Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha siswa SMK di Kabupaten Bantul : studi kasus pada siswa kelas XI SMK di-Bantul.

(1)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA SMK DI KABUPATEN BANTUL

(Studi Kasus Pada Siswa SMK Kelas XI SMK di-Bantul) Agustina Kristiani

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif dan signifikan: (1) kebutuhan akan prestasi terhadap intensi berwirausaha siswa SMK; (2) pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha siswa SMK; (3) akses terhadap modal terhadap intensi berwirausaha siswa SMK; (4) latar belakang pekerjaan orang tua terhadap intensi berwirausaha siswa SMK; (5) kreatifitas dan inovatif terhadap intensi berwirausaha siswa SMK.

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2016 – Oktober 2016. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK di SMK N 1 Bantul, SMK Putra Tama Bantul, dan SMK 17 Bantul dengan jumlah 343 siswa. Jumlah sampel sebanyak 185 siswa diambil dengan teknik Purposive Sampling. Data dikumpulkan dengan teknik kuesioner dan dianalisis dengan teknik Chi-Square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tidak ada pengaruh kebutuhan akan prestasi terhadap intensi berwirausaha siswa SMK (Pearson Chi-Square x2 hitung sebesar 0,149; dengan nilai Asymp. Sig 0,928); (2) ada pengaruh positif dan signifikan pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha siswa SMK (Pearson Chi-Square x2 hitung sebesar 19,565; dengan nilai Asymp. Sig 0,000); (3) tidak ada pengaruh akses terhadap modal terhadap intensi berwirausaha siswa SMK (Pearson Chi-Square x2 hitung sebesar 1,208; dengan nilai Asymp. Sig 0,272); (4) tidak ada pengaruh latar belakang pekerjaan orang tua (pekerjaan ayah) terhadap intensi berwirausaha siswa SMK (Pearson Chi-Square x2 hitung sebesar 1,985; dengan nilai Asymp. Sig 0,159); tidak ada pengaruh latar belakang pekerjaan orang tua (pekerjaan ibu) terhadap intensi berwirausaha siswa SMK (Pearson Chi-Square x2 hitung sebesar 0,327; dengan nilai Asymp. Sig 0,568); (5) ada pengaruh positif dan signifikan kreatifitas dan inovatif terhadap intensi berwirausaha. siswa SMK (Pearson Chi-Square (x2 hitung) sebesar 17,290; dengan nilai Asymp. Sig 0,000).


(2)

ABSTRACT

FACTORS THAT AFFECT STUDENTS’ INTENTION IN

ENTREPRENEURSHIP OF SMK STUDENTS IN BANTUL REGENCY (A Case Study on Students of the Eleventh Grade in SMK-Bantul)

Agustina Kristiani Sanata Dharma University

2016

This research aims to find out if there is a positive and significant influence in (1) the needs for achievement toward entrepreneurship intension of vocational students; (2) entrepreneurship education toward entrepreneurship intension of vocational students; (3) the access toward capital intension of entrepreneurship of vocational students; (4) parents employment background toward entrepreneurship intension of vocational students; (5) creativity and innovation toward entrepreneurship intension of vocational students.

This type of research is a case study. The research was carried out from July to October, 2016. The population of this research were 343 students of the eleventh grade students of SMK N 1 Bantul, SMK Putra Tama Bantul, and SMK 17 Bantul. The samples were 185 students. The samples were taken by purposive sampling technique. Data were collected by using a questionnaire and analyzed by Chi – Square technique.

The result shows that: (1) there is not any effect toward the achievement in entrepreneurship intension of vocational students (the Pearson Chi-Squre x2 count of 0,149; Asymp value. SIG 0,928); (2) there is a positive and significant impact of entrepreneurship education on entrepreneurship intension of vocational students (the Pearson Chi-Squre x2 count of 19,565; Asymp value. SIG 0,000); (3) there is no influence access toward capital intension of entrepreneurship vocational students (the Pearson Chi-Squre x2 count of 1,208; Asymp value. SIG 0,272); (4) there is no influence of parents’ employment background (father’s occupation) toward entrepreneurship intension of vocational students (the Pearson Chi-Squre x2 count of 1,985; Asymp value. SIG 0,159); there is no influence of parents’ employment background (mother’s occupation) toward entrepreneurship intension of vocational students (the Pearson Chi-Squre x2 count of 0,327; Asymp value. SIG 0,568); (5) there is a positive and significant influence of creativity and innovation toward entrepreneurship intension of vocational students (the Pearson Chi-Squre x2 count of 17,290; Asymp value. SIG 0,000).


(3)

FAK

BERW

BI JU

KTOR–FA

WIRAUSA

(Studi K

Di Bida PROG IDANG KE URUSAN P FAKULT

AKTOR Y

AHA SISW

Kasus Pada

ajukan untu Memperole Program ang Keahlia A GRAM ST EAHLIAN PENDIDIK TAS KEGU UNIVERS Y

YANG ME

WA SMK

a Siswa Ke

SKRIP

uk Memenu eh Gelar Sa Studi Pendi an Khusus P

Oleh Agustina K NIM: 1213 TUDI PEND KHUSUS P KAN ILMU URUAN DA SITAS SAN YOGYAKA 2016

EMPENG

K DI KAB

elas XI SM

PSI

uhi Salah Sa arjana Pendi idikan Ekon Pendidikan : Kristiani 334030 DIDIKAN E PENDIDIK U PENGET AN ILMU NATA DHA ARTA 6

GARUHI

BUPATEN

MK di-Ban

atu Syarat idikan nomi Akuntansi EKONOM KAN AKUN TAHUAN S PENDIDIK ARMA

INTENS

N BANTU

ntul)

MI NTANSI SOSIAL KAN

SI

UL


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

TUHAN YESUS KRISTUS

Terimakasih Tuhan Yesus Kristus Juru Selamatku atas kelancaran dan kemudahan yang engkau berikan dalam mengerjakan skripsiku ini.

Orang tuaku tercinta, Bapak Yanorol T dan Ibu Jumiyati Muyo, S.P. dan Orang tua angkatku, Bapak Robby Lasut dan Ibu Tersina Hetty yang selalu memberikanku dukungan, doa, semangat, motivasi, dan selalu mendengarkan keluh kesahku dalam menyelesaikan skripsiku.

Adik-adikku tersayang, Alberto Faramori dan Feronikha yang selalu memintaku untuk menyelesaikan skripsi ini dan yang selalu

memberikanku dukungan dan semangat.

Keluarga Bentian Besar, yang selalu mengingatkan untuk semangat dan teruslah berjuang untuk mencapai keberhasilan.

Pacarku, Sonny Farlin terima kasih yang telah menemaniku selama ku mengerjakan skripsi ini, yang selalu mau mendengarkan keluh

kesahku, membantuku dalam membuat abstrak dan selalu memberikan semangat kepadaku untuk menyelesaikan skripsi ini.

Yuliana Kartika, S.Pd., teman yang membantuku dalam menyelesaikan skripsi ini yang memberikan saran, kritik, masukan

kepadaku.

Teman-teman seperjuanganku, Astry, Tyo, Marsel, Bima, Vero dan Ayu yang menjadi teman diskusi dan berjuang bersama-sama dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Teman-teman Pendidikan Akuntansi seperjuangan selama kuliah Devi, Dita, Epi, Neneng, Desy, Angel, Sella, Sari, Lilis, Vera, Mega,

There, Olive, dll.

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku: Universitas Sanata Dharma


(7)

v

Motto

“Marilah Kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu”

(Matius, 11:28)

“Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya”

(Amsal, 10:4)

Jangan Takut melangkah, karena jarak 1000 mil tetap dimulai dengan langkah pertama.


(8)

(9)

(10)

viii ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSI BERWIRAUSAHA SISWA SMK DI KABUPATEN BANTUL

(Studi Kasus Pada Siswa SMK Kelas XI SMK di-Bantul) Agustina Kristiani

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif dan signifikan: (1) kebutuhan akan prestasi terhadap intensi berwirausaha siswa SMK; (2) pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha siswa SMK; (3) akses terhadap modal terhadap intensi berwirausaha siswa SMK; (4) latar belakang pekerjaan orang tua terhadap intensi berwirausaha siswa SMK; (5) kreatifitas dan inovatif terhadap intensi berwirausaha siswa SMK.

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2016 – Oktober 2016. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMK di SMK N 1 Bantul, SMK Putra Tama Bantul, dan SMK 17 Bantul dengan jumlah 343 siswa. Jumlah sampel sebanyak 185 siswa diambil dengan teknik Purposive Sampling. Data dikumpulkan dengan teknik kuesioner dan dianalisis dengan teknik Chi-Square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tidak ada pengaruh kebutuhan akan prestasi terhadap intensi berwirausaha siswa SMK (Pearson Chi-Square x2 hitung sebesar 0,149; dengan nilai Asymp. Sig 0,928); (2) ada pengaruh positif dan signifikan pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha siswa SMK (Pearson Chi-Square x2 hitung sebesar 19,565; dengan nilai Asymp. Sig 0,000); (3) tidak ada pengaruh akses terhadap modal terhadap intensi berwirausaha siswa SMK (Pearson Chi-Square x2 hitung sebesar 1,208; dengan nilai Asymp. Sig 0,272); (4) tidak ada pengaruh latar belakang pekerjaan orang tua (pekerjaan ayah) terhadap intensi berwirausaha siswa SMK (Pearson Chi-Square x2 hitung sebesar 1,985; dengan nilai Asymp. Sig 0,159); tidak ada pengaruh latar belakang pekerjaan orang tua (pekerjaan ibu) terhadap intensi berwirausaha siswa SMK (Pearson Chi-Square x2 hitung sebesar 0,327; dengan nilai Asymp. Sig 0,568); (5) ada pengaruh positif dan signifikan kreatifitas dan inovatif terhadap intensi berwirausaha. siswa SMK (Pearson Chi-Square (x2 hitung) sebesar 17,290; dengan nilai Asymp. Sig 0,000).


(11)

ix ABSTRACT

FACTORS THAT AFFECT STUDENTS’ INTENTION IN

ENTREPRENEURSHIP OF SMK STUDENTS IN BANTUL REGENCY (A Case Study on Students of the Eleventh Grade in SMK-Bantul)

Agustina Kristiani Sanata Dharma University

2016

This research aims to find out if there is a positive and significant influence in (1) the needs for achievement toward entrepreneurship intension of vocational students; (2) entrepreneurship education toward entrepreneurship intension of vocational students; (3) the access toward capital intension of entrepreneurship of vocational students; (4) parents employment background toward entrepreneurship intension of vocational students; (5) creativity and innovation toward entrepreneurship intension of vocational students.

