12
BAB 2 KAJIAN TEORI
Pada kajian teori ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan perilaku agresif dan peserta didik siswa. Perilaku agresif diantarnya mencakup
pengertian perilaku agresif, ciri-ciri perilaku agresif, jenis-jenis perilaku agresif dan faktor-faktor timbulnya perilaku agresif. Sedangkan pada peserta didik hanya
mencakup dua hal yaitu pengertian peserta didik dan karakteristik siswa.
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah penelitian yang sudah dilakukan sebelum- sebelumnya oleh peneliti tersebut. Peneliti terdahulu diperlukan sebagai rujukan
untuk menguatkan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti dan untuk membandingkan antara peneliti yang satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian
terdahulu akan diuraikan pokok bahasan sebagai berikut:
2.1.1 Tita Maela Margawati 2011 tentang mengurangi perilaku agresif melalui layanan konseling behaviour dengan teknik pengkondisian
operan pada siswa kelas VII SMP N 1 Bawen.
Penelitian ini dilakukan di SMP N bawen dengan jumlah sampel 8 siswa kelas VII. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perilaku agresif dapat
diatasi dengan
menggunakan konseling
behasmkviour dengan
teknik pengkondisian operan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa perilaku
agresif dapat diatasi dengan menggunakan konseling behaviour dengan teknik pengkondisian operan.
2.1.2 Junia trisnawati, Fatrah, dan Agrina 20l4 tentang Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresif Pada Siswa SMK N 2 Pekan Baru
Junia, Fatrah, dan Agrina melakukan penelitian pada siswa SMK N 2 pekan baru denganjumlah sampel 53 siswa. Peneltian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku agresif remaja. Hasil pada penelitian tersebut setelah melakukan uji chi-squer menunjukan
adanya hubungan yang bermakna pola asuh, teman sebaya, dan frustasi dengan perilaku agresif dengan perilaku agresif remaja p value 0,05, namun tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara media elektronik dengan perilaku remaja p value 0,05.
2.2 Persepsi
2.2.1 Pengertian Persepsi
Secara etimologis, persepsi berasal dari bahasa Latin perceptio, dari kata percipere, yang artinya menerima atau mengambil. Menurut Leavitt 1978 dalam
Sobur 2003:445, persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas persepsi adalah pandangan
atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Desiderato 1976 dalam Sugiyo 2005:33 mengemukakan bahwa
persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Selanjutnya Sears dkk 1994: 52 dalam Sugiyo 2005: 34 menyatakan bahwa persepsi adalah bagaimana seseorang membuat kesan pertama, prasangka
apa yang mempengaruhi mereka dan jenis informasi apa yang kita pakai untuk sampai pada kesan tersebut dan bagaimana akuratnya kesan kita. Berdasarkan
beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah cara seseorang dalam melihat, memandang, mengerti, mengartikan, menyimpulkan dan
menafsirkan berbagai informasi dan pesan yang diperoleh dari alat indrawi.
2.2.2 Proses Persepsi
Sobur 2003:447 mengungkapkan bahwa dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh
karena itu, untuk mengubah tingkah laku seseorang, maka harus dimulai dengan mengubah persepsinya. Pareek 1996 dalam Sobur 2003:451 menjelaskan tiap
proses dari persepsi, yaitu sebagai berikut: a.
Proses menerima rangsangan Proses yang pertama adalah menerima rangsangan atau data dari berbagai
sumber yang kebanyakan diterima melalui panca indra. Kita melihat sesuatu, mendengar, mencium, merasakan, atau menyentuhnya untuk mempelajari segi-
segi lain dari sesuatu itu. b.
Proses menyelaksi rangsangan Setelah rangsangan atau data diterima, lalu rangsangan atau data tersebut
diseleksi. Tidak mungkin untuk memperhatikan semua rangsangan yang diterima, harus dipilih salah satu atau beberapa rangsangan saja yang akan direaksikan. Dan
untuk menghemat perhatian yang digunakan, rangsangan-rangsangan itu disaring dan diseleksi untuk diproseslebih lanjut.
c. Proses pengorganisasian
Rangsangan yang telah diseleksi selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Menurut Pareek 1996:18-20 dalam Sobur 2003:462-463 terdapat tiga
dimensi utama dalam pengorganisasian rangsangan, yaitu: 1
Pengelompokan Rangsangan-rangsangan yang telah diterima dikelompokkan dalam suatu
bentuk berdasarkan beberapa hal, yaitu kesamaan, kedekatan dan adanya kecenderungan untuk melengkapi hal-hal yang dianggap belum lengkap.
2 Bentuk timbul dan latar
Dalam melihat rangsangan atau gejala, terdapat kecenderungan untuk memusatkan perhatian pada gejala-gejala tertentu yang timbul menonjol,
sedangkan rangsangan atau gejala lainnya berada di latar belakang. 3
Kemantapan persepsi Terdapat suatu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi, dan
perubahan-perubahan konteks tidak mempengaruhinya. Dunia persepsi diatur menurut prinsip kemantapan itu.
d. Proses penafsiran
Setelah rangsangan atau data tersebut diterima dan diatur, penerima rangsangan lalu menafsirkan data tersebut dengan berbagai cara. Disebut sebagai
persepsi setelah data tersebut daat ditafsirkan. Persepsi pada intinya memberikan arti pada berbagai data atau informasi yang diterima.
e. Proses pengecekan
Setelah rangsangan atau data tersebut diterima, diseleksi dan ditafsirkan, lalu penerima mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakah
penafsirannya benar atau salah. Pengecekkan ini berjalan dengan terlalu cepat sehingga tidak disadari oleh kita. Pengecekan ini dapat dilakukan dari waktu ke
waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan oleh data baru. Data atau kesan-kesan itu dapat dicek dengan menanyakan kepada orang lai
mengenai persepsi mereka. f.
