48 c.
Bahan hukum tersier Bahan hukum yang memberikan petunjuk ataupun penjelasan terhadap bahan
primer dan bahan sekunder meliputi Kamus Hukum dan Kamus Besar Bahasa Indoneisia KBBI.
3.3 Prosedur Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian dilakukan dengan cara berupa study kepustakaan. Yaitu dilakukan dengan menelaah, membaca
buku-buku, mempelajari, mencatat, dan mengutip buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen hukum yang ada kaitannya dengan
eksistensi jaksa sebagai pengacara negara dalam sengketa tata usaha negara.
3.4 Prosedur Pengolahan Data
Setelah data terkumpul dengan baik melalui studi kepustakaan kemudian data diolah dengan cara mengelompokkan kembali data, setelah itu diidentifikasi
sesuai dengan pokok bahasan. Setelah mendapatkan data-data yang diperoleh, maka penulis melakukan kegiatan-kegiatan antara lain :
1. Inventarisasi bahan, yaitu dengan cara pencatatan atau pengumpulan data-
data yang berkaitan dengan permasalah yang akan dibahas. 2.
Pendeskripsian bahan, yaitu dengan cara pemaparan atau penggambaran dengan jelas dan terperinci mengenai bahan-bahan yang telah dikumpulkan.
3. Sistematisasi data, yaitu penyusunan data berdasarkan urutan data yang telah
ditentukan dan sesuai dengan pokok bahasan secara sistematis dengan maksud untuk memudahkan dalam menganalisis data.
49 4.
Interprestasi data, yaitu suatu kegiatan yang menggabungkan hasil analisis dengan pernyataan, kriteria, standar atau tolak ukur dalam penelitian yang
dibahas.
3.5 Analisis Data
Dalam menganalisa data yang digunakan, metode yang digunakan adalah analisis Deskriptif Kualitatif, yaitu analisis yang menggunakan kalimat-kalimat untuk
menjelaskan data yang telah tersusun secara logis, rinci dan jelas, sehingga memudahkan untuk dimengerti guna menarik kesimpulan tentang masalah yang
diteliti. Kemudian akan dilakukan penarikan kesimpulan secara induktif, yaitu suatu cara berfikir yang didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat umum guna
memperoleh gambaran yang jelas mengenai jawaban dari permasalahan yang dibahas.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kejaksaan Tinggi Provinsi Banten
Provinsi Banten ditetapkan berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten dengan wilayah meliputi Kabupaten
Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Cilegon dengan ibukota Serang. Seiring dengan
ditetapkannya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten maka dibentuklah Kejaksaan Tinggi Banten berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 13 Tahun 2002, tertanggal 14 Maret 2002 tentang Pembentukan Kejaksaan Tinggi Banten, Kejaksaan Tinggi Kepulauan Bangka
Belitung, dan Kejaksaan Tinggi Gorontalo.
4.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Kejaksaan Tinggi Provinsi Banten
Berdasarkan Pasal 30 Undang Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut.
1. Di bidang pidana, kejaksaan kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang:
a. Melakukan penuntutan;
b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;