This type of research is a case study. The research was carried out from July to October, 2016. The population of this research were 343 students of the eleventh grade students of SMK N 1 Bantul, SMK Putra Tama Bantul, and SMK 17 Bantul. The samples were 185 students. The samples were taken by purposive sampling technique. Data were collected by using a questionnaire and analyzed by Chi – Square technique.

The result shows that: (1) there is not any effect toward the achievement in entrepreneurship intension of vocational students (the Pearson Chi-Squre x2 count of 0,149; Asymp value. SIG 0,928); (2) there is a positive and significant impact of entrepreneurship education on entrepreneurship intension of vocational students (the Pearson Chi-Squre x2 count of 19,565; Asymp value. SIG 0,000); (3) there is no influence access toward capital intension of entrepreneurship vocational students (the Pearson Chi-Squre x2 count of 1,208; Asymp value. SIG 0,272); (4) there is no influence of parents’ employment background (father’s occupation) toward entrepreneurship intension of vocational students (the Pearson Chi-Squre x2 count of 1,985; Asymp value. SIG 0,159); there is no influence of parents’ employment background (mother’s occupation) toward entrepreneurship intension of vocational students (the Pearson Chi-Squre x2 count of 0,327; Asymp value. SIG 0,568); (5) there is a positive and significant influence of creativity and innovation toward entrepreneurship intension of vocational students (the Pearson Chi-Squre x2 count of 17,290; Asymp value. SIG 0,000).


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi Berwirausaha Siswa SMK di Kabupaten bantul” dengan lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Selama menyusun dan penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma.

4. Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing, terimakasih untuk doa, bimbingan, serta bantuannya selama ini. Terimakasih pula untuk motivasi, nasihat, perhatian yang telah Bapak berikan kepada saya.


(13)

xi

5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi yang telah membagikan ilmu pengetahuan dan membimbing saya selama proses perkuliahan.

6. Staf Kesekretariatan Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi yang telah membantu saya dalam urusan administrasi selama proses perkuliahan. 7. Keempat Orang tuaku tercinta, Bapak Yanorol, Bapak Robby, Ibu Jumiyati,

S.P. dan Ibu Hetty yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat, motivasi dan selalu mendengarkan keluh kesah ku ketika aku merasa lelah dan bosan dalam mengerjakan skripsiku.

8. Adik-adikku, Albertho dan Feronikha yang selalu memberikan semangat, dorongan, dan doa dalam mengerjakan skripsi ini.

9. Pacarku, Sonny Farlin, S.Pd. yang selalu memberiku kasih sayang, perhatian, dukungan, memberikan masukan - masukan, dan menyemangatiku dalam penyusunan skripsi ini.

10. Yuliana Kartika Tri Utami, S.Pd. yang selalu memberikan semangat, dukungan, saran, bantuan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

11. Sahabat – sahabatku yang selalu bersamaku dan mendampingiku Akwilina Astry Riani dan Tio Doris Sidauruk.

12. Teman-teman satu bimbingan skripsi: Astry, Tyo, Bima, Marsel, Ayu Puspita, Vero yang selalu setia menjadi teman diskusi saat mengerjakan skripsi ini. 13. Teman-teman pendidikan akuntansi seperjuangan selama kuliah: Devi, Dita,


(14)

(15)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II: LANDASAN TEORI ... 10

A. Kewirausahaan ... 10

B. Intensi Berwirausaha ... 14

C. Kebutuhan Akan Prestasi ... 19

D. Pendidikan Kewirausahaan ... 21

E. Akses Terhadap Modal ... 27

F. Pekerjaan Orang Tua ... 33


(16)

xiv

H. Penelitian yang Relevan ... 43

I. Kerangka Berpikir ... 46

J. Paradigma Penelitian ... 50

K. Hipotesis ... 51

BAB III: METODE PENELITIAN ... 53

A. Jenis Penelitian ... 53

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 53

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 54

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 54

1. Populasi Penelitian ... 54

2. Sampel Penelitian ... 55

3. Teknik Pengambilan Sampel... 56

E. Variabel dan Pengukurannya ... 58

1. Variabel Penelitian ... 58

2. Teknik Pengukuran Variabel Penelitian... 60

F. Teknik Pengumpulan Data ... 61

G. Operasionalisasi Variabel ... 62

H. Teknik Pengujian Instrumen ... 65

1. Uji Validitas ... 65

2. Uji Reliabilitas ... 72

I. Teknik Analisis Data ... 74

1. Analisis Deskripsi ... 74

2. Pengujian Prasyarat Analisis ... 78

3. Pengujian Huipotesis dan Penarikan Kesimpulan... 78

BAB IV : PEMBAHASAN ... 83

A. Deskripsi Data ... 83

1. Deskripsi Responden Penelitian ... 83

2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 84


(17)

xv

C. Pengujian Hipotesis ... 93

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 111

BAB V : KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 121

A. Kesimpulan ... 121

B. Keterbatasan ... 122

C. Saran ... 123

Daftar Pustaka ... 126


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakteristik dan Watak Kewirausahaan ... 12

Tabel 3.1 Tempat Penelitian SMK di Kabupaten Bantul ... 54

Tabel 3.2 Data SMK Negeri dan Swasta Sebagai Populasi Penelitian ... 55

Tabel 3.3 Data Siswa Kelas XI SMK Sebagai Sampel Penelitian ... 57

Tabel 3.4 Skor Skala Likert dalam Kuesioner ... 61

Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel Intensi Berwirausaha ... 62

Tabel 3.6 Operasionalisasi Variabel Kebutuhan Akan Prestasi ... 63

Tabel 3.7 Operasionalisasi Variabel Pendidikan Akuntansi ... 63

Tabel 3.8 Operasionalisasi Variabel Akses Terhadap Modal ... 64

Tabel 3.9 Operasionalisasi Variabel Pekerjaan Orang Tua ... 64

Tabel 3.10 Operasionalisasi Variabel Kreatifitas dan Inovatif ... 65

Tabel 3.11 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Variabel Intensi Berwirausaha ... 66

Tabel 3.12 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Variabel Intensi Berwirausaha Setelah Diolah Kembali ... 67

Tabel 3.13 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Variabel Kebutuhan Akan Prestasi ... 68

Tabel 3.14 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Variabel Kebutuhan Akan Prestasi Setelah Diolah Kembali ... 69

Tabel 3.15 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Variabel Kebutuhan Akan Prestasi Setelah Diolah Kembali ... 69

Tabel 3.16 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Variabel Akses Terhadap Modal ... 70

Tabel 3.17 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Variabel Kreatifitas dan Inovatif ... 70

Tabel 3.18 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Variabel Kreatifitas dan Inovatif Setelah Diolah Kembali ... 71

Table 3.19 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Variabel Kreatifitas dan Inovatif Setelah Diolah kembali ... 72


(19)

xvii

Tabel 3.20 Kriteria Koefisien Korelasi Realibilitas ... 73

Table 3.21 Hasil Uji Reabilitas Instrumen ... 73

Table 3.22 Nilai Presentil PAP Tipe II ... 75

Tabel 3.23 Kriteria Rasio C/Cmax ... 82

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Asal Sekolah .... 83

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Status Sekolah . 84 Tabel 4.3 Perhitungan dan Inteprestasi Penilaian Intensi Berwirausaha ... 85

Tabel 4.4 Perhitungan dan Inteprestasi Penilaian Kebutuhan Akan Prestasi 86 Tabel 4.5 Perhitungan dan Inteprestasi Penilaian Pendidikan Kewirausahaan 87 Tabel 4.6 Perhitungan dan Inteprestasi Penilaian Akses Terhadap Modal ... 88

Tabel 4.7 Perhitungan dan Inteprestasi Penilaian Kreatifitas dan Inovatif ... 89

Tabel 4.8 Uji Normalitas Intensi Berwirausaha ... 90

Tabel 4.9 Uji Normalitas Kebutuhan Akan Prestasi ... 91

Tabel 4.10 Uji Normalitas Pendidikan Kewirausahaan ... 91

Tabel 4.11 Uji Normalitas Akses Terhadap Modal ... 92

Tabel 4.12 Uji Normalitas Kreatifitas dan Inovatif ... 92

Tabel 4.13 Tabel Kontigensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Kebutuhan Akan Prestasi Terhadap Intensi Berwirausaha ... 94

Tabel 4.14 Hasil Analisis Chi – Square Pengaruh Kebutuhan Akan Prestasi Terhadap Intensi Berwirausaha ... 95

Tabel 4.15 Hasil Analisis Koefisien Kontigensi Pengaruh Kebutuhan Akan Prestasi Terhadap Intensi Berwirausaha ... 96

Tabel 4.16 Tabel Kontigensi dan Frekuensi Harapan Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Intensi Berwirausaha ... 97

Tabel 4.17 Hasil Analisis Chi – Square Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Intensi Berwirausaha ... 98

Tabel 4.18 Hasil Analisis Koefisien Kontigensi Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Intensi Berwirausaha ... 98

Tabel 4.19 Tabel Kontigensi dan Frekuensi Harapan Akses Terhadap Modal Terhadap Intensi Berwirausaha ... 100


(20)

xviii

Tabel 4.20 Hasil Analisis Chi – Square Pengaruh Akses Terhadap

Modal Terhadap Intensi Berwirausaha ... 102 Tabel 4.21 Hasil Analisis Koefisien Kontigensi Pengaruh Akses Terhadap

Modal Terhadap Intensi Berwirausaha ... 102 Tabel 4.22 Tabel Kontigensi dan Frekuensi Harapan Latar Belakang

Pekerjaan Ayah Terhadap Intensi Berwirausaha ... 103 Tabel 4.23 Hasil Analisis Chi – Square Pengaruh Latar Belakang

Pekerjaan Ayah Terhadap Intensi Berwirausaha ... 104 Tabel 4.24 Hasil Analisis Koefisien Kontigensi Pengaruh

Latar Belakang Pekerjaan Ayah Terhadap Intensi Berwirausaha . 105 Tabel 4.25 Tabel Kontigensi dan Frekuensi Harapan Latar Belakang

Pekerjaan Ibu Terhadap Intensi Berwirausaha ... 105 Tabel 4.26 Hasil Analisis Chi – Square Pengaruh Latar Belakang

Pekerjaan Ibu Terhadap Intensi Berwirausaha ... 107 Tabel 4.27 Hasil Analisis Koefisien Kontigensi Pengaruh

Latar Belakang Pekerjaan Ibu Terhadap Intensi Berwirausaha .... 107 Tabel 4.28 Tabel Kontigensi dan Frekuensi Harapan Kreatifitas dan

Inovatif Terhadap Intensi Berwirausaha ... 108 Tabel 4.29 Hasil Analisis Chi – Square Pengaruh Kreatifitas dan

Inovatif Terhadap Intensi Berwirausaha ... 109 Tabel 4.30 Hasil Analisis Koefisien Kontigensi Pengaruh Kreatifitas dan


(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Penelitian ... 129

Lampiran 2 Data Induk Responden ... 137

Lampiran 3 Validitas dan Reliabilitas ... 145

Lampiran 4 Deskripsi Data ... 163

Lampiran 5 Pengujian Normalitas ... 170

Lampiran 6 Pengujian Hipotesis ... 173

Lampiran 7 Tabel R ... 181


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengangguran di Indonesia saat ini merupakan salah satu permasalah yang masih menjadi pemikiran pemerintah dalam pembangunan suatu Negara. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat penganguran di Indonesia pada bulan Agustus 2015 adalah sekitar 6,18 % (www.bps.go.id) hal tersebut dikarenakan banyaknya lulusan yang menginginkan bekerja pada sebuah intansi atau perusahaan. Ini selaras dengan pendapat Mulyana dan Puspitasari (2014) sebagian besar lulusan SMK bekerja sebagai pegawai atau sangat sedikit yang menjadi pencipta lapangan kerja.