Proses reaksi Tahap yang terakhir adalah bereaksi sehubungan dengan apa yang telah
diserap. Tindakan atau reaksi ini dapat berupa reaksi tersembunyi maupun reaksi terbuka. Reaksi tersembunyi berupa pendapat atau sikap, sedangkan reaksi
terbuka berupa tindakan atau reaksi nyata sehubungan dengan persepsi itu. Satu gejala yang menarik perhatian dari reaksi tersembunyi adalah pembentukkan
kesan Pareek, 1996 dalam Sobur.
2.2.3 Fungsi Persepsi
Berdasarka penelitian, persepsi memiliki dua cakupan, yaitu lokalisasi dan pengenalan. Lokalisasi dan pengenalan dilakukan oleh daerah korteks yang
berbeda. Penelitian ini juga mengurusi cara sistem perseptual mempertahankan bentuk objek tetap konstan walaupun citra objek di retina berubah. Permasalahan
lain adalah cara kapasitas perseptual berkembang.
2.3 Perseta Didik Siswa 2.3.1 Pengertian Peserta DidikSiswa
Dalam proses pendidikan, peserta didik merupakan suatu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral, Desmita 39:2009.
“Dalam perspektif pedagogis, peserta didik diartikan sebagai sejenis mahluk hidup homo
educandum, mahluk hidup yang menghajatkan pendidikan. Dalam hal ini peserta didik sebagai mahluk yang memiliki potensi dan bersifat laten, sehingga
dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk mengaktualisasikan hidupnya agar ia
dapat menjadi manusia susila dan cakap” Desmita 39:2009.
Sedangkan menurut Arifin dalam Desmita 39:2009 menyatakan “dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya masing-
masing”.
Dalam perspektif Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pas
al 1 ayat 4, “peserta didik diartikan sebangai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur
jenjang dan jenis pendidikan tertentu ”.
Berdasrkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah individu yang mempunyai potensi yang sedang mengembangkan
dirinya melalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang tertentu.
2.3.2 Karakteristik Peserta DidikSiswa
Pada masa remaja usia 12-21 tahun merupakan masa peralihan antara masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami
perubahan yang cepat baik perubahan secara fisik maupun psikis. Pada masa ini juga sering disebut masa pencarian jati diri, mempunyai ego yang tingi.
Menurut Desmita 37:2009 Pada masa remaja ini biasanya ditandai dengan
beberapa karakteristik penting, yaitu:
a. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya.
b. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa
yang dijunjung tinggi oleh masayarakat. c.
Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakan secara efektif. d.
Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. e.
Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya.
f. Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan
memiliki anak. g.
Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara.
h. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.
i. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam
bertingkah laku, dan j.
Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas.
2.4 Status Sekolah Menengah Kejuruan
Dalam penyelenggaraan pendidikan ditetapkan jenjang pendidikan yang berkelanjutan. Jenjang pendidikan adalah “tahap pendidikan yang berkelanjutan,
yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran” Ihsan
2005:22. Jenjang pendidikan tersebut adalah, pra sekolah, sekolah dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Sekolah menengah kejuruan yang sering disingkat dengan SMK berdasarkan peraturan pemerinta RI No 66 Tahun 2010 tentang perubahan atas
peraturan pememrintah No 17 tahun 2010 tentang pengelola dan penyelenggaraan pendidikan “salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan
pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP atau MTs”.
2.4.1 Hakikat Sekolah menengah Kejuruan SMK
Berdasarkan peraturan pemerintah republik indonesiaNomor 29 tahun 1990 tentangpendidikan menengah, Pendidikan Menengah Kejuruan Adalah
“Pendidikan Pada Jenjang Pendidikan Menengah Yang Mengutamakan Pengembangan
Kemampuan Siswa Untuk Melaksanakan Jenis Pekerjaan Tertentu ”. Pada sekolah
menengah kejuruan negeri biasanya disingkat dengan SMKN sedangakan pada sekolah menengah kejuruan swasta biasanya disingkat dengan SMKS. Keduanya
sama-sama berada dalam satu tingkatan sekolah menengah, namun dari segi kepemilikan keduanya berbeda. SMKN dimiliki oleh negara, segala sesuatu
ditanggung oleh negara, sedangkan pada SMKS dimiliki oleh swasta, sehingga segala sesatu ditanggung oleh yayasan atau swadaya masyarakat, mempunyai
otonomi tersendiri namuan masih dalam naungan pemerintah karena sifatnya formal.
2.4.2 Komponen-komponen SMK Dalam
http:kuliahpunya.blogspot.com200912komponen-komponen pembelajaran.html
disebutkan bahwa komponen-komponen pembelajaran dalam SMK sebagai berikut “tujuan, tenaga pendidik, peserta didik, kegiatan
pembelajaran, dan evaluasi” berikut penjelasan tentang komponen-komponen SMK.
2.4.2.1 Tujuan Dalam pembelajaran tujuan merupakan serangkaian perencanaan yang
harus dicapai. Dalam SMK Negeri maupun SMK Swasta pada dasarnya sama sebagai kegiatan formal juga memiliki tujuan yang hendak yang dicapai.
Pendidikan menengah kejuruan memiliki karakteristik yang berbeda dengan satuan pendidikan lainnya. Perbedaan tersebut dapat dikaji dari tujuan pendidikan,
substansi pelajaran,
tuntutan pendidikan
dan lulusannya.
