mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi,
dan urutan kata. Geoffrey dalam Waluyo 1987:68-69 menjelaskan bahwa bahasa puisi mengalami 9 sembilan aspek penyimpangan, yaitu penyimpangan leksikal,
penyimpangan semantis, penyimpangan fonologis, penyimpangan sintaksis, penggunaan dialek, penggunaan register ragam bahasa tertentu oleh
kelompokprofesi tertentu, penyimpangan historis penggunaan kata-kata kuno, dan penyimpangan grafologis penggunaan kapital hingga titik.
Hubungannya dalam puisi, diksi diartikan sebagai pemilihan kata yang dilakukan oleh penyair dengan cara secermat-cermatnya dan setepat-tepatnya
untuk menyusun dan menjalin kata dalam sebuah puisi.
2.2.4.1 Denotasi kata Lugas
Menurut Baribin arti denotasi adalah kata-kata yang mempunyai arti yang tersurat dapat ditemukan dalam kamus dan menunjuk pada suatu benda atau satu
hal. Wellek dalam Pradopo 2009:58-59 denotatif adalah bahasa yang menuju kepada korespondensi satu lawan satu antara tanda kata itu dengan hal yang
ditunjuk.
2.2.4.2 Konotasi kata kias
Arti konotasi adalah kumpulan asosiasi-asosiasi perasaan yang terkumpul dalam sebuah kata yang diperoleh dari setting yang dilukiskan. Konotasi
menambah denotasi dengan menunjukkan sikap-sikap dan nilai-nilai, dengan
memberi daging menyempurnakan tulang-tulang arti yang telanjang dengan perasaan atau akal Altenbernd dalam Pradopo 2009:59.
2.2.4.3 Kata Kuna
Seorang penyair dapat menggunakan kata-kata kuna yang sudah mati tetapi harus dapat menghidupkannya kembali Slamet Muljana dalam Pradopo 2009:51.
2.2.4.4 Kata Serapan Bahasa Asing
Kata serapan bahasa asing sering dipergunakan seorang penyair. Kata serapan bahasa asing harus memberi efek puitis. Maksud penyair agar dapat
dimengerti oleh masyarakat luas dan memberi efek universal. Oleh karena itu, pemakaian kata atau perbandingan tersebut harus sudah dikenal umum Pradopo
1990:52.
2.2.4.5 Kata Konkret
Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu kiasan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk
membangkitkan imaji pembaca. Penyair berusaha mengkonkretkan kata-kata, dalam artian kata-kata itu diupayakan agar dapat menyaran kepada arti yang
menyeluruh. Hubungannya dengan pengimajian, kata konkret merupakan syarat atau sebab terjadinya pengimajian Jabrohim dalam Yulianti 2009:21. Kata
konkret merupakan kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang.
2.2.5 Unsur Bahasa Figuratif