Untuk meminimalkan pengangguran hal yang dapat dilakukan yaitu menciptakan lapangan pekerjaan. Untuk menciptakan lapangan pekerjaan itu sendiri diperlukan orang-orang yang mau berwirausaha atau menjadi wirausahawan. Salah satu cara agar menjadi wirausahawan adalah dengan mengikuti sekolah formal yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK memiliki peranan yang besar dan penting dalam menyiapkan siswa-siswinya untuk menjadi lulusan yang siap kerja dan siap untuk menciptakan lapangan pekerjaan (berwirausaha), kurikulum dirancang agar siswa dapat memiliki keahlian sesuai dengan bidang yang diinginkan dan digeluti. Hal tersebut setara dengan pengertian SMK menurut Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah adalah pendidikan yang menyiapkan peserta didik menjadi


(23)

manusia yang produktif, yang langsung dapat bekerja di bidangnya setelah melalui pendidikan.

Siswa SMK mendapatkan keistimewaan dibandingkan dengan siswa SMA. Di SMK siswa mendapatkan pendidikan kewirausahaan. Menurut Mulyana dan Puspitasari (2014) pengaruh pendidikan kewirausahaan telah dipertimbangkan sebagai salah satu faktor penting untuk menumbuhkan dan mengembangkan hastrat, jiwa dan perilaku berwirausaha di kalangan generasi muda. Materi kewirausahaan di ajarkan kepada siswa di SMK–SMK dengan harapan para siswa akan tertarik untuk menjadi wirausaha selama atau setelah menyelesaikan sekolahnya sehingga mereka bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri dan masyarakat. Selain itu dengan mendapatkan pendidikan kewirausahaan siswa siswi SMK juga mendapatkan bekal seperti teori hingga konsep tentang berwirausaha, memiliki keterampilan/skill, kepercayaan diri ketika memulai usaha dengan optimis, berkomitmen, disiplin dan bertanggug jawab.

Berdasarkan wawancara yang dilakukkan kepada beberapa siswa SMK dapat disimpulkan bahwa siswa yang telah mendapatkan pendidikan kewirausahaan cenderung tidak memiliki intensi berwiausaha. Mereka beranggapan bahwa mereka belum memiliki bekal untuk bewirausaha, mereka sadar akan ada sifat seorang wirausaha yang sebaiknya dimiliki namun mereka beranggapan tidak memilikinya. Selain itu dalam berwirausaha ada resiko yang mungkin dapat terjadi, tetapi siswa tidak ingin memikirkan resiko ketika memiliki usaha.


(24)

Pekerjaan orang tua merupakan salah satu faktor yang juga mempunyai peranan terhadap niat berwirausaha siswa. Menurut Scholatika Dewi Mariani (2010) dalam profesi orang tua berkaitan erat dengan pola mengasih anak, sehingga pekerjaan mempengaruhi perkembangan anak dan pemikiran anak. Dalam hal ini jenis pekerjaan orang tua dibedakan menjadi dua jenis yaitu wirausah dan bukan wirausaha. Jadi jika orang tuanya bekerja sebagai wirausahawan maka anak akan mendapat dorongan dari orang tuanya untuk mengikuti jejak orang tuanya yaitu sebagai wirausaha. Selain itu anak juga sudah mendapatkan gambaran sebagai wirausaha langsung dari orang tuanya, sehingga anak mempunyai pandangan untuk berwirausah bahkan memperluas usaha orang tuanya. Berbeda dengan anak yang orang tuanya bukan wirausaha, mereka tidak mempunyai gambaran langsung tentang wirausaha, namun dengan ilmu yang mereka peroleh dapat dijadikan sebagai dasar untuk berwirausaha, dan beranggapan untuk merubah kehidupannya menjadi lebih maju dengan berwirausaha.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa siswa SMK di Kecamatan Bantul ditemukan kenyataan bahwa para siswa SMK beranggapan bahwa mereka belum memiliki intensi berwirausaha yang tinggi. Siswa yang orang tuanya adalah wirausahawan beranggapan bahwa dengan menjadi seorang wirausaha harus mampu menjadi pemimpin dan dituntut untuk bertanggung jawab lalu akan ada resiko yang harus siap untuk ditanggung, semangat untuk berhasil juga sebaiknya dimiliki oleh seorang wirausaha dan dalam mendirikan suatu usaha diperlukan pemikiran-pemikiran


(25)

yang kreatif dan tindakan yang inovatif. Selain itu karena mereka telah mengetahui apa saja yang mungkin terjadi seperti resiko-resiko dalam usaha yang diijalankan oleh orang tuanya, tantangan-tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana sulitnya dalam mempertanggung jawabankan persoalan yang terjadi sehingga keinginan untuk berwirausaha sangat rendah. Mereka berpikir dengan menjadi seorang pekerja meraka akan terlepas dari semua itu. Beberapa siswa juga merasa mereka ingin menemukan sesuatu hal yang baru dengan mencari pekerjaan yang berbeda dengan orang tuanya, mereka merasa bosan dengan suasana yang ada dalam pekerjaan orang tuanya. Siswa yang orang tuanya adalah bukan wirausaha seharusnya lebih memikirkan menjadi seorang wirausaha untuk kehidupann yang lebih baik, namun mereka tidak memikirkan hal tersebut karena orang tuanya bukan bekerja sebagai wirausahawan sehingga mereka tidak memiliki contoh langsung.

Kebutuhan akan prestasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha. Kebutuhan akan prestasi diartikan sebagai suatu yang memotivasi seseorang utuk menghadapi tantangan untuk mencapai kesuksesan dan keunggulan (Mc Clelland, 1961 dalam Indarti & Rostiani, 2008). Seseorang yang memiliki kebutuhan akan prestasi memiliki ciri-ciri yang mendasar seperti berani mengambil resiko atas apa yang dilakukan, bertanggung jawab dalam membuat keputusan, ketika mengalami masalah maka tidak membiarkan masalah tersebut berlarut-larut namun mau mengatasi kesalahan atau kesulitan yang terjadi dan ketika telah menyelesaikan sesuatu pekerjaan maka secepatnya ingin meminta umpan balik dari hasil yang


(26)

dikerjakan tersebut. Jadi dalam berwirausaha juga dibutuhkan seseorang yang memiliki kebutuhan akan prestasi. Sehingga ketika dalam menjalankan usahanya ada kebutuhan dalam dirinya untuk berprestasi misalnya dengan mampu memperluas usahanya atau dengan memperoleh laba yang besar. Dalam kenyataannya sebagian besar siswa SMK di Kecamatan Bantul memiliki prestasi yang baik. Hal tersebut terlihat bagaimana siswa SMK berlomba-lomba mendapatkan nilai yang terbaik bahkan peringkat kelas yang tinggi. Hal-hal yang mereka lakukan seperti mengerjakan tugas yang diberikan, ketika tugas tersebut terasa sulit mereka tetap berusaha mengerjakannya, dan mereka mampu mempertangungjawabkan apa yang mereka kerjakan. Namun walaupun mereka memiliki kebutuhan akan prestasi, mereka belum berani untuk berwirausaha. Karena mereka merasa belum berani untuk membuka usaha. Mereka berangapan bahwa membuka usaha memerlukan prestasi yang lebih tinggi lagi, dan mereka hanya mampu berprestasi dan bersaing untuk mendapatkan prestasi disekolah yang teman bersaingnya mereka tau karakternya sedangkan untuk memiliki usaha harus bersaing dengan masyarakat luas yang tidak tau sedikitpun karakternya seperti apa.

Selain itu faktor yang juga mempengaruhi intensi berwirausaha adalah kreatifitas dan inovatif. Seseorang yang menjalankan suatu usaha diminta memiliki pikiran yang kreatif sehingga mampu bertindak secara inovatif dalam memajukan usahanya. Siswa SMK telah mengikuti pembeajaran di sekolah yang mengajarkan mereka banyak hal, selain itu mereka juga


(27)

dihadapkan dengan berbagai kegiatan sekolah. Selain itu siswa SMK diberikan kesempatan untuk merasakan pengalaman kerja lapangan sehingga mereka memiliki gambaran dan pengalaman langsung tentang berwirausaha dan bekerja. Namun pada diri siswa siswi SMK, mereka merasa tidak mampu memiliki pemikiran kreatif dan inovatif.

Dalam memulai suatu usaha yang tidak kalah pentingnya adalah modal. Menurut Rahmawati (2013) modal merupakan sejumlah dana yang menjadi dasar untuk mendidirikan suatu usaha, setiap usaha menggunakan dana ini untuk membelanjai aktivitas produksi dalam menghasilkan produk barang dan jasa. Siswa sebenarnya memiliki akses terhadap modal seperti tabungan pribadinya, teman atau saudara, dan sumber dana lainnya. Namun siswa tidak menyadari kalau mereka memiliki akses terhadap modal, yang mereka pikirkan bahwa modal saat membuka usaha sangat besar dan sulit didapatkan.

Daerah yang akan peneliti teliti adalah daerah kecamatan Bantul di Kabupaten Bantul. Alasan peneliti mengambil lokasi tersebut karena mayoritas pekerjaan para penduduknya adalah peternak (http://kec.bantul. bantulkab.go.id). Bagi penulis dengan usaha peternakan siswa bisa mendirikan berbagai usaha didaerah tersebut.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka peneliti ingin mengetahui pengaruh kebutuhan akan prestasi, pendidikan kewirausahaan, akses terhadap modal, pekerjaan orang tua dan kreativitas dan inovatif terhadap intensi berwirausaha pada siswa dan siswi SMK di Kabupaten Bantul. Selanjutnya peneliti mengambil judul Faktor - Faktor yang


(28)

Mempengaruhi Intensi Berwirausaha Pada Siswa SMK Di Kabupaten Bantul. Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus pada siswa kelas XI SMK di Kabupaten Bantul.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh kebutuhan akan prestasi terhadap intensi berwirausaha siswa SMK di Kabupaten Bantul?