Dalam http:www.smkn22-jkt.sch.idtujuan-smk-dan-smkn-22
menyebutkan Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri melalui :
1. Mewujudkan Lembaga Pendidikan Kejuruan yang akuntabel sebagai Pusat
Pembudayaan Kompetensi Berstandar Nasional,
2. Mendidik Sumber Daya Manusia yang mempunyai etos kerja dan kompetensi
berstandar internasional, 3.
Memberikan berbagai layanan Pendidikan Kejuruan yang permabel dan fleksibel secara terintegrasi antara jalur dan jenjang pendidikan,
4. Memperluas layanan dan pemerataan mutu pendidikan kejuruan,
5. Mengangkat keunggulan lokal sebagai modal daya saing bangsa.
2.4.2.2 Tenaga Pendidik Komponen yang kedua yaiu tenaga peserta didik, dalam lingkup sekolah
tenaga pendidik biasanya disebut dengan Guru. Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah. Dalam SMK Negeri dan SMK Swasta, guru sebagai fasilitator siswa dalam kegiatan pembelajaran, tidak ada perbedaan guru
dalam SMK Negeri maupun SMK Swasta. Namun dalam penerimaan tenaga pendidik guru dalam SMK Negeri melewati proses yang tidak mudah lebih sulit
dibandingan dengan proses di SMK Swsta.
2.4.2.3 Perserta Didik Dalam proses pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik maka harus ada
komponen peserta didik atau yang biasa disebut dengan siswa atau murid dalam kalangan sekolah. Dalam perspektif Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 4, “peserta didik diartikan sebangai anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang
dan jenis pendidikan tertentu ”. Dalam kenyataan SMK Negeri jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah SMK Swasta, dengan ini
dapat diartikan bahwa siswa SMK Negeri jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan siswa SMK Swasta, denganadanya hal tersebut, dalam penenimaan siswa
baru, dalam sekolah negeri lebih sulit dibandingkan dengan swasta, karena dalam SMK Negeri jumlah siswa dibatasi dalam peneneimaan, sedangkan SMK Swasta
tidak membatasi jumlah siswa yang akan masuk. 2.4.2.4. Kegiatan Pembelajaran
Komponen yang keempat adalah kegiatan pembelajaran dalam sekolah pada dasarnya mengacu pada pendekatan mengajar, metode, materi dan media.
Komponen ini hubungannya sangat erat dengan guru dan sarana prasarana. dalam sekolah negeri dengan segala kekurannya akan terus menururs unuk
membenahinya. Dalam sekolah negeri fasilatas dalam pembelajrannya biasanya lebih lengkap dibandingkan dengan sekolah swasta.
2.4.2.5 Evaluasi Evaluasi merupakan komponen yang terakhir. Komponen ini dimksudkan
untuk menilai proses semua kegiatan dari awal sampai akhir kegiatan belajar dan mengajar, baik guru maupuan siswanya. Proses evaluasi siwa dilakukan dengan
adanya pemberian rapor hasil pembelajaran perseta didik. Pada siwa SMK Negeri biasanya mempunyai hasil yang lebih unggul dibandingkan dengan siswa SMK
swasta.
2.5 Perilaku Agresif 2.5.1 Pengertian Perilaku Agresif
Perilaku agresif adalah “suatu cara untuk melawan dengan kuat, berkelahi, menyerang, melukai, membunuh, menghukum orang lain, atau agresif
merupakan tindakan yang dimaksud untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain” Supriyo, 2006:67. Sedangkan Menurut Sofyan 2010:121
menyatakan bahwa “ Agresif adalah hasil dari proses kemarahan yang memuncak. Sedangkan dari devinisi motivasional perbuatan agresif adalah perbuatan yang
bertujuan untuk melukai orang lain”.
Menurut Sugiyo 2005:110 terdapat dua pengertian perilaku agresi 1 menurut kaum behavioristik perilaku dikatakan agresif apabila perilaku tersebut
melukai orang lain, 2 menurut kaum kognitif perilaku agresif didefinisikan
sebagai tindakan yang dimaksud untuk melukai orang lain.
Menurut Robert Baron dalam Dayakisni 2009:193 perilaku agresif adalah “tingkah laku individu yang ditunjukan untuk melukai orang lain atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut”. Perilaku agresif pada umumnya dapat diartikan sebagai “suatu
serangan yang dilakukan oleh suatu organisme terhadap organisme lain”
Dayakisni 2009:193.
Dari pengertian di atas dijelaskan bahwa perilaku agresif merupakan perilaku yang merugikan dan dapat menimbulkan korban pada pihak yang lain.
Niat dan harapan untuk menyakiti orang lain sebagai awal terbentuknya perilaku
agresif. Sering kali pelaku menyadarinya bahwa apa yang talah dilakukan merupakan tindakan yang tidak baik bagi dirinya maupun orang lain, akan tetapi
anehnya mereka tetap saja melakukan hal tersebut dan lebih mementingkan dirinya sendiri tanpa memperdulikan orang lain dan akan merasa senang bangga
setelah membuat orang lain merasa tersakiti. Perilaku yang tidak disengaja namun menyebabkan orang lain tersakiti tidak dapat digolongkan pada perilaku
agresif, karena pada dasarnya perilaku agresif adalah yang dilakukan secara
sengaja agar orang lain merasa tersakiti. 2.5.2 Ciri-ciri Perilaku Agresif
Menurut Supriyo 2008:68 menyatakan unsur dan ciri perilaku agresif yang
ada pada diri seseorang antara lain:
a. Adanya tujuan untuk mencelakakan
Terdapat tujuan mencelakakan dari perilaku agresif kepada korban. Dalam hal ini pelaku berniat dan ada tujuan untuk menyakiti atau mencelakakan korban.
