Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresif

2.5.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresif

Menurut Myers 2010:83 ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku agresif diantaranya adalah. a. Peristiwa yang tidak menyenangkan. Penyebab timbulanya agresi seringkali bermacam-macam pengalaman yang tidak menyenangkan : sakit, panas, penyerangan atau kesesakan. 1. Sakit Rasa sakit dapat meningkatkan agresi pada manusia. Semua peristiwa tidak mengenakan, baik harapan yang hancur, penghinaan maupaun rasa sakit pada tubuh dapat menimbulkan ledakan emosi. Bahkan siksaan yang berasar dari kondisi depresi dapat meningkatkan kemungkinan permusuhan dan perilaku agresif. 2. Panas Ada kemungkinan suhu dapat menjadi penyebab agresi, tetapi korelasi suhu dan agresi tidak terbukti. Orang akan jelas lebih mudah untuk marah pada saat cuaca panas dan keras. 3. Penyerangan Diserang atau dihina orang lain sangat mendorong terjadinya agresi, penyerangan yang disengaja dapat melahirkan serangan balasan. a Keterbangkitan. Frustasi, suhu yang panas, dan penghinaan dapat memperkuat terjadinya keterbangkitan fisik. Ketika hal tersebut terjadi keterbangkitan fisik ditamabah dengan pemikiran dan perasaan bermusuhan, dapat melahirkan perilaku agesif. b Sinyal Agresi Senjata tidak hanya memberikan sinyal agresi, tetapi jarak psikologis antara agresor dan korbanya. Jarak antara agresor dan korbannya memudahkan terjadinya kekerasa. b. Pengaruh Media: Pronografi dan Kekerasan Seksual. Para psikologi sosial menyatakan bahwa melihat gambaran tidak nyata seorang laki-laki yang menguasai dan membangkitkan gairah wanita, dapat, 1 Memutarbalikan persepsi sesorang tentang reaksi wanita yang sesungguhnya terhadap seksual, 2 Meningkatkan kekerasan yang dilakukan lelaki terhadap wanita. c. Pengaruh Media: Televisi Seseorang yang sering menonton televisi akan cenderung untuk menirukan apa yang mereka lihat. Setelah menyaksikan ribuan tindakan kekerasan, terdapat alasan jelas akan munculnya kebebasan emosi. d. Pengaruh Media: Games Memainkan video gamen yang berisi kekerasan dapat meningkatkan keterbangkitan fisik, meningkatkan perasaan agresif, meningkatkan perilaku agresif dan mengurangi perilaku prososial. Permainan ini akan cenderung untuk ditiru oleh pemainnya, biasanya lebih sering terliabt dalam perkelahian. e. Pengaruh Kelompok Kelompok dapat memperkuat reaksi agresif. Agresi lebih banyak dilakukan oleh kelompok. Keadaan yang memicu individu dapat memicu kelompok juga. Dengan adanya penyebaran tanggung jawab dan tindakan polarisasi, kondisi dalam kelompok memperkuat rekasi agresif. Menurut Nevid et all 205:2002 menyatakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya perilaku agresif yaitu: a. Biologis Dalam biologis faktor yang dapat mempengaruhi diantaranya jenis kelamin. Seorang laiki-laki cenderung lebih agresif dibandingankan dengan perempuan. Meskipun testosteron yang dihasilkan yang dihasilakn oleh tubuh lelaki dan perempuan, tingkatannya pada lelaki lebih tinggi. Seorang laki-laki yang mempunyai testoteron lebih tinggi akan lebih cenderung untuk agresif. b. Sosial-Kognitif Pembelajaran modeling. Seseorang yang sering melihat kekerasan secara tidak langsung itu akan menjadi pelajaran bagi dirinya. dengan adanya hal tersebeut maka seseorang akan mempraktekan apa yang sudah dipelajarinya. c. Sosiokultural Keadaaan ekonomi dalam keluar berpengaruh terhadapa perilaku agresif. Dalam keluarga yang berada dalam ekonomi kebawah biasanya berada dalamtekanan-tekanan hidup, termasuk tekanan yang berkaitan dengan kekerasan yang berada dalam lingkungannya d. Alkohol Seseorang yang menggunakan alkohol akan membuat dirinya sulit untuk menimbang konsekuensi-konsekuensi dari