2. Apakah ada pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha siswa SMK di Kabupaten Bantul?

3. Apakah ada pengaruh akses pada modal terhadap intensi berwirausaha siswa SMK di Kabupaten Bantul?

4. Apakah ada pengaruh pekerjaan orang tua terhadap intensi berwirausaha siswa SMK di Kabupaten Bantul?

5. Apakah ada pengaruh kreatifitas dan inovatif terhadap intensi berwirausaha siswa SMK di Kabupaten Bantul?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh kebutuhan akan prestasi terhadap intensi berwirausaha siswa SMK di Kabupaten Bantul.

2. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha siswa SMK di Kabupaten Bantul.

3. Untuk mengetahui pengaruh akses pada modal terhadap intensi berwirausaha siswa SMK di Kabupaten Bantul.


(29)

4. Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan orang tua terhadap intensi berwirausaha siswa SMK di Kabupaten Bantul.

5. Untuk mengetahui pengaruh kreativitas dan inovatif terhadap intensi berwirausaha siswa SMK di Kabupaten Bantul.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan tambahan informasi bagi penelitian selanjutnya serta serta menambah kepustakaan yang berguna bagi mahasiswa atau pihak lain yang membutuhkan.

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi sekolah untuk merumuskan bahan kebijakan sekolah yang berkaitan atau berhubungan dengan upaya meningkatkan intensi berwirausaha para siswa.

3. Bagi Penulis

Untuk dapat menambah pengetahuan dan mengetahui secara nyata tentang pengaruh kebutuhan akan prestasi, pendidikan kewirausahaan, akses pada modal, pekerjaan orang tua dan kreativitas dan inovatif terhadap intensi berwirausaha pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan sebagai bekal dalam memasuki dunia kerja.


(30)

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi peneliti selanjutnya.


(31)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kewirausahaan

1. Pengertian Kewirausahaan

Kewirausahaan menurut Basrowi (2011: 1) berasal dari kata wira dan usaha. Wira, berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha, berarti perbuatan amal, bekerja berbuat sesuatu. Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu. Menurut Hendro (2011: 29) wirausahaa adalah pelaku utama dalam pembangunan ekonomi dan fungsinya adalah melakukan inovasi atau kombinasi-kombinasi yang baru untuk sebuah inovasi.

Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak yang berpikir bahwa kewirausahaan itu identik dengan apa yang dimiliki dan dilakukan oleh usahawan atau wiraswasta. Namun pikiran itu salah, karena jiwa dan sikap kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh usahawan, namun juga dimiliki oleh setiap orang yang bisa berpikir kreatif dan mampu bertindak inovatif. Menurut Suryana (2006: 2) kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Jadi, dengan memiliki pemikiran yang kreatif dan didukung dengan tindakan yang inovatif maka akan terciptanya sesuatu yang baru sebagai sebuah peluang.


(32)

Menurut Thomas W. Zimmerer dalam Suryana (2013: 11) mengemukakan “Entrepreneurship is applying creativity and innovation to solve the problems and to exploit opportunities that people face

everyday”. Kewirausahaan adalah penerapan kreatifitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan upaya memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari. Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreatifitas, inovasi, dan keberanian menghadapi resiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru.

Pengertian kewirausahaan menurut Intruksi Presiden RI (dalam Basrowi, 2002: 2) No. 4 Tahun 1995: “kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau

memperoleh yang lebih besar”.

Sedangkan menurut Sumarsono (2013) entrepreneur (wirausaha) merupakan seseorang yang mengambil resiko yang diperlukan untuk mengorganisasi dan mengelola suatu bisnis dan menerima imbalan atau balas jasa berupa keuntungan (profit) dalam bentuk financial maupun non financial. Seseorang mampu dan berani menciptakan lapangan kerja bagi diri sendiri dan orang lain, yang bertujuan mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri dan masyarakat pada umumnya.


(33)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa entrepreneur (wirausaha) adalah orang yang mendirikan, mengembangkan, dan melembagakan usaha yang dimilikinya. Dalam usaha tersebut diperlukan sikap mental dalam melaksanakan usaha atau kegiatan dan proses menciptakan sesuatu yang lain dengan sikap kreatif yang tinggi, tindakan inovatif dan berani menghadapi risiko dalam rangka penciptaan tambahan kekayaan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Dalam berwirausaha sikap kreatif dan inovatif dibutuhkan untuk menciptakan sesuatu karya atau ide-ide yang baru yang berbeda dari yang lain.

2. Karakteristik Kewirausahaan

Seorang wirausahaan itu pasti memiliki karakteristik tertentu yang dapat kita liat. Menurut Suryana (2013: 22) ada 6 karakteristik dan watak kewirausahaan yang dapat kita liat sebagai berikut:

Tabel 2.1

Karakteristik dan watak Kewirausahaan

No Karakteristik Watak

a. Percaya diri dan optimis

Memiliki kepercayaan diri yang kuat, ketidakbergantungan terhadap orang lain, individualistis.

b. Berorientasi pada tugas dan hasil

Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, mempunyai dorongan kuat, energik, tekun dan tabah, bertekad kerja keras serta inisiatif.

c. Berani mengambil resiko dan menyukai tantangan

Mampu mengambil resiko yang wajar.

d. Kepemimpinan Berjiwa kepemimpinan, mudah

beradaptasi dengan orang lain, dan terbuka terhadap saran dan kritik.


(34)

No Karakter Watak e. Keorisinalitasan Inovatif, kreatif dan fleksibel f. Berorientasi masa

depan

Memiliki visi dan perspektif terhadap masa depan.

Menurut Suryana (2013: 108) keberhasilan dalam kewirausahaan ditentukan oleh tiga faktor, yaitu yang mencakup hal-hal berikut:

a. Kemampuan dan kemuan. Orang yang tidak memiliki kemampuan, tetapi banyak kemauan dan orang yang memiliki kemauan, tetapi tidak memiliki kemampuan, keduanya tidak akan menjadi wirausahawan yang sukses. Sebaliknya, orang yang memiliki kemauan dan dilengkapi dengan kemampuan akan menjadi orang yang sukses. Kemauan tidak cukup bila tidak dilengkapi dengan kemampuan.

b. Tekat yang kuat dan kerja keras. Orang yang tidak memiliki tekat yang kuat, tetapi memiliki kemauan untuk berkerja keras dan orang yang suka bekerja keras, tetapi tidak memiliki tekat yang kuat, keduanya tidak akan menjadi wirausahawan yang sukses.

c. Kesempatan dan peluang. Ada solusi ada peluang sebaliknya tidak ada solusi tidak akan ada peluang. Peluang ada jika kita menciptakan peluang itu sendiri, bukan mencari-cari atau menunggu peluang yang datang kepada kita.


(35)

B. Intensi Berwirausaha

Riyanti (2008) dalam Sumarsono (2013) mengatakan bahwa intensi merupakan posisi seseorang dalam dimensi probabilitas subjektif yang melibatkan suatu hubungan antara dirinya dengan beberapa tindakan. Intensi merupakan faktor motivasional yang mempengaruhi tingkah laku. Intensi dipandang sebagai ubahan yang paling dekat dari individu untuk melakukan perilaku, maka dengan demikian intensi dapat dipandang sebagai hal yang khusus dari keyakinan yang obyeknya selalu individu dan atribusinya selalu perilaku.

Intensi, menurut Sanjaya (2007) dalam Sumarsono (2013) memainkan peranan yang khas dalam mengarahkan tindakan, yakni menghubungkan antara pertimbangan yang mendalam yang diyakini dan diinginkan oleh seseorang dengan tindakan tertentu. Selanjutnya intensi adalah kesungguhan niat seseorang untuk melakukan perbuatan atau memunculkan suatu perilaku tertentu. Maka intensi kewirausahaan dapat diartikan sebagai niat atau keinginan yang ada pada diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan wirausaha (Wijaya, 2007 dalam Sumarsono, 2013).

Dari pendapat tentang intensi dan wirausaha yang telah dikemukakan, intensi wirausaha adalah keinginan/niat yang ada pada diri seseorang (siswa SMK) untuk melakukan suatu tindakan wirausaha.


(36)

Fishbein dan Ajzen (1975) dalam Tony Wijaya (2007) mengemukakan bahwa berdasarkan teori tersebut, intensi merefleksikan keinginan individu untuk mencoba menetapkan perilaku, yang terdiri dari tiga determinan, yaitu: 1. Sikap Terhadap Perilaku

Sikap terhadap perilaku dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku tersebut akan membawa kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan. Individu yang memiliki keyakinan yang positif terhadap suatu perilaku akan memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan tersebut. Atau dengan kata lain, sikap yang mengarah pada perilaku ditentukan oleh konsekuensi yang ditimbulkan oleh perilaku, yang disebut dengan istilah keyakinan terhadap perilaku.

2. Norma Subjektif

Keyakinan mengenai perilaku apa yang bersifat normatif (yang diharapkan orang lain) dan motivasi untuk bertindak sesuai dengan harapan normatif tersebut membentuk norma subjektif dalam individu. Keyakinan yang mendasari norma subjektif yang dimiliki individu disebut sebagai keyakinan normatif. Individu memiliki keyakinan bahwa individu atau kelompok tertentu akan menerima atau tidak menerima tindakan yang dilakukannya. Apabila individu meyakini apa yang menjadi norma kelompok, maka ia akan mematuhi dan membentuk perilaku yang sesuai dengan kelompoknya. Dapat disimpulkan, bahwa norma kelompok inilah yang membentuk norma subjektif dalam diri individu, yang akhirnya akan membentuk perilakunya.


(37)

3. Kontrol Perilaku Yang Disadari

Kontrol perilaku merupakan keyakinan tentang ada atau tidaknya faktor-faktor yang memfasilitasi dan menghalangi performansi perilaku individu. Kontrol perilaku ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya untuk melakukan perilaku yang bersangkutan. Keyakinan ini didasari oleh pengalaman terdahulu tentang perilaku tersebut, yang dipengaruhi oleh informasi dari orang lain, misalnya dari pengalaman orang-orang yang dikenal/teman-teman.

Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang meningkatkan atau mengurangi kesulitan yang dirasakan jika melakukan tindakan atau perilaku tersebut. Kontrol perilaku ini sangat penting artinya ketika rasa percaya diri seseorang sedang berada dalam kondisi lemah. Van Gelderen, et al. (2006: 6) intensi diwakili oleh empat faktor, yaitu: desires, preferences, plans dan behavior expectancies. Desires adalah sesuatu dalam diri seseorang yang berupa keinginan untuk memulai suatu usaha. Preferences adalah suatu dalam diri seseorang yang menujukkan bahwa berwirausaha adalah suatu kebutuhan yang harus dicapai. Plans adalah suatu harapan yang ada dalam diri seseorang untuk memulai suatu usaha dimasa akan datang. Sedangkan behavior exspectancies adalah suatu kemungkinan untuk berwirausaha dengan diikuti oleh target memulai usaha.


