsungnya proses ekologis secara alami;
5. Mempunyai ciri khas potensi dan dapat merupakan contoh ekosistem yang
keberadaannya memerlukan upaya konservasi; dan atau 6.
Mempunyai komunitas tumbuhan dan atau satwa beserta ekosistemnya yang langka atau yang keberadaannya terancam punah.
Dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa kegiatan- kegiatan yang dapat dilakukan di kawasan cagar alam adalah kegiatan yang
bermanfaat untuk penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan kegiatan penunjang budidaya.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan terhadap masyarakat Suku Angkola di sekitar Cagar Alam Dolok Sibual-buali CADS yaitu di desa Padang Bujur, Kecamatan