b. Ketidakinginan si korban menerima tingkah laku si pelaku
Pelaku dapat dikatakan sebagai perilaku agresif bila sang korban tidak menginginkan datangnya perilaku tersebut.
c. Menyerang pendapat orang lain
Menyerang pendapat orang lain dalam artian pelaku tidak bisa menerima pendapat orang lain dan dengan segala cara dia menantang pendapat tersebut.
d. Marah-marah tanpa alasan
Sang pelaku marah-marah dengan penuh emosi kepada korban dengan alasan yang tidak jelas.
e. Melakukan perkelahian
Melakukan perkelahian dengan individu lain merupakan perilaku agresif.
2.5.3 Jenis-jenis Perilaku Agresif
Sementara Buss dalam Dayakisni 2009:212 mengelompokan agresi manusia dalam delapan jenis,yaitu.
a. Agresi fisik aktif langsung
Agresi fisik aktif langsung tindakan agresi fisik yang dilakukan individu atau
kelompok dengan
cara berhadapan
secara langsung
dengan individukelompok lain menjadi targetnya dan terjadi kontak fisik secara
langsung, seperti memukul, mendorong, menembak, dll. b.
Agresi pasik aktif langsung Agresi pasik aktif langsung tindakan agresi fisik yang dilakukan individu
atau kelompok
dengan cara
berhadapan secara
langsung dengan
individukelompok lain menjadi targetnya, namun tidak terjadi kontak fisik secar langsung, seperti demonstrasi, aksi mogok, aksi diam.
c. Agresi fisik aktif tidak langsung
Agresi fisik aktif tidak langsung tindakan agresi fisik yang dilakukan individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan
individukelompok lain menjadi targetnya dan terjadi kontak fisik secara
langsung, seperti merusak harta korban, membakar rumah, menyewa tukang pukul dll.
d. Agresi fisik pasif tidak aktif
Agresi fisik pasif tidak aktif tindakan agresi fisik yang dilakukan individu atau kelompok dengan cara berhadapan dengan individukelompok secara
langsung dengan individukelompok lain menjadi targetnya dan terjadi kontak fisik secara langsung, seperti tidak peduli, apatis, masa bodoh.
e. Agresi verbal aktif langsung
Agresi verbal aktif langsung yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individukelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan
individukelompok lain seperti, menghina, memaki, marah, mengumpat. f.
Agresi verbal pasif langsung Agresi verbal pasif langsung yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan
oleh individukelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individukelompok lain namun, tidak terjadi kontak verbal secara langsung,
seperti menolak bicara, bungkam.
g. Agresi verbal aktif tidak langsung
Agresi verbal aktif tidak langsung yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individukelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung
dengan individukelompok lain yang menjadi targetnya, seperti menyebar fitnah, mengadu domba.
h. Agresi verbal pasif tidak langsung
Agresi verbal pasif tidak langsung yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individukelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung
dengan individukelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak verbal secara langsung, seperti tidak memberi dukungan, tidak menggunakan hak
suara. Supriyo 2008:68 menyatakan macam-macam agresif antara lain:
a. Agresi Emosi
Agresi ini merupakan agresi kemarahan dan ditandai emosi yang tinggi. Agresi sebagai agresi itu sendiri, maksudnya tujuan dari perilaku agresi itu adalah
perilaku agresi itu sendiri. Akibat dari agresi emosi ini biasanya fatal dan sangat merugikan orang lain.
b. Agresif Instrumental
Agresif instrumental tidak disertai dengan emosi. Agresif hanya sebagai saran untuk mencapai tujuan lain, misalnya polisi yang menembak pencuri.
Sedangkan menurut Delut dalam Dayakisni 2009:212 menyebutkan jenis- jenis perilaku agresif yaitu, 1 menyerang secara fisik memukul, merusak,
mendorong, 2 menyerang dengan kata-kata, 3 menyerbu daerah orang lain, 4 mencela orang lain, 5 mengancam melukai orang lain, 6 main perintah, 7
melanggar milik orang lain, 8 tidak menaati perintah, 9 membuat perintah yang tidak pantas dan tidak perlu, 10 bersorak-sorak, berteriak, dan berbicara keras
pada saat yang tidak pantas, dan 11 menyerang tingkah laku yang dibenci.
2.5.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresif
Menurut Myers 2010:83 ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku agresif diantaranya adalah.
a. Peristiwa yang tidak menyenangkan.
Penyebab timbulanya agresi seringkali bermacam-macam pengalaman yang tidak menyenangkan : sakit, panas, penyerangan atau kesesakan.
1. Sakit
Rasa sakit dapat meningkatkan agresi pada manusia. Semua peristiwa tidak mengenakan, baik harapan yang hancur, penghinaan maupaun rasa sakit
pada tubuh dapat menimbulkan ledakan emosi. Bahkan siksaan yang berasar dari kondisi depresi dapat meningkatkan kemungkinan permusuhan dan
perilaku agresif. 2.
Panas Ada kemungkinan suhu dapat menjadi penyebab agresi, tetapi korelasi
suhu dan agresi tidak terbukti. Orang akan jelas lebih mudah untuk marah pada saat cuaca panas dan keras.
3. Penyerangan
Diserang atau dihina orang lain sangat mendorong terjadinya agresi, penyerangan yang disengaja dapat melahirkan serangan balasan.
a Keterbangkitan.