(38)

Terdapat beberapa alasan yang dapat dijadikan alasan untuk mengembangkan intensi berwirausaha yang ada dalam diri individu, yaitu (Muhammad, 2009, p. 25):

1. Keuangan, berwirausaha dapat dijadikan jalan untuk mencari nafkah, pendapatan tambahan, menjaga kestabilan keuangan dan menjadi orang yang kaya.

2. Sosial, memiliki gengsi dan status yang berbeda agar lebih di hargai dan di hormati, memberikan contoh pada orang lain bahwa menjadi wirausaha bukanlah pekerjaan yang rendah status sosialnya. Bahkan wirausaha dapat memiliki status sosial yang jauh lebih tinggi dari seorang karyawan jika ia berhasil menjadi orang yang sukses dalam menjalankan bisnisnya.

3. Pelayanan, dapat memberikan pelayanan pada masyarakat luas karena dengan berwirausaha dapat memberikan lapangan pekerjaan, membantu perekonomian masyarakat, mensejahterakan orang lain, membahagiakan keluarga dengan keberhasilan yang di raihnya.

4. Memuaskan diri, berwirausaha dapat membentuk diri orang menjadi mandiri, memenuhi tujuan hidup yang diinginkan, dan menjadi orang yang lebih produktif.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa intensi berwirausaha adalah keinginan atau niat pada diri seseorang untuk melakukan tindakan wirausaha yaitu secara mandiri dan bersungguh-sungguh dengan yakin untuk memulai usaha yang tidak terlepas dengan resiko dan ketidakpastian, namun dengan adanya ide-ide kreatif dan tindakan inovatif


(39)

maka suatu usaha akan berkembang. Dengan mempunyai intensi, seseorang yang akan memulai usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik pada usaha yang dijalaninya.

Kesimpulan tentang intensi berwirausaha yang paling utama dari pendapat Fishbein dan Ajzen (1975) dalam Tony Wijaya (2007); Van Gelderen, et al. (2006:6); dan Muhammad, 2009, p. 25: yang pertama adalah sikap terhadap perilaku, intensi berwirausaha merefleksikan keinginan seseorang untuk menatap sesuatu yaitu keyakinan yang positif bahwa perilaku membawa kepada hasil yang diinginkan dan cenderung melakukan tindakan, sehingga mengarahkan seseorang untuk melakukan tindakan wirausaha. Yang kedua adalah preferences, suatu dorongan pada diri seseorang yang menunjukkan bahwa berwirausaha merupakan sesuatu yang hendaknya dicapai sebagai sebuah kebutuhaan. Yang ketiga adalah plans, dalam melakukan sesuatu hendaknya dimulai dengan perencanaan yang didasari dengan harapan untuk memuai suatu usaha di masa yang akan datang. Yang keempat adalah sosial, keinginan untuk menunjukkan bahwa dengan menjadi wirausaha bukanlah pekerjaan yang rendah status sosialnya, namun dengan berwirausaha dapat memiliki status sosial yang jauh lebih tinggi dari karyawan jika sukses dalam menjalankan bisnisnya. Yang kelima adalah pelayanan, dengan berwirausaha dapat memberikan lapangan pekerjaan, membantu perekonomian masyarakat, mensejahterakan orang lain, dan membahagiakan keluarga atas hasil yang di raih. Dan yang ke enam adalah memuaskan diri, dengan berwirausaha maka membantu seseorang membentuk


(40)

dirinya menjadi mandiri, memiliki tujuan hidup yang di inginkannya dan menjadi orang lebih produktif dengan keberhasilan dalam menjalankan usahanya.

C. Kebutuhan Akan Prestasi

Mc Clelland (1961,1971) dalam Indarti & Rostiani (2008) kebutuhan akan prestasi dapat diartikan suatu kesatuan watak yang memotivasi seseorang untuk menghadapi tantangan untuk mencapai kesuksesan dan keunggulan. Individu yang mempunyai kebutuhan akan prestasi yang tinggi akan terus berupaya sampai sesuatu yang diinginkan mampu diraih. Sedangkan menurut Mulyana dan Puspitasari (2014) kebutuhan akan prestasi merujuk pada keinginan seseorang terhadap prestasi yang tinggi, penguasaan keahlian, pengendalian atau standart yang tinggi.

Berdasarkan kesimpuan di atas kebutuhan akan prestasi dapat diartikan sebagai keinginan dari diri seseorang untuk menghadapi tantangan dalam mencapai kesuksesan dan keunggulan yang merujuk pada keingginan atas prestasi yang tinggi, penguasaan keahlian, dan pengendalian atau standard yang tinggi. Dengan memiliki kebutuhann akan prestasi, maka seseorang akan memiliki dorongan untuk berhasil yang tinggi dalam memulai dan menjalankan usaha sebagai wirausaha.

Selanjutnya Indarti & Rostiani (2008) menjelaskan bahwa ada tiga atribut yang melekat pada seseorang yang mempunyai kebutuhan akan prestasi yang tinggi, yaitu (1) menyukai tanggung jawab pribadi dalam mengambil


(41)

keputusan, (2) mau mengambil resiko sesuatu dengan kemampuannya, dan (3) memiliki minat untuk selalu belajar dari keputusan yang telah diambil.

Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan susuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibanding sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi tinggi memiliki ciri-ciri menurut lerry farel dalam Anwar Muhammad (2014: 24), antara lain:

1. Mengatasi kesulitan yang terjadi pada dirinya. 2. Selalu memerlukan umpan balik yang segera. 3. Memiliki tanggungjawab personal yang tinggi. 4. Berani menghadapi resiko dan penuh perhitungan. 5. Menyukai tantangan.

Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dari sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi tinggi pada umumnya memiliki ciri-ciri menurut Clayton Alderter dalam Anwar Muhammad (2014: 25) sebagai berikut:

1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan yang timbul pada dirinya. 2. Memiliki tanggujawab personal yang tinggi.

3. Berani menanggung resiko dengan penuh perhitungan.

4. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan.

Berdasarkan penjelasan menurut Indarti & Rostiani (2008); lerry farel dalam Anwar Muhammad (2014: 24); dan Clayton Alderter dalam Anwar


(42)

Muhammad (2014: 25) dapat disimpulkan bahwa orang yang memiliki kebutuhan akan prestasi memiliki ciri-ciri yaitu: (1) berani mengambil resiko, (2) mau mengatasi kesulitan, (3) memiliki tanggung jawab yang tinggi, (4) menyukai tantangan, dan (5) memerlukan umpan balik.

D. Pendidikan Kewirausahaan 1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat kompleks. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan proses pendidikan. Pendidikan dapat dimulai dari lingkungan keluarga, masyarakat dan pemerintah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Redja Mudyaharjo (2012: 11), pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.

Pendidikan nantinya akan berguna bagi masyarakat dikemudian hari. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin banyak pula pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Menurut W.J.S. Poerwadarminta (1985) dalam Tatang (2012: 13) menjelaskan secara linguistis sebagai kata benda, pendidikan berarti proses perubahan sikap


(43)

dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan akan memberikan pengalaman dan pengetahuan kepada peserta didik sehingga mereka dapat berfikir ke depan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wasty Soemanto (1999: 21), pendidikan adalah proses pengalaman yang menghasilkan pengalaman yang memberikan kesejahteraan pribadi, baik lahiriah maupun batiniah.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran agar mendewasakan peserta didik dan mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki pengetahuan dan pengalaman. Proses pembelajaran dapat terjadi di lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah maupun di luar sekolah.

2. Pendidikan Kewirausahaan

Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses (Suryana, 2006: 2). Intinya bahwa kewirausahaan merupakan suatu pemikiran kreatif dan tindakan inovatif yang akan terciptanya peluang. Kewirausahaan berisi bidang pengetahuan yang utuh dan nyata, yaitu terdapat teori, konsep, dan metode ilmu yang lengkap.

Dengan menunjuk definisi pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran agar mendewasakan


(44)

peserta didik dan mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki pengetahuan dan pengalaman dan definisi kewirausahaan adalah suatu kemampuan kreatif dan inovatif dalam menciptakan sesuatu yang baru memiliki manfaat bagi diri sendiri dan orang lain serta mampu menghadapi masalah dan memanfaatkan peluang. Sehingga pendidikan kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai usaha yang dilakukan lembaga pendidikan untuk menanamkan pengetahuan, nilai, jiwa dan sikap kewirausahaan kepada peserta didik guna membekali diri menjadi manusia yang mandiri, kreatif dan inovatif. Hal ini juga bertujuan untuk menciptakan wirausaha-wirausaha baru yang handal dan berkarakter dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Yunita Widyaning, 2014).

Pendidikan kewirausahaan adalah senjata penghancur pengangguran, kemiskinan, dan menjadi tangga menuju impian setiap masyarakat untuk mandiri secara financial, memiliki kemampuan membangun kemakmuran individu, sekaligus ikut membangun kesejahteraan masyarakat (Jamal

Ma’mur Asmani, 2011 dalam Yunita Widyaning, 2014). Pemerintah telah mengeluarkan Intruksi Presiden No 4 Tahun 1995 tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan. Instruksi ini mengamanatkan kepada seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia untuk mengembangkan program-program kewirausahaan. Banyaknya wirausaha merupakan salah satu penopang perekonomian nasional sehingga harus diupayakan untuk ditingkatkan terus-menerus.


(45)

Pendidikan kewirausahaan mengajarkan penanaman nilai-nilai kewirausahaan yang akan membentuk karakter dan perilaku untuk berwirausaha agar peserta didik dapat mandiri. Pendidikan kewirausahaan juga mampu membekali peserta didik dengan berbagai kompetensi kewirausahaan yang nantinya akan membawa manfaat besar bagi kehidupannya (Yunita Widyaning, 2014). Kriteria keberhasilan pendidikan kewirausahaan adalah memiliki kemandirian yang tinggi, memiliki kreatifitas yang tinggi, berani mengambil resiko, berorientasi pada tindakan, memiliki karakter kepemimpinan yang tinggi, memiliki keterampilan/ skill berwirausaha, memahami tentang konsep - konsep kewirausahaan dan memiliki karakter pekerja keras.

Menurut Buchari Alma (2011) dalam http://www.Pendidikan ekonomi.com/p/blog-page.html?m=1 nilai - nilai kewirausahaan tersebut antara lain:

a. Percaya Diri, indikatornya: penuh keyakinan, optimis, berkomitmen, disiplin dan tanggung jawab.

b. Inisiatif, indikatornya: energik, cekatan dalam bertindak dan aktif. c. Memiliki Motif Berprestasi, indikatornya: orientasi pada hasil dan

wawasan kedepan.

d. Memiliki Jiwa pemimpin, indikatornya: dapat dipercaya, tangguh dalam bertindak.

e. Orisinalitas, indikatornya: punya referensi yang cukup, tidak menyontek atau plagiat.


