25. Pleonasme: adalah cara memperjelas maksud dengan menggunakan kata berlebih.
26. Preterito: adalah suatu cara menyatakan sesuatu dengan menyembunyikan atau merahasiakan apa yang ingin dinyatakan tersebut.
27. Prolepsis: adalah suatu cara berbahasa dengan menggunakan kata tertentu lebih dulu, sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi.
28. Repetisi: adalah suatu cara memperdebat makna atau maksud dengan mengulang kata atau bagian kalimat yang hendak diperkuat maksudnya.
29. Sarkasme: adalah suatu ejekan atau sindiran dengan kata-kata yang kasar. 30. Sinekdoke:
adalah suatu
cara mengemukakan
sesuatu dengan menyebutkan bagian-bagiannya saja atau sebaliknya.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa terdiri atas: metafora, personifikasi, perbandingan simile, hiperbola, ironi, alusio,
antiklimaks, antitesis, antonomasia, apafasis, asindeton, elipsis, enumerasi, epemisme, eponim, hiperbola, inuendo, klimaks, koreksio, litotes, metonimia,
oksimoron, paradoks, paralelisme, pernyataan retoris, polisendeton, pleonasme, preterito, prolepsis, repetisi, sarkasme, sinekdoke.
2.2.6 Pengimajian
Pengimajian atau citraan adalah gambaran-gambaran angan yang jelas, untuk menimbulkan suasana yang khusus, untuk membuat lebih hidup gambaran
dalam pikiran dan penginderaan dan juga untuk menarik perhatian. Setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji. Gambaran pikiran tersebut merupakan efek dalam
pikiran yang menyerupai gambar yang dihasilkan oleh penangkapan pembaca terhadap sebuah, objek yang dapat dilihat oleh saraf penglihatan, pendengaran,
peraba, perasa, dan penciuman Pradopo 1990:79-80. Citraan juga merupakan
kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair Herman 2003:10.
Penyair menggunakan daya pencitraannya agar pengalamannya dapat ditangkap dan dihayati oleh pembaca. Jadi, citraan adalah gambaran angan
abstrak yang dihadirkan menjadi sesuatu yang konkret dalam puisi Zulfahnur 1996:81.
Pencitraan merupakan topik yang termasuk dalam bidang psikologi dan studi sastra. Dalam psikologi, kata ”citra” mempunyai arti reproduksi mental,
suatu ingatan masa lalu yang bersifat indriawi dan berdasarkan persepsi yang tidak selalu bersifat visual. Pencitraan adalah kunci untuk memahami dunia
bawah sadarnya. Hal tersebut mengandung maksud bahwa penyair berbicara sebagai manusia biasa dan bukan sebagai seniman. Mengacu pada asumsi-asumsi
yang mengambang tentang penilaian ketulusan penyair Wellek 1995:236-270. Brahim dalam Nadeak 1985:25 mengatakan bahwa imaji merupakan
unsur yang mengembangkan rasa keindahan dalam diri pembaca. Bagi seniman, imaji merupakan unsur kreasi atau unsur penciptaan seni.
Comombes dalam Pradopo 1990:80 mengemukakan bahwa dalam tangan seorang penyair yang bagus, imaji tersebut dapat segar dan hidup, berada
dalam puncak keindahannya untuk mengintensifkannya, menjernihkan, dan memperkaya. Sebuah imaji yang berhasil menolong orang merasakan pengalaman
penyair terhadap objek dan situasi yang dialaminya, memberi gambaran yang setepatnya, hidup, kuat, ekonomis, dan dapat dirasakan dekat dengan pembaca
ataupun pendengar. Seorang pembaca dituntut untuk mengerti kata-kata dalam puisi, sehingga
setiap kata yang muncul dalam suatu puisi akan menimbulkan dampak tersendiri bagi pembaca ataupun pendengar. Citraan lebih mengingatkan kembali daripada
membuat kesan baru, sehingga pembaca atau pendengar terlihat dalam kreasi puitis Altenberd dalam Pradopo 1990:80.
Pembaca atau pendengar akan mudah menanggapi hal-hal yang dalam pengalamannya telah tersedia simpanan imaji-imaji yang kaya. Imaji tersebut
dihasilkan oleh indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penciuman. Citraan yang ditimbulkan oleh indera penglihatan disebut citraan
penglihatan, yang ditimbulkan oleh indera pendengaran disebut citraan pendengaran, yang ditimbulkan oleh indera peraba disebut citraan perabaan, yang
ditimbulkan oleh indera perasa disebut citraan pengecapan, dan yang ditimbulkan oleh indera penciuman disebut citraan penciuman. Gambaran-gambaran angan
yang bermacam-macam tersebut tidak dipergunakan secara terpisah-pisah oleh penyair dalam sajaknya, melainkan dipergunakan bersama-sama, saling
memperkuat dan saling menambah kepuitisannya. Citraan penglihatan merupakan jenis citraan yang sering digunakan oleh penyair. Citra penglihatan memberi
rangsangan kepada indera penglihatan sehingga sering hal-hal yang tidak terlihat seolah-olah dapat telihat Pradopo 1990:80-81.
2.2.7 Unsur Tipografi