Frustasi, suhu yang panas, dan penghinaan dapat memperkuat terjadinya keterbangkitan fisik. Ketika hal tersebut terjadi keterbangkitan fisik
ditamabah dengan pemikiran dan perasaan bermusuhan, dapat melahirkan perilaku agesif.
b Sinyal Agresi
Senjata tidak hanya memberikan sinyal agresi, tetapi jarak psikologis antara agresor dan korbanya. Jarak antara agresor dan korbannya
memudahkan terjadinya kekerasa. b.
Pengaruh Media: Pronografi dan Kekerasan Seksual. Para psikologi sosial menyatakan bahwa melihat gambaran tidak nyata
seorang laki-laki yang menguasai dan membangkitkan gairah wanita, dapat, 1 Memutarbalikan persepsi sesorang tentang reaksi wanita yang sesungguhnya
terhadap seksual, 2 Meningkatkan kekerasan yang dilakukan lelaki terhadap wanita.
c. Pengaruh Media: Televisi
Seseorang yang sering menonton televisi akan cenderung untuk menirukan apa yang mereka lihat. Setelah menyaksikan ribuan tindakan kekerasan, terdapat
alasan jelas akan munculnya kebebasan emosi. d.
Pengaruh Media: Games Memainkan video gamen yang berisi kekerasan dapat meningkatkan
keterbangkitan fisik, meningkatkan perasaan agresif, meningkatkan perilaku agresif dan mengurangi perilaku prososial. Permainan ini akan cenderung untuk
ditiru oleh pemainnya, biasanya lebih sering terliabt dalam perkelahian. e.
Pengaruh Kelompok
Kelompok dapat memperkuat reaksi agresif. Agresi lebih banyak dilakukan oleh kelompok. Keadaan yang memicu individu dapat memicu kelompok juga.
Dengan adanya penyebaran tanggung jawab dan tindakan polarisasi, kondisi dalam kelompok memperkuat rekasi agresif.
Menurut Nevid et all 205:2002 menyatakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya perilaku agresif yaitu:
a. Biologis
Dalam biologis faktor yang dapat mempengaruhi diantaranya jenis kelamin. Seorang laiki-laki cenderung lebih agresif dibandingankan dengan perempuan.
Meskipun testosteron yang dihasilkan yang dihasilakn oleh tubuh lelaki dan perempuan, tingkatannya pada lelaki lebih tinggi. Seorang laki-laki yang
mempunyai testoteron lebih tinggi akan lebih cenderung untuk agresif. b.
Sosial-Kognitif Pembelajaran modeling. Seseorang yang sering melihat kekerasan secara
tidak langsung itu akan menjadi pelajaran bagi dirinya. dengan adanya hal tersebeut maka seseorang akan mempraktekan apa yang sudah dipelajarinya.
c. Sosiokultural
Keadaaan ekonomi dalam keluar berpengaruh terhadapa perilaku agresif. Dalam keluarga yang berada dalam ekonomi kebawah biasanya berada
dalamtekanan-tekanan hidup, termasuk tekanan yang berkaitan dengan kekerasan yang berada dalam lingkungannya
d. Alkohol
Seseorang yang menggunakan alkohol akan membuat dirinya sulit untuk menimbang konsekuensi-konsekuensi dari perilakunya, melonggarkan hambatan,
dan menurunkan sensivitas pada tanda-tanda yang membangkitkan kecemasan, yang sebenarnya dilain kesempatan Dapat berfungsi menghambat implus-implus
agresif. e.
Emosional Frustasi dan kemarahan dapat beraksi sebagai katalis perilaku agresif,
utamnya ketika individu menyalahkan orang lain sebagai penanggung jawab atas situasi frustasi atau kemarahannya.
Menurut Robert dan Donn 2005:143 determinan agresi dari manusia sebagai berikut:
a. Determinan Sosial Dari Agresi
1. Frustasi
Frustasi kadang-kadang menghasilkan agresi karena adanya hubungan mendasar antara efek negatif perasaaan tidak menyenangkandengan
perilaku agresif-suatu hubungan yang telah dikonfirmasikan oleh banyak peneliti misalnya, da Glori dkk., 1994 dalam Baron
2. Provokasi langsung
Agresi adalah hasil provokasi provocation fisik atau verbal dari orang lain. Ketika kita menerima suatu bentuk agresi dari orang lain-kritik yang menurut
kita tidak adil, ungkapan sarkatis, atau kekerasan fisik-kita jarang mengaah. Sebaliknya kita cenderung untuk membalas, memberika agresi sebanyak yang
kita terima-atau mungkin lebih sedikit lebih, terutama jika kita merasa bahwa pasti orang lain tersebut bermaksud untuk menyakiti kita.
3. Agresi yang dipindahkanpemaparan terhadap kekerasan media
Agresi terhadap seseorang yang bukan sumber dari provokasi yang kuat; agresi dipindahkan terjadi karena orang yang melakukannya tidak ingin atau
tidak dapat melakukan agresi terhadap sumber provokasi awal. 4.
Pemaparan terhadap kekerasan di media: dapa dari melihat agresi Pemaparan terhadap kekekerasan di media secara berulang-ulang dapat
menguatkan dapat dampak utama tersebut seiring dengan waktu, pengaruh dari penonton kekrasan bisa terakumulasi- dan bahkan menjadi lebih penting
dari pada yang diasumsikan sebelumnya. 5.