(46)

Menurut Churchill dalam Rambat Lupyoadi (2007) dalam (Yunita Widyaning, 2014), pendidikan sangat penting bagi keberhasilan wirausaha. Kegagalan pertama dari seorang wirausaha adalah karena lebih mengandalkan pengalaman daripada pendidikan. Namun, juga tidak menganggap remeh arti pengalaman bagi seorang wirausaha. Baginya kegagalan kedua adalah jika seorang wirausaha hanya bermodalkan pendidikan tapi miskin pengalaman lapangan. Oleh karena itu perpaduan antara pendidikan dan pengalaman adalah faktor utama yang menentukan keberhasilan wirausaha.

3. Alasan perlu diajarkan pendidikan kewirausaaan

Menurut Soeharto Prawirokusumo dalam Daryanto (2012: 4), pendidikan kewirausahaan perlu diajarkan sebagai disiplin ilmu tersendiri yang independen, karena:

a. Kewirausahaan berisi body of knowledge yang utuh dan nyata, yaitu ada teori, konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.

b. Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu venture start-up dan venture-growth, ini jelas tidak masuk dalam kerangka pendidikan manajemen umum yang memisahkan antara manajemen dan kepemilikan usaha.

c. Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki obyek tersendiri, yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.


(47)

d. Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan berusaha dan pemerataan pendapatan

Adapun perlunya pendidikan kewirausahaan di Indonesia menurut R. Djatmiko Danuhadimedjo (1998) dalam http://assetanita.blogspot.co.id/ 2012/12/pendidikan-kewirausahaan.html adalah:

a. Untuk mengembangkan, memupuk dan membina bibit atau bakat pengusaha sehingga bibit tersebut lebih berbobot dan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang mutakhir.

b. Untuk memberikan kesempatan kepada setiap manusia supaya sedapat mungkin dan menumbuhkan kepribadian wirausaha.

c. Pendidikan kewirausahaan menjadi manusia berwatak dan unggul, memberikan kemampuan untuk membersihkan sikap mental negatif meningkatkan daya saing dan daya juang.

d. Dengan demikian apabila kepribadiaan kewirausaha kita miliki, maka negara kita yang sedang berkembang ini akan dapat menyusul ketinggalan atau menyamai negara yang sudah maju.

e. Untuk menumbuhkan cara berpikir yang rasional dan produktif dalam memanfaatkan waktu dan faktor-faktor modal yang dimiliki oleh wirausaha tradisonal pribumi.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan pada dasarnya terfokus pada upaya untuk mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan inovasi. Oleh sebab itu, objek studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan kemampuan seseorang yang diwujudkan dalam bentuk sikap.


(48)

E. Akses Terhadap Modal

Modal menurut Kasmir (2009: 91) adalah sesuatu yang diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan mulai dari berdiri sampai beroperasi. Modal diperlukan untuk membiayai segala keperluan usaha, mulai dari biaya pra investasi, pengurusan ijin-ijin, biaya investasi untuk membelikan aktiva tetap, sampai dengan modal kerja. Sedangkan menurut Rahmawati (2013) modal merupakan sejumlah dana yang menjadi dasar untuk mendidirikan suatu usaha, setiap usaha menggunakan dana ini untuk membelanjai aktivitas produksi dalam menghasilkan produk barang dan jasa.

Dalam buku Longenecker dkk (2001: 301-321) dalam Florensius (2007), pendanaan awal dari bisnis skala kecil sering berpola menurut tipikal perencanaan pendanaan pribadi. Seorang calon wirausaha, pertama kali akan menggunakan tabungan pribadi dan kemudian mencoba mendapatkan akses pada tabungan keluarga dan teman.

1. Investor perorangan a. Tabungan pribadi

Tabungan pribadi adalah sumber pendanaan ekuitas yang paling sering digunakan dalam memulai bisnis baru. Sebuah bisnis baru memerlukan ekuitas untuk memperhitungkan margin atau kesalahan.

b. Teman dan saudara

Kadang-kadang, pinjaman dari teman atau saudara dapat menjadi satu-satunya sumber yang tersedia bagi pendanaan baru. Jenis pendanaan ini lebih didasarkan pada hubungan pribadi dari pada analisis


(49)

keuangan. Untuk meminimalkan kesempatan terjadinya kehancuran hubungan pribadi yang penting, wirausaha harus merencanakan pengembalian pembayaran tanpa banyak menunda.

c. Investor perorangan lain

Sejumlah orang besar secara pribadi berinvestasi dalam kegiatan kewirausahaan milik orang lain. Mereka terutama adalah orang yang dengan pengalaman bisnis moderat sampai dengan yang signifikan, tapi juga profesional dan kaya.

2. Bank

Bank adalah penyedia utang utama bagi perusahaan kecil. Meskipun bank membatasi pemberian pinjaman mereka untuk menyediakan modal kerja. 3. Program yang didukung pemerintah

Beberapa program pemerintah memberikan pendanaan bagi bisnis berskala kecil. Pemerintah Negara telah mengalokasikan sejumlah uang yang besar untuk mendanai bisnis baru. Program pemerintah yang mendukung dengan didirikan beberapa sarana untuk membangun tempat bisnis baru.

4. Sumber pendanaan lain

a. Lembaga keuangan berdasarkan komunitas

Lembaga keuangan berdasarkan komunitas adalah pemberi pinjaman yang melayani komunitas yang berpenghasilan rendah dan menerima dana dari pemerintah. Pemberian pinjaman berdasarkan komunitas ini memberikan modal pada bisnis yang tidak mempunyai atau bahkan sedikit akses untuk pendanaan pendirian perusahaan.


(50)

b. Perusahaan besar

Perusahaan besar memberikan jumlah dana terbatas bagi investasi dalam perusahaan yang kecil.

Modal dapat berasal dari tabungan pribadi, akses pada teman, investor atau lainnya menurut Rahmawati (2013).

1. Investor perorangan a. Tabungan pribadi

Tabungan pribadi merupakan sumber pendanaan yang sering digunakan dalam menjalankan sebuah bisnis yang baru. Hampir semua bisnis memerlukan ekuitas pribadi yakni uangnya untuk meramalkan kerugian dan perhitungan lainnya. Tabungan pribadi wajib dimiliki oleh orang ataupun lembaga dalam membuka dan menjalankan usahanya.

b. Keluarga atau teman

Selain pengusaha sendiri, keluarga dan teman merupakan sumber modal yang biasanya dimanfaatkan untuk memulai usaha. Keluarga dan teman cenderung mau berinvestasi karena mereka memiliki hubungan baik dengan pengusaha. Ini akan membantu menangani suatu ketidakpastian yang dirasakan oleh investor yang tidak memiliki hubungan pribadi dengan pengusaha. Keluarga dan teman dapat memberikan sejumlah kecil pembiayaan ekuitas untuk usaha baru tersebut, sebagian mencerminkan sejumlah kecil modal yang dibutuhkan untuk memulai hampir semua usaha baru.


(51)

c. Investor perorangan lain

Sejumlah orang yang ingin menginvestasikan sebagian uangnya untuk membantu usaha baru yang akan dijalankan oleh suatu badan atau lembaga atau usaha perorangan. Biasanya orang lain adalah orang yang moderat atau memiliki sejumlah kekayaan yang besar dan akan meminjamkannya dengan tujuan membantu dan menyimpan dananya kepada orang yang hendak membuka usaha tersebut.

2. Bank

Bank adalah penyedia utang utama bagi perusahaan atau usaha kecil dalam memulai dan melancarkan usahanya meskipun membatasi pemberian pinjaman mereka untuk menyediakan modal bagi para pengusaha baru. Terdapat beberapa jenis pinjaman bank yakni, pinjaman piutang, pinjaman persediaan, pinjaman peralatan, pinjaman real estate.

3. Pembiayaan arus kas

Jenis pembiayaan utang lain yang seringnya dilayani oleh pihak bank komersial dan badan-badan keuangan lainnya adalah pembiayaan arus kas. Pinjaman bank konvensional seperti mencakup berbagai jenis kredit, pinjaman bertahap, pinjaman komersional langsung, pinjaman jangka panjang, dan pinjaman karakter.

4. Program yang didukung pemerintah

Beberapa program pemerintah juga dapat menjadi sumber pendanaan bagi suatu usaha yang akan membuka usahanya. Pemerintah telah mengalokasikan sejumlah uangnya untuk membuka mendanai bisnis baru.


(52)

Sumber-sumber modal ekuitas menurut Zimmerer dalam slamet Franky dkk (2013: 107) terdiri dari:

1. Tabungan pribadi

Tabungan pribadi merupakan sumber pendanaan yang paling mudah tersedia untuk memulai suatu bisnis baru.

2. Teman atau anggota keluarga

Investasi dari teman atau keluarga merupakan suatu sumber modal yang baik dan dapat mengantarkan suatu usaha baru untuk menarik investor luar atau perusahaan pemberi modal.

3. Malaikat penolong (angel)

Malaikat penolong merupakan orang-orang kaya yang menginvestasikan uang dalam permulaan usaha sebagai ganti hak kepemilikannya dalam perusahaan. Para malaikat penolong tersebut cenderung menginvestasikan uang secara lokal (dekat dengan rumah ataupun dekat dengan tempat usahanya), pada jenis usaha yang mereka ketahui dan kuasai, serta mengharap dapat juga menginvestasikan pengetahuan, pengalaman, dan tenaga mereka dalam perusahaan, selain menginvestasikan uang.

4. Mitra

Sebelum membuat perjanjian kerja sama, wirausaha harus mempertimbangkan akibat dari memberi sebagian dari kontrol pribadi atas pengelolaan dan pembagian keuntungan dengan orang lain.


(53)

5. Modal ventura korporasi

Banyak perusahaan besar sekarang ini yang ikut membiayai perusahaan kecil. Dari kerja sama ini perusahaan yang baru berdiri tidak hanya mendapat tambahan modal, tapi juga mendapat bantuan keahlian teknis, jalur distribusi, cara pemasaran, dan juga kredibilitas.

6. Perusahaan modal ventura

Perusahaan modal ventura adalah organisasi swasta berorientasi laba yang memberikan sejumlah modal dan kemudian menggunakannya untuk membeli posisi ekuitas dalam perusahaan yang baru, yang diyakininya memiliki potensi pertumbuhan dan laba yang ditinggi.

7. Penjualan saham ke publik

Wirausaha juga dapat memperoleh tambahan modal dengan cara menjual saham perusahaan kepada masyarakat. Namun setelah melakukan penjualan sahamnya ke publik tersebut, pasti terjadi perubahan dalam perusahaan. Oleh karena itu, wirausaha perlu mempertimbangkan akibat dari keputusan tersebut terhadap perusahaan, karyawan, pemegang saham, dan harga saham perusahaan.

Jadi menurut pendapat para ahli Longenecker dkk (2001: 301-321) dalam Florensius (2007), Rahmawati (2013), dan Zimmerer dalam slamet Franky dkk (2013: 107) akses terhadap modal yang dapat mengarahkan seorang calon wirausaha untuk mendapatkan modal dapat berasal dari tabungan pribadi, teman atau saudara, bank, program pemerintah dan sumber pendanaan lainnya.


(54)

F. Pekerjaan Orang Tua

1. Pengertian Jenis Pekerjaan

Definisi jenis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2011) adalah yang mempunyai ciri (sifat, keturunan dan sebagainya) yang khusus, sedangkan pekerjaan adalah hal-hal yang diperbuat, dilakukan, tugas kewajiban, suatu yang dapat dikerjakan, dilakukan atau dijalankan untuk mendapatkan nafkah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis pekerjaan adalah segala sesuatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan penghasilan.

2. Pengertian Orang Tua

Pengertian orang tua menurut KBBI (2011) adalah ayah dan ibu kandung, orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli dan sebagainya), orang-orang yang dihormati (disegani) dikampung. Jadi orang tua adalah orang yang bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari yang biasanya disebut ayah dan ibu. Merekalah yang memegang peranan penting dalam keberlangsungan kehidupan keluarga suatu rumah tangga. Sedangkan anggota keluarga adalah semua anak yang berada dalam penguasaan maupun asuhan orang tua.

Secara umum dapat dikatakan bahwa orang tua adalah kelompok sosial terkecil yang terdiri dari ayah dan ibu atau salah satu dari keduanya serta wali yang bertanggung jawab terhadap anak (Suhartin, 1984: 6). Pekerjaan atau lapangan usaha adalah bidang kegiatan dari


(55)

usaha/perusahaan/instansi di mana seseorang bekerja atau pernah bekerja (Riwanto, 1994: 7).

Pekerjaan dibedakan menjadi 2 jenis menurut Kumaladewi (2013: 33), yaitu:

1. Pekerjaan pokok

Pekerjaan pokok adalah jenis pekerjaan yang dimiliki oleh seseorang sebagai sumber utama dari penghasilan, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sifat pekerjaan ini adalah tetap. Apabila penghasilan dari pekerjaan pokok ini tidak atau belum mencukupi untuk keperluan hidupnya, maka perlu diusahakan adanya penghasilan lain di luar penghasilan pokok.

2. Pekerjaan sampingan atau tambahan

Pekerjaan sampingan atau tambahan adalah pekerjaan yang dimiliki atau dilakukan oleh seseorang sebagai pekerjaan sambilan untuk melengkapi pekerjaan pokok.

Jenis pekerjaan dalam penelitian ini adalah bidang pekerjaan yang ditekuni orang tua setiap hari. Spillane (1982) dalam Raga (2013: 21), mengelompokkan pekerjaan atau jabatan dalam 9 golongan sebagai berikut:

1. Golongan A terdiri dari : mandor, pedagang, pegawai kantor, pegawai sipil, ABRI, pemilik perusahaan/toko/pabrik/perikanan, pemilik bus/colt/penggarap tanah, pengawas keamanan, petani pemilik tanah, peternak, tuan tanah.

2. Golongan B terdiri dari: buruh nelayan, petani kecil, penebang kayu. 3. Golongan C terdiri dari: ABRI (tamtama s.d Bintara), guru SD, kepala

bagan, kepala kantor pos (cabang), manager perusahaan kecil, pamong praja pegawai badan hukum, pegawai negeri golongan Ia s.d Id, supervisor/pengawas.

4. Golongan D terdiri dari: meninggal dunia, pensiunan, tak mempunyai pekerjaan tetap.

5. Golongan E terdiri dari: guru (SMP s.d SMA), juru rawat, pekerja sosial, kepala sekolah, kontraktor kecil, pegawai negeri golongan IIa s.d Iid, perwira ABRI (Letnan II, Letnan I dan Kapten), wartawan. 6. Golongan F terdiri dari: buruh tidak tetap, petani, penyewa,

tukang/penarik becak.

7. Golongan G terdiri dari: ahli hukum, ahli ilmu tanah/ahli ukur tanah, apoteker, arsitek, dokter, dosen/guru besar, gubernur, insinyur, kepala


(56)

kantor pos (pusat), kontraktor besar, manager perusahaan, menteri, pegawai negeri golongan Ia s.d Id, perwira ABRI (mayor s.d jenderal), pengarang, peneliti, penerbang, walikota/bupati.

8. Golongan H terdiri dari: pembantu, pedagang keliling, tukang cuci. 9. Golongan I terdiri dari: artis/seniman, buruh tetap, montir, pandai

besi/emas/perak, penjahit, penjaga, supir bus/colt, tukang kayu, tukang listrik, tukang mesin.

Dengan demikian dapat disimpulkan pekerjaan orang tua yaitu kegiatan aktif yang dilakukan orang bertanggung jawab (ayah dan ibu) yang menghasilkan sebuah karya bernilai imbalan dalam bentuk uang yang kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam keluarganya (anak-anaknya). Pekerjaan orang tua tersebut menjadi faktor pendorong anak dalam berfikir dan dalam menekuni suatu pekerjaan yang kelak diinginkannya.

Untuk penelitian ini pekerjaan dibedakan menjadi 2 macam: 1. Pekerjaan wirausaha

2. Pekerjaan bukan wirausaha

Pengaruh keluarga, pendidikan dan pengalaman kerja pertama adalah faktor penting dalam pengembangan niat berwirausaha (Krueger & Brazeal, 1994; Segal, Borgia, & Schoenfeld, 2002 dalam Farzier & Niehm, 2008). Orang tua memberikan dampak kuat pada pemilihan niat berwirausaha, penelitian menunjukkan para wirausaha biasanya memiliki orang tua yang juga seorang wirausaha (Peterman & Kennedy, 2003 dalam Farzier & Niehm, 2008).

Jenis pekerjaan yang ada dalam keluarga, khususnya orang tua siswa akan mempengaruhi pola pikir seseorang terhadap dunia berwirausaha.


(57)

Orang tua yang sukses didalam pekerjaanya (berwirausaha), akan memotivasi anak untuk melakukan hal yang sama dengan orang tuanya. Dengan begitu tidak menutup kemungkinan bahwa anak tersebut akan menentukan pilihan untuk berwirausaha sebagai warisan orang tua siswa. Walaupun anak tersebut juga tertarik untuk mencari pekerjaan di perusahaan atau instansi lain, kemungkinan mereka untuk berwirausaha sangat kuat karena mereka telah menyaksikan dan menikmati keberhasilan orang tuanya dalam berwirausaha. Bagi yang orang tuanya bukan seorang wirausahawan pun tidak akan menutup kemungkinan bagi anak mereka nanti untuk berwirausaha. Hal itu dapat terjadi melihat kondisi saat ini dimana mencari pekerjaan sudah sangat sulit.

G. Kreatifitas dan Inovatif 1. Pengertian Kreatifitas

Kreatif adalah memiliki daya cipta atau memiliki kemampuan untuk menciptakan (Kurniawan, 2015: 19). Orang berusaha berpikir kreatif karena adanya keinginan yang kuat pada pribadinya untuk menghasilkan sesuatu kemajuan, akibat dari adanya dorongan untuk berprestasi tinggi, serta adanya kesadaran akan pentingnya sesuatu yang baru tersebut. (Riani Laksmi Asri, dkk, 2014: 55).

Bagi seorang wirausaha, kreatifitas adalah modal penting. Sebagai wirausaha, setiap saat harus siap menghadapi persaingan. Oleh sebab itu menjadi seorang wirausaha harus mampu berpikir kreatif. Tanpa


(58)

kreatifitas wirausaha tidak akan mampu berkembang dan mempertahankan bisnisnya.

2. Pentingnya Kreatifitas

Menurut (Kurniawan, 2015: 18), kreatifitas menjadi penting karena: a. Wirausaha yang kreatif mampu mengeluarkan produk yang belum

dibuat di pasar. Di sini wirausaha tak harus menjadi penemu, tetapi menjadi jembatan antara penemuan dengan pasar. Mampu memberikan arahan pada para penemu, dan mengemasnya sebagai produk komersial yang harganya terjangkau dan mampu diterima konsumen. b. Dengan menjadi manusia kreatif menjadikan wirausahawan menjadi

pemimpin bukan peniru. Pemimpin pasar adalah orang yang disegani dan memiliki citra positif. Wirausahawan menjadi legenda, kemungkinan produk dapat ditiru, tetapi pengikut tak mampu membuat yang lebih bagus dari sang pioneer.

c. First mover. Dengan kreatifitas, menjadikan wirausahawan sebagai market leader, dan siap dengan ide atau gagasan-gagasan baru.

d. Kreatifitas akan mencari cara atau solusi membuka terobosan baru, dan menciptakan pembeda yang menonjol dan disukai pasar.

e. Kreatifitas bermula dari sebuah ide yang muncul dari pengamatan terhadap keadaan sehari-hari di sekitar wirausahawan.

3. Ciri-ciri Kreatif

Menurut A. Roe (Kao,1989 dalam Basrowi, 2011: 38-39), manusia kreatif mempunyai ciri-ciri:


(59)

a. Keterbukaan dalam pengalaman;

b. Melihat sesuatu dengan cara yang tidak biasa; c. Keingintahuan;

d. Menerima dan menyesuaikan yang kelihatannya berlawanan; e. Dan menerima perbedaan;

f. Percaya pada diri sendiri; g. Tekun;

h. Berani mengambil resiko; dan

i. Tidak hanya tunduk pada standar dan pengawasan kelompok. 4. Hambatan-hambatan dalam berpikir kreatif

Menurut (Riani Laksmi Asri, dkk, 2014:67-68), hambatan-hambatan dalam berpikir kreatif sebagai berikut:

a. Hambatan yang berasal dari dalam diri yaitu:

1) Hambatan emosional (emotional barriers), yaitu ketidak mampuan berpikir kreatif akibat perasaan-perasaan tertentu yang menganggu, misalnya adanya perasaan takut berbuat salah, takut dianggap bodoh, takut gagal, takut ditertawakan orang, takut mendapatkan kritikan yang berlebihan, takut menghadapi kebingungan, dan takut berbeda dengan orang lain. Perasaan-perasaan tersebut menyebabkan individu kurang mampu mengeluarkan ide-ide yang mungkin sangat baik yang ada dalam pikirannya.

2) Hambatan persepsi (perceptual barries), yaitu hambatan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual, di mana individu


(60)

kurang mampu mempersepsikan masalah yang dihadapi secara jelas dan benar, misalnya dalam memandang masalah dari satu segi saja, kurang memperhatikan pemecahan masalah dari aspek-aspek yang lain. Juga karena kebiasaan yang dilakukan individu hanya memandang masalah dari unsur-unsur yang pokok saja, sehingga yang lain tidak terjangkau.

3) Hambatan yang dipelajari (learned barries), yaitu hambatan berpikir kreatif karena terpaku pada apa yang dipelajari.

b. Hambatan yang berasal dari luar diri antara lain: 1) Hambatan karena kebudayaan

Kebudayaan yang dianut oleh anggota masyarakat misalnya aturan-aturan yang berlaku, pedoman, nilai yang dianut oleh warga sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan berpikir kreatif warganya. Pandangan mensyaratkan bahwa berfantasi adalah waktu yang terbuang, permainan itu hanya bagi anak-anak saja, pendapat yang diterima adalah yang logis beralasan dan disertai angkat saja, sedang yang bersifat intuitif, kesenangan, humor adalah masalah yang tidak perlu mendapat pemecahan merupakan aspek kebudayaan yang menghambat kreativitas.

2) Hambatan yang berasal dari lingkungan kerja

Kemampuan berpikir kreatif dapat dipengaruhi oleh lingkungan kerja individu yang bersangkutan, misalnya atasan dan teman-temannya. Atasan atau pemimpin yang kurang menghargai


(61)

pemikiran bawahan akan mengurangi kreativitas bawahan tersebut dalam bekerja, misalnya gagasan baru yang dimunculkan selalu ditolak atau disalahkan. Demikian juga atasan yang bersifat otoriter, tidak memberi kesempatan kepada bawahan untuk menciptakan cara kerja baru. Selain atasan teman-teman kerja karyawan juga berpengaruh terhadap kemunculan ide-ide kreatif dari seseorang. Ide yang tidak mendapat sambutan, penghargaan, bahkan ide tersebut ditertawakan atau diejek akan menimbulkan keengganan bagi seseorang untuk memunculan ide baru.

c. Hambatan yang berasal dari lingkungan keluarga

Keluarga adalah tempat anak-anak mula-mula belajar mengemukakan pendapat atau ide-ide mulai dari yang paling sederhana sampai ide yang paling tinggi (kompleks). Bila orang tua kurang memberikan kesempatan kepada anak untuk berpikir kreatif maka dorongan anak untuk berpikir kreatif akan hilang karena takut disalahkan, ditertawakan, atau dianggap aneh-aneh.

5. Sedangkan menurut (Basrowi,2011:42), hambatan dalam berpikir kreatif adalah adanya pembatasan-pembatasan dalam berpikir. Pembatasan-pembatasan tersebut adalah Pembatasan-pembatasan situasi dan Pembatasan-pembatasan mental. Pembatasan situasi adalah pembatasan yang nyata, misalnya keterbatasan uang, umur, waktu, fisik, pendidikan, dan norma dalam masyarakat. Semua itu adalah fakta yang membatasi proses berpikir kreatif seseorang. Pembatasan mental adalah pikiran-pikiran yang membatasi proses berpikir


(62)

kreatif seseorang. Misalnya kekhawatiran seseorang tentang dana terbatas, waktu yang tidak cukup, pihak lain yang enggan membantu, dan sebagainya.

6. Pengertian Inovatif

Inovasi adalah suatu proses mengubah peluang menjadi gagasan atau ide-ide yang dapat dijual dan merupakan hal atau trobosan baru. Sedangkan kemampuan inovatif adalah seorang wirausahawan merupakan proses mengubah peluang atau gagasan dan ide-ide yang dapat dijual. (Basrowi,2011: 35).

7. Pentingnya Inovatif

Apabila wirausahawan ingin sukses dan terus dapat menjalankan usahanya, ia harus membuat produk-produk yang dihasilkan dengan inovasi-inovasi baru sebab dalam dunia bisnis pada zaman sekarang produk-produk dan pelayanannya tanpa adanya inovasi tidak akan berkembang dan tidak akan mungkin sukses dalam berwirausaha. Keterlambatan berinovasi dalam produk dan pelayanan akan mengakibatkan kegagalan bagi seorang wirausaha. Dengan adanya bisnis, akan membawa perkembangan dan perubahan dalam otonomi (Joseph Schumpeter) dalam (Basrowi, 2011: 35).

Menurut basrowi, ada beberapa hal yang harus dijadikan dasar untuk meningkatkan kemampuan inovatif produk dan pelayanannya, antara lain sebagai berikut:


(63)

b. Membuat produk dengan penuh inovatif dengan proses secara sederhana dan dapat dipahami serta dikerjakan.

c. Memulai membuat produk dengan inovatif yang terkecil. d. Menentukan tujuan dalam berinovatif.

e. Menjalankan uji coba dan revisi.

f. Mulailah belajar berinovasi dari pengalaman.

g. Mengikuti jadwal yang sudah ditentukan dalam berinovatif.

h. Menghargai karyawan yang mempunyai gagasan dalam berinovatif. i. Mempunyai keyakinan dan bekerja dengan penuh inovatif.

8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inovatif

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan inovatif seseorang wirausahawan adalah keinginan untuk berprestasi, pemasaran, resiko, pendidikan, pengalaman, dan lain sebagainya. Adanya inovasi yang berasal dari orang lain akan memicu seseorang untuk berusaha agar bisnisnya berhasil (Basrowi,2011:36).

9. Prinsip-prinsip Inovatif

Prinsip-prinsip keharusan inovatif menurut (Basrowi, 2011: 37), sebagai berikut:

a. Keharusan menganalisis peluang

Semua sumber peluang inovatif harus dianalisis secara sistematis, tujuannya adalah mencari peluang yang benar-benar sesuai dengan inovasi yang akan dilakukan.


(64)

b. Keharusan memperluas wawasan

Makin banyak hal-hal baru yang kita dapatkan maka makin mudah bagi kita untuk mencari gagasan yang inovati., Memperluas wawasan dapat dilakukan dengan cara lebih banyak membaca, mendengar dan merasakan.

c. Keharusan untuk bertindak efektif

Syarat bagi keefektifan sebuah inovasi adalah kesederhanaan

sehingga timbul pernyataan “hal ini sebetulnya sederhana, mengapa tidak berpikir sebelumnya”.

d. Keharusan untuk tidak berpikir muluk

Memiliki impian yang besar memang bagus, hal ini merupakan sumber inspirasi untuk melakukan sebuah inspirasi, tetapi akan lebih baik jika dari hal-hal yang lebih kecil dahulu.

H. Penelitian Yang Relevan

1. Faktor kebutuhan akan prestasi yang mempengaruhi intensi berwirausaha Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Rustiyaningsih (2013) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi intense berwirausaha, penelitian ini didasarkan pada fenomena bahwa pengangguran merupakan salah satu masalah sosial yang dihadapi suatu Negara. Dan merupakan upaya awal dalam menciptakan calon wirausaha.

Penelitian yang dilakukan oleh Rustiyaningsih merupakan penelitian pengujian hipotesis. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa


(65)

kebutuhan akan prestasi tidak berpengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan (nilai t sebesar 1,752 dengan Sig 0,083 > 0,05).

Hasil penelitian Rustiyaningsih berbeda dengan hasil dari penelitian Caecilia (2012) tentang pengaruh faktor-faktor intensi berwirausaha siswa SMK program studi keahlian teknik otomotif di kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan. Perbedaan ini terletak pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh kedua peneliti. Penelitian yang dilakukan oleh Rustiyaningsih menyimpulkan bahwa kebutuhan akan prestasi tidak berpengaruh signifikan terhadap intensi berwirausaha sedangkan menurut hasil penelitian Caecilia menunjukkan bahwa kebutuhan akan prestasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi berwirausaha.

Pada penelitian Caecilia dilakukan atas dasar fenomena bahwa masih besarnya tingkat pengangguran pada lulusan SMA dan SMK dikarenakan sulitnya mendapat pekerjaan, dan SMK Tabalong merupakan lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga kerja teknisi dan wirausahawan tingkat menengah, dituntut untuk menyiapkan lulusan siap kerja dan mampu berusaha mandiri dengan tingkat intensi berwirausaha yang tinggi. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik regresi linier berganda. Hasil penelitian Caecilia menunjukkan bahwa kebutuhan akan prestasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi berwirausaha (0,299 dengan sig 0,003 <0,05).


(1)

 

   

TABEL R STATISTIKA

rumus hitung.com http://rumushitung.com

DF=n-2 0,1 0,05 0,02 0,01 0,001 1 0,9877 0,9969 0,9995 0,9999 1,0000 2 0,9000 0,9500 0,9800 0,9900 0,9990 3 0,8054 0,8783 0,9343 0,9587 0,9911 4 0,7293 0,8114 0,8822 0,9172 0,9741 5 0,6694 0,7545 0,8329 0,8745 0,9509 6 0,6215 0,7067 0,7887 0,8343 0,9249 7 0,5822 0,6664 0,7498 0,7977 0,8983 8 0,5494 0,6319 0,7155 0,7646 0,8721 9 0,5214 0,6021 0,6851 0,7348 0,8470 10 0,4973 0,5760 0,6581 0,7079 0,8233 11 0,4762 0,5529 0,6339 0,6835 0,8010 12 0,4575 0,5324 0,6120 0,6614 0,7800 13 0,4409 0,5140 0,5923 0,6411 0,7604 14 0,4259 0,4973 0,5742 0,6226 0,7419 15 0,4124 0,4821 0,5577 0,6055 0,7247 16 0,4000 0,4683 0,5425 0,5897 0,7084 17 0,3887 0,4555 0,5285 0,5751 0,6932


(2)

 

   

18 0,3783 0,4438 0,5155 0,5614 0,6788 19 0,3687 0,4329 0,5034 0,5487 0,6652 20 0,3598 0,4227 0,4921 0,5368 0,6524 21 0,3515 0,4132 0,4815 0,5256 0,6402 22 0,3438 0,4044 0,4716 0,5151 0,6287 23 0,3365 0,3961 0,4622 0,5052 0,6178 24 0,3297 0,3882 0,4534 0,4958 0,6074 25 0,3233 0,3809 0,4451 0,4869 0,5974 26 0,3172 0,3739 0,4372 0,4785 0,5880 27 0,3115 0,3673 0,4297 0,4705 0,5790 28 0,3061 0,3610 0,4226 0,4629 0,5703

29 0,3009 0,3550 0,4158 0,4556 0,5620 30 0,2960 0,3494 0,4093 0,4487 0,5541  


(3)

184

LAMPIRAN 8


(4)

(5)

(6)