perilakunya, melonggarkan hambatan, dan menurunkan sensivitas pada tanda-tanda yang membangkitkan kecemasan, yang sebenarnya dilain kesempatan Dapat berfungsi menghambat implus-implus agresif. e. Emosional Frustasi dan kemarahan dapat beraksi sebagai katalis perilaku agresif, utamnya ketika individu menyalahkan orang lain sebagai penanggung jawab atas situasi frustasi atau kemarahannya. Menurut Robert dan Donn 2005:143 determinan agresi dari manusia sebagai berikut: a. Determinan Sosial Dari Agresi 1. Frustasi Frustasi kadang-kadang menghasilkan agresi karena adanya hubungan mendasar antara efek negatif perasaaan tidak menyenangkandengan perilaku agresif-suatu hubungan yang telah dikonfirmasikan oleh banyak peneliti misalnya, da Glori dkk., 1994 dalam Baron 2. Provokasi langsung Agresi adalah hasil provokasi provocation fisik atau verbal dari orang lain. Ketika kita menerima suatu bentuk agresi dari orang lain-kritik yang menurut kita tidak adil, ungkapan sarkatis, atau kekerasan fisik-kita jarang mengaah. Sebaliknya kita cenderung untuk membalas, memberika agresi sebanyak yang kita terima-atau mungkin lebih sedikit lebih, terutama jika kita merasa bahwa pasti orang lain tersebut bermaksud untuk menyakiti kita. 3. Agresi yang dipindahkanpemaparan terhadap kekerasan media Agresi terhadap seseorang yang bukan sumber dari provokasi yang kuat; agresi dipindahkan terjadi karena orang yang melakukannya tidak ingin atau tidak dapat melakukan agresi terhadap sumber provokasi awal. 4. Pemaparan terhadap kekerasan di media: dapa dari melihat agresi Pemaparan terhadap kekekerasan di media secara berulang-ulang dapat menguatkan dapat dampak utama tersebut seiring dengan waktu, pengaruh dari penonton kekrasan bisa terakumulasi- dan bahkan menjadi lebih penting dari pada yang diasumsikan sebelumnya. 5. Keterangsangan yang meningkat Dalam berbagai kondisi, keterangsangan yang meningkat apapu sumbernya dapat meningkatkan agresi, sebagai respon terhadap provokasi, frustasi, dan faktor lain. Dalam teori transfer eksitasi menyatakan bahwa keterangsangan yang dihasilkan dalam satu situasi dapat tersisa dan memperkuat reaksi emosional yang timbul dalam situasi berikutnya. b. Penyebab Pribadi Dari Agresi 1. Pola Perilaku A Dalam pola perilaku A mempunyai karakter 1 sangat kompetitif, 2 selalu terburu-buru serta, 3 mudah tersinggung dan agresif, dalam istilah psikologi sebagai pola perilaku Tipe A Type A behaviour pattern Glass, 1977; Strube, 1989 dalam Robert dan Donn 2005:151. Pada ujung sisi yang lain dari kontinum ini terdapat orang-orang yang tidak menunjukan karakteristik tersebut individu-individu yang sangat tidak kompetitif, yang tidak selalu bertanding melawan waktu, dan tidak mudah kehilangan kendali; orang-orang yang didiskripsikan seperti ini menunjukan pola peilaku type B Type B behaviour pattern Melihat karakteristik tersebut bahwa tipe A cenderung lebih agresif dari pada type B. 2. Mempersepsikan Maksud Jahat Dalam Diri Orang Lain: Bias Atribusional Hostile Atribusi memainkan peran penting dalam reaksi kita terhadap perilaku orang lain dan terutama terhadap provokasi nyata adalah titik mula bagi karakteristik pribadi penting lain yang mempengaruhi agresi yaitu bias atribusional hostile hostile attributional bias misalnya, Dodge dkk., 1968 dalam Robert dan Donn 2005:152. Dengan kata lain, orang-orang yang memiliki bias atribusional hostile yang tinggi jarang mempresepsikan tindakan hostile orang lain sebagai ketidaksengajaan, namun segera mengasumsikan bahwa tindakan provokasi manapun dari orang lain tersebut sebagai sengaj, dan mereka segera beraksi melawan atau membalasnya. 