Keterangsangan yang meningkat Dalam berbagai kondisi, keterangsangan yang meningkat apapu sumbernya
dapat meningkatkan agresi, sebagai respon terhadap provokasi, frustasi, dan faktor lain. Dalam teori transfer eksitasi menyatakan bahwa keterangsangan
yang dihasilkan dalam satu situasi dapat tersisa dan memperkuat reaksi emosional yang timbul dalam situasi berikutnya.
b. Penyebab Pribadi Dari Agresi
1. Pola Perilaku A
Dalam pola perilaku A mempunyai karakter 1 sangat kompetitif, 2 selalu terburu-buru serta, 3 mudah tersinggung dan agresif, dalam istilah psikologi
sebagai pola perilaku Tipe A Type A behaviour pattern Glass, 1977;
Strube, 1989 dalam Robert dan Donn 2005:151. Pada ujung sisi yang lain
dari kontinum ini terdapat orang-orang yang tidak menunjukan karakteristik tersebut individu-individu yang sangat tidak kompetitif, yang tidak selalu
bertanding melawan waktu, dan tidak mudah kehilangan kendali; orang-orang
yang didiskripsikan seperti ini menunjukan pola peilaku type B Type B behaviour pattern
Melihat karakteristik tersebut bahwa tipe A cenderung lebih agresif dari pada type B.
2. Mempersepsikan Maksud Jahat Dalam Diri Orang Lain: Bias Atribusional
Hostile Atribusi memainkan peran penting dalam reaksi kita terhadap perilaku orang
lain dan terutama terhadap provokasi nyata adalah titik mula bagi karakteristik pribadi penting lain yang mempengaruhi agresi yaitu bias
atribusional hostile hostile attributional bias misalnya, Dodge dkk., 1968 dalam Robert dan Donn 2005:152. Dengan kata lain, orang-orang yang
memiliki bias atribusional hostile yang tinggi jarang mempresepsikan tindakan hostile orang lain sebagai ketidaksengajaan, namun segera
mengasumsikan bahwa tindakan provokasi manapun dari orang lain tersebut sebagai sengaj, dan mereka segera beraksi melawan atau membalasnya.
3. Narsisme, Ancaman-Ego, Dan Agresi: Bahaya Keinginan Untuk Menjadi
Superior Orang dengan narsisme narcissim yang tinggi orang yang setuju dengan
pernyataan seperti “Jika saya memperinta dunia, maka dunia akan menjadi tempat yang jauh lebih baik” dan “saya lebih mampu dari pada orang lain”
bereaksi dengan tigkat agresi yang sangat tinggi terhadap penghinaan dari
orang lain, umpan balik yang mengancam self-imagemereka tinggi Bhusman dan Baumeister ,1998 dalam Robert dan Donn 2005:152. Orang-orang
yang seperti ini memiliki keraguan yang mengganggu mengenai kebenaran ego mereka yang besar sehingga reaksi dengan kemarahan yang intens pada
siapa pun yang mengnacam untuk menjatuhkan mereka. c.
Determinan Situasional Dari Agresi 1.
Dampak sushu udara tinggi Selain dipengaruhi secar kuat oleh faktor-faktor sosial dan karakteristik
pribadi, agresi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terkait dengan situasi dan konteks peningkatan kekerasan sesuatu yang tidak dibutuhkan oleh
spesies kita. Pada penelitian yang telah dilakukan dengan Baron, 1972a dalam suatu kondisi, penyejuk udara dinyalahkan, sehingga ruangan menjadi
sejuk dan nyaman. Dalam kondisi lain, kami mematikan penyejuk udaran dan membuka jendala; hal ini meningkatkan suhu udara. Hasil dari penelitian;
suhu udara tinggi mengurangi agresi bik pada orang yag diprovokasi maupun yang tidak diprovokasi.
2. Konsumsi alkohol
Dipercaya seseorang secara luas bahwa beberapa orang, setidaknya, menjadi lebih agresif ketika mereka mengkonsumsi alkohol dibandingkan dengan
orang yang tidak mengkonsumsi alkohol. Fakta bahwa bar-bar dan club sering menjadi tempat terjadinya kekerasan.
Menurut Sarwono 2009: 152 faktor yang mempengaruhi perilaku agresif seorang individu sebagia berikut:
a. Sosial, faktor sosial yang dapat menyebabkan perilaku agresif adalah frustasi,
provokasi dan pemakaian alkohol. b.
Personal, faktor personal disini yaitu kepribadian seseorang dan juga perbedaan jenis kelamin yang sama sering diungkapkan bahwa lelaki lebih
agresif dari pada perempuan. c.
Kebudayaan, lingkungan juga berperan terhadap tingkah laku sehingga kebudayaan merupakan salah satu penyebab munculnya perilaku agresif.
d. Situasional, keadaan cuaca panas sering memicu timbulnya perilaku agresif.
e. Sumber daya, salah satu pendukung utama kehidupan manusia adalah daya
dukung alam dan jika sumber alam tidak mencukupi kebutuhan manusia karena keterbatasannya, maka bisa menimbulkan perilaku agresif
f. Media masa, tayangan dari televisi berpotensi besar diimitasi oleh individu.
Sedangkan menurut Dayakisni 2009:206 faktor yang mempengaruhi perilaku agresif adalah 1 deindividuasi, faktor ini memperbesar kemungkinan
terjadinya agresi karena deindividuasi menyingkarkan atau mengurangi peranan aspek identitas diri yang terdapat pada diri pelaku maupaun identitas diri korban
dan keterlibatan emosional pelaku agresi. 2 kekuasaan dan kepatuhan, peranan kekuasaan sebagai pengarah kemunculan agresi tidak dapat dipisahkan dari salah
satu aspek penunjang kekuasaan itu yakni kepatuhan, 3 provokasi, faktor ini dapat menimbulkan agresi karena provokasi itu oleh pelaku dilihat sebagai
ancaman yang harus dihadapi dengan respon agresi untuk meniadakan bahaya yang diisyaratkan oleh ancaman itu, 4 pengaruh obat-obatan terlarang Drug
Effect, penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohhol meningkatkan kemungkinan respon agresif ketika seorang diprovokasi.
Menurut Zainun dalam Supriyo 69:2008menyatkan bahwa ada bebrapa hal yang dapat mempengaruhi timbulnya perilaku agresif antara lain yaitu:
a. Amarah, merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktifitas sitem saraf para
simpatik yang tinggi dan adanya perasaan yang tidak suka sangat kuat yang biasanya disebabkan adanya kesalahan, yang mungkin nyata-nyata salah satu
atau mungkin juga tidak. b.
Kekecewaan, sakit fisik, penghinaan, atau ancaman sering memancing amarah dan akhirnya memancing agresi.
c. Ejekan, hinaan dan ancaman merupakan pancingan yang jitu terhadap amarah
yang akan mengarah pada agresi. d.
Menurut Davidoff dalam Supriyo 70:2008, gen tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku agresi.
e. Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata juga dapat memperkuat
atau menghambat sikruit neural yang mengendalikan emosi. f.
Kimia darah khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan oleh faktor keturunan juga dapat mempengaruhi perilaku agresi.pada wanita yang
sedang mengalami masa haid, kadar hormon kewanitaanya yaitu estogren dan progresteron menurun jumlahnya akibatnya banyak wanita yang melaporkan
bahwa perasaan mereka mudah tersinggung, gelisah, tegang, dan bermusuhan
g. Kesenjangan generasi, yaitu adanya perbedaan atau jurang pemisah antra
generasi anak dengan orang tuanya dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi yang semakin minimal dan seringkali tidak nyambung.
h. Lingkungan, apabila seorang anak dibesarkan dalam lingkungan kemiskinan,
maka perilaku agresi mereka secara alamia mengalami peningkatan. i.
Peran belajar model kekerasan, tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat ini anak-anak dan remaja banyak belajar menyaksikan adegan kekerasan
memalui televisi dan juga “games” ataupun permianan yang bertema kekerasan.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan faktor yang mempengaruhi perilaku agresif ada dua yaitu faktor internal dan eksternal.
2.5.4.1 Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang muncul dari dalam individu itu sendiri. Pada faktor internal ini terdapat lima faktor yaitu:
1. Biologis
a Gen pembawa sifat dari orang tua tampaknya berpengaruh pada
pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku agresi. Faktor keturunan dapat mempengaruhi, misalnya pada orang tua yang
mempunyai sifat keras, sifat tersebut dapat menurun pada anaknya. Sedangkan dalam penelitian, pada jenis kelamin jantan memiliki tingkat
agresifitas yang lebih tinggi dari pada jenis kelamin betina.
b Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi dapat memperkuat atau
menghambat jalan syaraf yang mengendalikan agresi. Seseorang yang sering merasakan kesenangan, kegembiraan, cenderung tidak pernah
melakukan kekejaman dan pengahncuran agresi dibandingkan dengan orang yang tidak pernha merasakan kesenangan, kegembiraan dll.
c Kimia darah khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan oleh
faktor keturunan juga dapat mempengaruhi perilaku agresi pada wanita yang sedang mengalami haid, kadar hormon kewanitaan yaitu estrogen,
dan progresteron menurun jumlahnya, akibatnya wanita bahwa prasaan mereka mudah tersinggung, gelisah, tegang, dan bermusuhan. Banyak
wanita yang melakukan tidakan ini saat berlangsungnya masa haid. 2.
Deinduvidualis Deindividuasi dapat memperkuat agresif pada seseorang, karena hal ini akan
membuat sesorang mengabaikan jati dirinya sendiri dan si korban, tidak memperdulikan lagi, dan emosioanal pelaku semakin tingga tidak terkontrol.
3. Pola perilaku type A.
Dalam pola perilaku A mempunyai karakter 1 sangat kompetitif, 2 selalu terburu-buru serta, 3 mudah tersinggung dan agresif, dalam istilah psikologi
sebagai pola perilaku Tipe A Type A behaviour pattern Glass, 1977; Strube, 1989 dalam Robert dan Donn 2005:151. Pada sisi lain seseorang yang
berkebalikan dengan karakteristik pada type A, berarti ia memiliki pola type B. Melihat karakteristik tersebut bahwa tipe A cenderung lebih agresif dari pada type
B.
4. Mempersepsikan Maksud Jahat Dalam Diri Orang Lain: Bias Atribusional
Hostile Orang-orang yang memiliki bias atribusional hostile yang tinggi jarang
mempresepsikan tindakan hostile orang lain sebagai ketidaksengajaan, namun segera mengasumsikan bahwa tindakan provokasi manapun dari orang lain
tersebut sebagai sengaj, dan mereka segera beraksi melawan atau membalasnya. 5.
Narsisme, Ancaman-Ego, Dan Agresi: Bahaya Keinginan Untuk Menjadi Superior
Orang dengan narsisme narcissim yang tinggi orang yang setuju dengan pernyataan seperti “Jika saya memperinta dunia, maka dunia akan menjadi tempat
yang jauh lebih baik” dan “saya lebih mampu dari pada orang lain” bereaksi dengan tigkat agresi yang sangat tinggi terhadap penghinaan dari orang lain,
umpan balik yang mengancam self-imagemereka tinggi Bhusman dan Baumeister ,1998 dalam Robert dan Donn 2005:152. Orang yang seperti itu biasanya
mempunya tingkatn sensivitas yang tingggi pada dirinya, sehingga ia mudah tersinngung saat mendapat masukan dariorang lain.
