Sintagmatig-Paradigmatig KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.2.7 Unsur Tipografi

Perwajahan puisi tipografi, yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi. Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Lirik-lirik puisi tidak membangun periodesitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula dari tepi kiri dan berakhir pada kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal ini tidak berlaku bagi tulisan yang berbentuk prosa Waluyo dalam Kurniawan 2009:26 Ciri itulah yang menunjukkan eksistensi sebuah puisi.

2.3 Sintagmatig-Paradigmatig

Bahasa selalu merupakan hubungan antara penanda ”signifier” dan petanda ”signified”. Tidak ada kaitan antara kata bahasa dan realitas di luar dirinya. Kata-kata diletakkan pada struktur sistem dan membangun makna karena relasinya dengan kata lain. Ini berarti strukturlah yang penting, bukan kata itu sendiri. Ferdinand de Saussure, ahli linguistik dan pelopor semiotika, selalu melihat fenomena bahasa dalam perspektif dikotomis. Ia, antara lain, mengonsepsi bahasa dalam dikotomi penanda versus petanda, langue versus parole, sintagmatik versus paradigmatik,dan sinkronik Versus diakronik. Pada sistem itulah kemudian ditemukan dikotomi sintagmatik-paradigmatik. Sintagmatik adalah poros linear yang menghadirkan rangkaian kata kalimat sebagai sebuah aturan baku subyek-predikat-obyek. Jika makna ingin diproduksi, aturan ini tidak boleh dirusak. Di dalam poros paradigmatik asosiasi, kata-kata yang hadir presence bisa dipertukarkan dengan yang tidak hadir in absentia. Inilah yang disebut asosiasi. Taruhlah contoh kalimat ”Perempuan itu cantik sekali” sintagmatik. Pada poros paradigmatik, kata perempuan itu bisa bertukar dengan gadis berbaju biru dan kata cantik dapat bersulih dengan seksi sehingga kalimatnya menjadi ”Gadis berbaju biru itu seksisekali”. Hubungan sintagmatik – paradigmatik, dikemukakan oleh F. de Saussure 1857–1913 Bapak Linguistik Modern yang pada awalnya terkait upaya analisis linguistik terhadap tataran dalam bahasa. Ada dua jenis hubungan atau relasi yang terdapat antara satuan-satuan bahasa, yaitu relasi sintagmatik dan asosiatif. Ada beberapa pakar yang menyumbangkan pemikiran mereka tentang relasi ini. Hasspelmath, Hjelmslev, Firth, Verhaar, Bloomfield, Jakobson dan mungkin linguis lainnya yang belum sempat saya jadikan rujukan. Pendapat Hasspelmath sebagai acuan utama kurang banyak memberi petunjuk yang jelas dan rinci seputar relasi ini. Pada intinya para linguis itu mengaminkan satu sama lainnya hanya saja perbedaan terminologi yang mungkin menjadi ciri khas dari para linguis. Jakobson menyebut relasi sebagai “axes” sumbu atau poros. Kombinasi this-and-this-and-this seperti dalam kalimat the man cried untuk relasi sintagmatik; sementara paradigmatik, seleksi this-or-this-or-this Misalnya penggantian kata pada kalimat tertentu; died atau sang.” Pendapat ini diaminkan oleh Lee Haruki bahwa dalam analisis linguistik sering dipahami bahwa dimensi paradigmatik bahasa sebagai seleksi ‘vertical axis’. Relasi Paradigmatik ini merupakan hubungan yang terdapat dalam bahasa, namun tidak tampak dalam susunan suatu kalimat. Hubungan asosiatif ini tampak bila suatu kalimat dibandingkan dengan kalimat lain. Dalam Oxford Concise Dictionary of Literary Terms, diartikan bahwa “paradigm is: a set of linguistic or other units that can be substituted for each other in the same position within a sequence or structure.” A paradigm in this sense may be constituted by all words sharing the same grammatical function, since the substitution of one for another does not disturb the syntax of a sentence. Sedangkan “syntagm”: a linguistic term designating any combination of units…which are arranged in a significant sequence.” Pun sebuah kalimat sebagai sebuah sintagmatik dari kata-kata. Jadi dapat dipahami paradigmatik itu sebagai substitusi sedangkan sintagmatik itu kombinasi bersekuensi.

2.4 Kerangka Berpikir