3. Narsisme, Ancaman-Ego, Dan Agresi: Bahaya Keinginan Untuk Menjadi Superior Orang dengan narsisme narcissim yang tinggi orang yang setuju dengan pernyataan seperti “Jika saya memperinta dunia, maka dunia akan menjadi tempat yang jauh lebih baik” dan “saya lebih mampu dari pada orang lain” bereaksi dengan tigkat agresi yang sangat tinggi terhadap penghinaan dari orang lain, umpan balik yang mengancam self-imagemereka tinggi Bhusman dan Baumeister ,1998 dalam Robert dan Donn 2005:152. Orang-orang yang seperti ini memiliki keraguan yang mengganggu mengenai kebenaran ego mereka yang besar sehingga reaksi dengan kemarahan yang intens pada siapa pun yang mengnacam untuk menjatuhkan mereka. c. Determinan Situasional Dari Agresi 1. Dampak sushu udara tinggi Selain dipengaruhi secar kuat oleh faktor-faktor sosial dan karakteristik pribadi, agresi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terkait dengan situasi dan konteks peningkatan kekerasan sesuatu yang tidak dibutuhkan oleh spesies kita. Pada penelitian yang telah dilakukan dengan Baron, 1972a dalam suatu kondisi, penyejuk udara dinyalahkan, sehingga ruangan menjadi sejuk dan nyaman. Dalam kondisi lain, kami mematikan penyejuk udaran dan membuka jendala; hal ini meningkatkan suhu udara. Hasil dari penelitian; suhu udara tinggi mengurangi agresi bik pada orang yag diprovokasi maupun yang tidak diprovokasi. 2. Konsumsi alkohol Dipercaya seseorang secara luas bahwa beberapa orang, setidaknya, menjadi lebih agresif ketika mereka mengkonsumsi alkohol dibandingkan dengan orang yang tidak mengkonsumsi alkohol. Fakta bahwa bar-bar dan club sering menjadi tempat terjadinya kekerasan. Menurut Sarwono 2009: 152 faktor yang mempengaruhi perilaku agresif seorang individu sebagia berikut: a. Sosial, faktor sosial yang dapat menyebabkan perilaku agresif adalah frustasi, provokasi dan pemakaian alkohol. b. Personal, faktor personal disini yaitu kepribadian seseorang dan juga perbedaan jenis kelamin yang sama sering diungkapkan bahwa lelaki lebih agresif dari pada perempuan. c. Kebudayaan, lingkungan juga berperan terhadap tingkah laku sehingga kebudayaan merupakan salah satu penyebab munculnya perilaku agresif. d. Situasional, keadaan cuaca panas sering memicu timbulnya perilaku agresif. e. Sumber daya, salah satu pendukung utama kehidupan manusia adalah daya dukung alam dan jika sumber alam tidak mencukupi kebutuhan manusia karena keterbatasannya, maka bisa menimbulkan perilaku agresif f. Media masa, tayangan dari televisi berpotensi besar diimitasi oleh individu. Sedangkan menurut Dayakisni 2009:206 faktor yang mempengaruhi perilaku agresif adalah 1 deindividuasi, faktor ini memperbesar kemungkinan terjadinya agresi karena deindividuasi menyingkarkan atau mengurangi peranan aspek identitas diri yang terdapat pada diri pelaku maupaun identitas diri korban dan keterlibatan emosional pelaku agresi. 2 kekuasaan dan kepatuhan, peranan kekuasaan sebagai pengarah kemunculan agresi tidak dapat dipisahkan dari salah satu aspek penunjang kekuasaan itu yakni kepatuhan, 3 provokasi, faktor ini dapat menimbulkan agresi karena provokasi itu oleh pelaku dilihat sebagai ancaman yang harus dihadapi dengan respon agresi untuk meniadakan bahaya yang diisyaratkan oleh ancaman itu, 4 pengaruh obat-obatan terlarang Drug Effect, penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohhol meningkatkan kemungkinan respon agresif ketika seorang diprovokasi. Menurut Zainun dalam Supriyo 69:2008menyatkan bahwa ada bebrapa hal yang dapat mempengaruhi timbulnya perilaku agresif antara lain yaitu: a. Amarah, merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktifitas sitem saraf para simpatik yang tinggi dan adanya perasaan yang tidak suka sangat kuat yang biasanya disebabkan adanya kesalahan, yang mungkin nyata-nyata salah satu atau mungkin juga tidak. b. Kekecewaan, sakit fisik, penghinaan, atau ancaman sering memancing amarah dan akhirnya memancing agresi. c. Ejekan, hinaan dan ancaman merupakan pancingan yang jitu terhadap amarah yang akan mengarah pada agresi. d. Menurut Davidoff dalam Supriyo 70:2008, gen tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku agresi. e. Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata juga dapat memperkuat atau menghambat sikruit neural yang mengendalikan emosi. f. Kimia darah khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan oleh faktor keturunan juga dapat mempengaruhi perilaku agresi.pada wanita yang sedang mengalami masa haid, kadar hormon kewanitaanya yaitu estogren dan progresteron menurun jumlahnya akibatnya banyak wanita yang melaporkan bahwa perasaan mereka mudah tersinggung, gelisah, tegang, dan bermusuhan g. Kesenjangan generasi, yaitu adanya perbedaan atau jurang pemisah antra generasi anak dengan orang tuanya dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi yang semakin minimal dan seringkali tidak nyambung. h. Lingkungan, apabila seorang anak dibesarkan dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku agresi mereka secara alamia mengalami peningkatan. i. Peran belajar model kekerasan, tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat ini anak-anak dan remaja banyak belajar menyaksikan adegan kekerasan memalui televisi dan juga “games” ataupun permianan yang bertema kekerasan. Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan faktor yang mempengaruhi perilaku agresif ada dua yaitu faktor internal dan eksternal. 2.5.4.1 Faktor Internal Faktor internal merupakan faktor yang muncul dari dalam individu itu sendiri. Pada faktor internal ini terdapat lima faktor yaitu: 1. Biologis a Gen pembawa sifat dari orang tua tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku agresi. Faktor keturunan dapat mempengaruhi, misalnya pada orang tua yang mempunyai sifat keras, sifat tersebut dapat menurun pada anaknya. Sedangkan dalam penelitian, pada jenis kelamin jantan memiliki tingkat agresifitas yang lebih tinggi dari pada jenis kelamin betina. b Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi dapat memperkuat atau menghambat jalan syaraf yang mengendalikan agresi. Seseorang yang sering merasakan kesenangan, kegembiraan, cenderung tidak pernah melakukan kekejaman dan pengahncuran agresi dibandingkan dengan orang yang tidak pernha merasakan kesenangan, kegembiraan dll. c Kimia darah khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan oleh faktor keturunan juga dapat mempengaruhi perilaku agresi pada wanita yang sedang mengalami haid, kadar hormon kewanitaan yaitu estrogen, dan progresteron menurun jumlahnya, akibatnya wanita bahwa prasaan mereka mudah tersinggung, gelisah, tegang, dan bermusuhan. Banyak wanita yang melakukan tidakan ini saat berlangsungnya masa haid. 2. Deinduvidualis Deindividuasi dapat memperkuat agresif pada seseorang, karena hal ini akan membuat sesorang mengabaikan jati dirinya sendiri dan si korban, tidak memperdulikan lagi, dan emosioanal pelaku semakin tingga tidak terkontrol. 3. Pola perilaku type A. Dalam pola perilaku A mempunyai karakter 1 sangat kompetitif, 2 selalu terburu-buru serta, 3 mudah tersinggung dan agresif, dalam istilah psikologi sebagai pola perilaku Tipe A Type A behaviour pattern Glass, 1977; Strube, 1989 dalam Robert dan Donn 2005:151. Pada sisi lain seseorang yang berkebalikan dengan karakteristik pada type A, berarti ia memiliki pola type B. Melihat karakteristik tersebut bahwa tipe A cenderung lebih agresif dari pada type B. 4. Mempersepsikan Maksud Jahat Dalam Diri Orang Lain: Bias Atribusional Hostile Orang-orang yang memiliki bias atribusional hostile yang tinggi jarang mempresepsikan tindakan hostile orang lain sebagai ketidaksengajaan, namun segera mengasumsikan bahwa tindakan provokasi manapun dari orang lain tersebut sebagai sengaj, dan mereka segera beraksi melawan atau membalasnya. 