2.5.4.2 Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang muncul dari luar individu itu sendiri. Pada faktor eksternal ini terdapat beberapa faktor yaitu:
1. Lingkungan
Lingkungan dapat mempengaruhi sesorang dalam bertingkah. Seorang anak yang dibersarkan dalam pada ekonomi kebawah kemiskinan cenderung lebih
tinggi agresifitasnya. Selain itu juga anak yang hidup pada lingkungan yang kurang baik cenderung lebih agfresif.
2. Media
Dengan pergantian zaman ini, perkembangan media terjadi dengan pesat, tanpa kita sadari terkadang media tersebut memberikan pengaruh yang tidak baik
bagi kita, ada beberapa media yang dapat menimbulkan perilaku agresif, antara lain televisi, games, pornografi dll. Pada media tersebut terkadang menampilkan
hal-hal yang tidak baik untuk dipertontonkan, karena pada dasarnya pada usia remaja memiliki rasa ingin yang tahu lebih tinggi, sehingga individu meniru apa
yang telah dipertontonnya. 3.
Profokasi Profokasi dapat menimbulkan agresif pada seseorang, karena profokasi akan
dilihat oleh pelaku sebangai ancaman yang harus dilawan dengan respon agresif. Seseorang yang mendapat profokasi biasanya tingkatan emosionalnya kan
semakin tinngi, dan itu akan semakin memperkuat seseorang untuk berperilaku agresif. Seseorang yang sedang menggunakan obat terlarang akan mudah untuk
terprofokasi, dan itu memudahkan seseorang untuk melakukan agresif. 4.
Peristiwa tidak menyenangkan Peristiwa yang tidak menyenangkan untuk seseorang akan menimbulkan
agresif pada seseorang, peristiwa tersebut diantranya adalah sakit, terhina, dan panas.
a Sakit
Seseorang yang sedang mengalmi rasa sakit fisik mauh psikis kekecewaan akan menimbulkan ledakan emosi, bahkan siksaan yang
bersa dari kondisi depresi dapat meningkatkan permusuhan dan perilaku agresif.
b Hinaan
Hinaan yang dilakukan oleh lawan akan memancing terhadap amarah yang mengarah pada agresif. Ejekan yang semakin seru yang dilakuakn oleh
teman-teman yang lain akan lebih memanan situasinya, apabila indivudu tidak dapat menahan emosinya maka ia akan menyerang balik lawan
tersebut. c
Panas Pada cuaca yang panas, seseorang akan cenderung untuk marah. Misalnya
saja, seseorang ynag sedang berdesakan dalam keadaan panas maka orang tersebut akan sering marah.
5. Alkohol
Seseorang yang menggunakan alkohol akan membuat dirinya sulit untuk menimbang konsekuensi-konsekuensi dari perilakunya, melonggarkan hambatan,
dan menurunkan sensivitas pada tanda-tanda yang membangkitkan kecemasan, yang sebenarnya dilain kesempatan Dapat berfungsi menghambat implus-implus
agresif.
6. Sosiokultural
Keadaaan ekonomi dalam keluar berpengaruh terhadapa perilaku agresif. Dalam keluarga yang berada dalam ekonomi kebawah biasanya berada
dalamtekanan-tekanan hidup, termasuk tekanan yang berkaitan dengan kekerasan yang berada dalam lingkungannya.
2.6 Persepsi Siswa Tentang Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresif
Dari berbagai penjelasan persepsi, siswa, perilaku agresif, dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi siswa tentang faktor yang mempengaruhi perilaku
agresif pada siswa adalah cara siswadalam memandang, mengerti, mengamati dan menyimpulkan berbagai pesan dan informasi yang telah didapat dari hasil panca
indrawi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif yang terjadi pada siswa.
Perilaku agresif merupakn perilaku yang menyimpang norma, perilaku yang seharusnya tidak terjadi pada seseorang, apabila perilaku ini terjadi pada
seseorang, maka akan memimbulan efek yang bahaya baik bagi pelaku maupun untuk korbannya. Telah disebutkan sebelumnya bahwa perilaku agresif tidak
dapat terjadi dengan sendirinya, melainkan adanya faktor yang mempengaruhi seseorang sehingga timbul perilaku agresif tersebut, faktor tersebut adalah baik
faktor internal maupun faktor eksternal. Guru BK merupakan fasilitator perkembangan siswa didalam sekolah. Perilaku agresif merupakn perilaku yang
tidak sepatutnya terjadi pada seseorang. Ketika siswa mengalami hal tersebut, maka dapat mengganggu perkembangan tersebut, sehingga diperlukan persepsi
siswa tentang faktor yang mempengaruhi perilaku agresif, sehingga ketika guru BK berkaitan dengan perilaku agresif siswa dapat ditinjau terlebih dau dari faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Perilaku agresif dapat terjadi karena danya faktor yang mempengaruhinya, dengan adanya hal tersebut, maka siswa disekolah akan
memberikan persepsi faktor yang mempengaruhi perilaku agresif berdasarkan informasi yang telah didapatkannya. Dengan adanya hal tersebut, dibutuhkannya
persepsi siswa tentang faktor yang mempengaruhi perilaku agresif agar dapat membantu kerja konselor di sekolah.
2.7 Kerangka Berfikir