5. Narsisme, Ancaman-Ego, Dan Agresi: Bahaya Keinginan Untuk Menjadi Superior Orang dengan narsisme narcissim yang tinggi orang yang setuju dengan pernyataan seperti “Jika saya memperinta dunia, maka dunia akan menjadi tempat yang jauh lebih baik” dan “saya lebih mampu dari pada orang lain” bereaksi dengan tigkat agresi yang sangat tinggi terhadap penghinaan dari orang lain, umpan balik yang mengancam self-imagemereka tinggi Bhusman dan Baumeister ,1998 dalam Robert dan Donn 2005:152. Orang yang seperti itu biasanya mempunya tingkatn sensivitas yang tingggi pada dirinya, sehingga ia mudah tersinngung saat mendapat masukan dariorang lain. 2.5.4.2 Faktor Eksternal Faktor eksternal merupakan faktor yang muncul dari luar individu itu sendiri. Pada faktor eksternal ini terdapat beberapa faktor yaitu: 1. Lingkungan Lingkungan dapat mempengaruhi sesorang dalam bertingkah. Seorang anak yang dibersarkan dalam pada ekonomi kebawah kemiskinan cenderung lebih tinggi agresifitasnya. Selain itu juga anak yang hidup pada lingkungan yang kurang baik cenderung lebih agfresif. 2. Media Dengan pergantian zaman ini, perkembangan media terjadi dengan pesat, tanpa kita sadari terkadang media tersebut memberikan pengaruh yang tidak baik bagi kita, ada beberapa media yang dapat menimbulkan perilaku agresif, antara lain televisi, games, pornografi dll. Pada media tersebut terkadang menampilkan hal-hal yang tidak baik untuk dipertontonkan, karena pada dasarnya pada usia remaja memiliki rasa ingin yang tahu lebih tinggi, sehingga individu meniru apa yang telah dipertontonnya. 3. Profokasi Profokasi dapat menimbulkan agresif pada seseorang, karena profokasi akan dilihat oleh pelaku sebangai ancaman yang harus dilawan dengan respon agresif. Seseorang yang mendapat profokasi biasanya tingkatan emosionalnya kan semakin tinngi, dan itu akan semakin memperkuat seseorang untuk berperilaku agresif. Seseorang yang sedang menggunakan obat terlarang akan mudah untuk terprofokasi, dan itu memudahkan seseorang untuk melakukan agresif. 4. Peristiwa tidak menyenangkan Peristiwa yang tidak menyenangkan untuk seseorang akan menimbulkan agresif pada seseorang, peristiwa tersebut diantranya adalah sakit, terhina, dan panas. a Sakit Seseorang yang sedang mengalmi rasa sakit fisik mauh psikis kekecewaan akan menimbulkan ledakan emosi, bahkan siksaan yang bersa dari kondisi depresi dapat meningkatkan permusuhan dan perilaku agresif. b Hinaan Hinaan yang dilakukan oleh lawan akan memancing terhadap amarah yang mengarah pada agresif. Ejekan yang semakin seru yang dilakuakn oleh teman-teman yang lain akan lebih memanan situasinya, apabila indivudu tidak dapat menahan emosinya maka ia akan menyerang balik lawan tersebut. c Panas Pada cuaca yang panas, seseorang akan cenderung untuk marah. Misalnya saja, seseorang ynag sedang berdesakan dalam keadaan panas maka orang tersebut akan sering marah. 5. Alkohol Seseorang yang menggunakan alkohol akan membuat dirinya sulit untuk menimbang konsekuensi-konsekuensi dari perilakunya, melonggarkan hambatan, dan menurunkan sensivitas pada tanda-tanda yang membangkitkan kecemasan, yang sebenarnya dilain kesempatan Dapat berfungsi menghambat implus-implus agresif. 6. Sosiokultural Keadaaan ekonomi dalam keluar berpengaruh terhadapa perilaku agresif. Dalam keluarga yang berada dalam ekonomi kebawah biasanya berada dalamtekanan-tekanan hidup, termasuk tekanan yang berkaitan dengan kekerasan yang berada dalam lingkungannya.

2.6 Persepsi Siswa Tentang Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresif