Kandungan kalsium perikarp buah diukur dengan AAS Atomic Komponen kualitas buah

Tabel 2. Skor cemaran getah kuning pada aril Skor cemaran getah kuning pada Aril Keterangan Skor 1 Baik sekali , aril putih bersih, tidak terdapat getah kuning baik diantara aril dengan kulit maupun dipembuluh buah Skor 2 Baik , aril putih, terdapat 1-2 noda bercak kecil getah kuning pada satu ujung aril, namun tidak memberikan rasa pahit Skor 3 Cukup baik , terdapat beberapa noda bercak getah kuning disalah satu ujung juring atau diantara juring dan mengotori aril Skor 4 Buruk , terdapat nodagumpalan getah kuning baik di ujung juring, diantara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit Skor 5 Buruk sekali , terdapat nodagumpalan besar baik di juring, diantara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit, warna aril menjadi bening

2. Cemaran getah kuning pada kulit.

a. Persentase buah tercemar per pohon. Dihitung berdasarkan persentase buah tercemar terhadap jumlah buah contoh 100 buah per pohon. b. Pengukuran skor cemaran getah kuning pada kulit buah manggis. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skoring yang merujuk pada Kartika 2004 yang dimodifikasi, seperti tercantum pada Tabel 3. Tabel 3. Skor cemaran getah kuning pada kulit Skor cemaran getah kuning pada Kulit Keterangan Skor 1 Baik sekali , kulit mulus tanpa terlihat getah kuning Skor 2 Baik , kulit mulus dengan 1-5 gumpalan kecil getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah Skor 3 Cukup baik , kulit mulus dengan 6-10 tetes kecil getah kuning yang mengering dan tidak mempengaruhi warna buah Skor 4 Buruk , kulit kotor karena gumpalan sedang besar getah kuning , terdapat 1-2 bekas aliran yang menguning dan membentuk jalur berwarna kuning di permukaan buah Skor 5 Buruk sekali , kulit kotor karena terdapat lebih dari 1 gumpalan besar getah kuning , terdapat banyak jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah, dan warna buah menjadi kusam.

3. Kandungan kalsium perikarp buah diukur dengan AAS Atomic

Absorption Spectrophotometer, Perkin-Elmer model 1100B. Analisis kalsium pada kulit buah manggis dilakukan dengan menggunakan Metode Pengabuan Basah. Sampel kulit buah ditimbang sebanyak 0.2 g dan dimasukkan ke dalam labu takar berukuran 25 ml, lalu ditambahkan 5 ml campuran HNO 3 + HCLO 4 2:1 dan didiamkan selama semalam. Setelah semalam kemudian dipanaskan pada suhu 150 C selama 1.5 jam, lalu didinginkan selama lebih kurang 30 menit dan kemudian ditambahkan HCL pekat 12 N sebanyak 1 ml. Selanjutnya dipanaskan kembali pada suhu 230 C selama 0.5 jam, lalu didinginkan dan setelah itu ditambahkan aquades sampai volume 25 ml. Dari larutan tersebut diambil 1 ml dan ditambahkan 9 ml aqudes siap untuk diukur dengan alat AAS. Disiapkan laruran standar kalsium 0, 50, 100, 200, 300, 400, 500 ppm kalsium. Sampel dan larutan standar diinjeksikan kedalam alat AAS.

4. Komponen kualitas buah

Pengamatan terhadap komponen kualitas buah manggis dilakukan terhadap peubah: a. Bobot buah segar g Bobot buah segar diukur dengan menggunakan timbangan digital dengan cara menimbang buah pada saat setelah panen. b. Bobot kulit buah segar g Bobot kulit buah diukur dengan menggunakan timbangan digital dengan cara menimbang kulit buah setelah buah dibelah dan dipisahkan dengan aril dan biji. c. Bobot biji segar total g Bobot biji diukur dengan menggunakan timbangan digital dengan cara menimbang biji dari buah sampel. d. Bobot tangkai dan cupat segar g Bobot tangkai dan cupat diukur dengan menggunakan timbangan digital dengan cara menimbang tangkai dan cupat setelah dipisahkan dari kulit buah. e. Bobot aril g Bobot aril dihitung berdasarkan pengurangan bobot buah total terhadap bobot kulit buah, bobot biji serta bobot tangkai dan cupat. f. Kekerasan kulit buah kgcm 2 dt Kekerasan kulit buah diukur dengan menggunakan penetrometer pada bagian atas, tengah dan bawah dan selanjutnya diambil rata-ratanya. g. Diameter transversal cm Diameter horizontal buah diukur menggunakan jangka sorong pada bagian tengah buah secara horizontal pada kedua sisi, dan selanjutnya diambil rata-ratanya. h. Diameter longitudinal cm Diameter vertikal diukur menggunakan jangka sorong pada bagian tengah buah secara vertikal pada kedua sisi, dan selanjutnya diambil rata- ratanya. i. Tebal kulit buah mm Tebal kulit diukur dengan menggunakan jangka sorong setelah kulit buah dibelah secara melintang menjadi dua bagian. j. Edible portion Edible portion adalah persentase bagian buah yang dapat dimakan, dan dirumuskan sebagai berikut : Edible portion= g Segar Buah Bobot g Aril Bobot x100 k. Total padatan terlarut brik Diukur total padatan terlarut setiap daging buah manggis dengan menggunakan refraktometer TSS dalam brik l. Total asam terlarut Aril diperas dan disaring menggunakan kain saring, kemudian hasil saringan ditimbang sebanyak 20 g. Bahan tersebut ditambahkan aquades hingga total larutan 100 ml Sebanyak 25 ml larutan ditempatkan kedalam erlenmeyer dan diberi indikator PP phenolphthalein sebanyak empat tetes. Selanjutnya campuran larutan dititrasi dengan larutan NaOH 0.1 N. Titrasi dilakukan hingga terbentuk warna merah muda yang stabil Perhitungan Total Asam Terlarut dilakukan dengan rumus : Total asam tertitasi = bahan mg Be x fp x NNaOH x NaOH ml x100 N : Normalitas larutan NaOH fp : Faktor Pengencer Be : Berat molekul asam sitrat =1923 m. Analisis jaringan buah Analisis jaringan buah dilakukan untuk mendapatkan kandungan Ca, Mg, Mn dan B pada jaringan kulit buah manggis Hasil dan Pembahasan Aplikasi kalsium dan boron Aplikasi kalsium dan boron terbukti mampu menurunkan persentase buah tercemar getah kuning pada aril, skor cemaran getah kuning pada aril, dan persentase juring tercemar, baik pada tahun pertama maupun pada tahun kedua percobaan Tabel 4. Pada tahun pertama, aplikasi dolomit + boron mampu menurunkan persentase buah tercemar getah kuning pada aril hingga menjadi 53 , jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan tanpa kalsium dan boron kontrol yang menghasilkan cemaran getah kuning pada aril sebesar 91.66 . Nilai Skor cemaran lebih rendah juga didapatkan pada perlakuan dolomit + boron sebesar 1.68, sedangkan kontrol menunjukkan skor cemaran sebesar 3.01. Pada tahun kedua, aplikasi dolomit + boron menurunkan persentase buah tercemar getah kuning pada aril hingga menjadi 31.66 , tidak berbeda nyata dengan aplikasi dolomit 36.33 dan kalsit + boron 33.00, namun berbeda nyata dengan kontrol 62.66 . Sedangkan pada peubah persentase juring tercemar per buah, aplikasi dolomit + boron berbeda nyata dengan kontrol namun tidak berbeda nyata dengan aplikasi lainnya, baik pada tahun pertama maupun kedua. Tabel 4. Pemupukan kalsium dan boron pada tanaman manggis, terhadap persentase buah tercemar getah kuning pada arilpohon, persentase juring tercemar dan skor cemaran getah kuning pada aril selama dua tahun. Aplikasi kalsium dan boron Cemaran getah kuning pada aril Buah tercemar pohon Juring tercemar buah Skor 1-5 2012 2013 2012 2013 2012 2013 Kontrol 91.66 a 62.66 a 30.4 a 33.3 a 2.96 a 3.01 a Boron 85.00 a 57.66 a 26.5 ab 26.7 b 2.45 b 2.45 b Dolomit 63.33 b 36.33 c 19.3 c 18.3 c 1.81 d 1.88 c Kalsit 66.66 b 42.33 b 24.2 bc 20.9 c 1.95 cd 1.80 cd Dolomit + boron 53.33 c 31.66 c 18.7 c 17.3 c 1.80 d 1.68 d Kalsit + boron 68.33 b 33.00 c 22.2 bc 21.8 c 2.05 c 1.81 c Ket.: Data skoring diuji menggunakan uji peringkat Kruskal Wallis. Skor cemaran berdasar skor 1-5 dengan nilai 1 terbaiktanpa cemaran hingga nilai 5 terburuk memiliki skor cemaran tertinggi. Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom skor getah kuning menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Dunn 5 , pada kolom buah tercemar per pohon dan juring tercemar per buah menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5 . Aplikasi kalsium dan boron juga mampu menurunkan persentase buah tercemar getah kuning pada kulit buah dan skor cemaran getah kuning pada kulit selama dua tahun percobaan Tabel 5. Aplikasi dolomit + boron menurunkan persentase cemaran getah kuning pada kulit menjadi 76.66 pada tahun pertama, sedangkan kontrol menghasilkan 88.33 . Pada tahun kedua percobaan, aplikasi Aplikasi dolomit + boron menurunkan persentase cemaran getah kuning pada kulit menjadi 46.33 , sedangkan kontrol masih diatas 85 . Demikian pula pada skor cemaran getah kuning pada kulit, aplikasi dolomit + boron menunjukkan skor cemaran getah kuning yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol, dan tidak berbeda nyata dengan aplikasi kalsium dan boron lainnya. Penurunan persentase buah tercemar getah kuning dan skor cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah, sejak tahun pertama percobaan menunjukkan bahwa kalsium menjadi unsur penting utama dalam penurunan tersebut. Aplikasi boron juga mampu menurunkan skor cemaran getah kuning pada aril maupun kulit buah, namun kemampuannya dalam menurunkan persentase buah tercemar getah kuning dan skor cemaran yang terjadi belum sebesar penurunan yang didapat dengan aplikasi kalsium. Kombinasi aplikasi kalsium baik dari dolomit ataupun kalsit dan boron terbukti mampu menurunkan persentase buah tercemar pada aril dan kulit serta skor cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah, baik pada tahun pertama maupun pada tahun kedua percobaan. Hal ini diduga bahwa dengan aplikasi kalsium, terjadi peningkatan serapan dan tranlokasi kalsium ke jaringan buah. Selain unsur kalsium, kombinasi kalsium dan boron akan menjamin suplai boron terhadap pertumbuhan dan perkembangan buah. Boron memiliki fungsi yang sama dalam meningkatkan kekuatan dinding sel seperti halnya kalsium Hu et al. 1996. Oleh karena itu boron diduga akan mendukung fungsi dari kalsium dalam peningkatan kekuatan dinding sel-sel epitel sel saluran getah kuning. Tabel 5. Pemupukan kalsium dan boron pada tanaman manggis, terhadap persentase buah tercemar getah kuning pada kulitpohon dan skor cemaran getah kuning pada kulit buah selama dua tahun. Aplikasi kalsium dan boron Cemaran getah kuning pada kulit Buah tercemar pohon Skor 1-5 2012 2013 2012 2013 Kontrol 88.33 a 86.00 a 3.01 a 3.00 a B 86.66 ab 73.00 b 2.73 b 2.58 b Dolomit 83.33 ab 52.00 cd 2.26 c 2.13 c Kalsit 85.00 ab 57.00 c 2.20 c 2.18 c Dolomit + boron 76.66 bc 46.33 d 2.11 c 2.08 c Kalsit + boron 71.66 c 50.00 d 2.11 c 2.15 c Ket.: Data skoring diuji menggunakan uji peringkat Kruskal Wallis. Skor cemaran berdasar skor 1-5 dengan nilai 1 terbaiktanpa cemaran hingga nilai 5 terburuk memiliki skor cemaran tertinggi. Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom skor getah kuning menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Dunn 5 , pada kolom buah tercemar per pohon menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5 . Kombinasi kalsium dan boron akan meningkatkan ketahanan saluran dinding sel terhadap resiko terjadinya pecah pada saat terjadi tekanan terhadap saluran tersebut. Limpun-Udom 2001 dalam penelitiannya mendapatkan hasil bahwa kandungan kalsium dan boron pada kulit buah manggis normal yang tidak tercemar getah kuning lebih tinggi dibandingkan dengan buah yang mengalami cemaran getah kuning. Lim et al. 2001 menambahkan bahwa boron memiliki fungsi penting dalam mendukung fungsi kalsium dalam jaringan tanaman khususnya sebagai salah satu komponen penyusun dinding sel. Keberadaan unsur boron akan mendukung peningkatan ketahanan dan rigiditas dinding sel saluran getah kuning. Disebutkan oleh Marschner 1995 dan O’Neill et al. 2004 bahwa seperti hanya kalsium, boron berfungsi sebagai penyusun dinding sel, berfungsi meningkatkan stabilitas dan ketegaran struktur dinding sel dan meningkatkan integritas membran plasma. Selanjutnya Kobayashi et al. 1996 pada hasil penelitiannya melaporkan bahwa boron sebagai asam borat terikat bersama dua rantai rhamnogaladuronan II RG II membentuk kompleks boron-polisakarida. Dua molekul rhamnogaladuronan II ini terkait silang satu sama lain oleh asam borat membentuk kompleks boron-polisakarida. Aplikasi kalsium baik bersumber dari dolomit dan kalsit bersama boron akan menjamin ketersediaan kalsium dan boron pada saat pertumbuhan dan perkembangan buah serta mendukung pembentukan dan perkembangan dinding sel pada fase pertumbuhan dan perkembangan buah pada fase generatif tanaman. Adanya tekanan pada endocarp buah akibat pertumbuhan cepat biji dan aril, menyebabkan saluran getah kuning rentan terhadap kerusakan. Keberadaan kalsium baik dari dolomit maupun kalsit dan boron akan meningkatkan kekuatan dinding sel jaringan saluran getah kuning sehingga tidak mudah pecah. Baik dolomit maupun kalsit memberikan pengaruh yang relatif sama dalam menurunkan skor cemaran getah kuning baik pada aril maupun kulit buah manggis. Hal ini menunjukkan bahwa kedua sumber kalsium tersebut dapat digunakan dalam mengatasi cemaran getah kuning pada buah manggis. Kebutuhan boron bagi tanaman terjadi pada saat memasuki stadia generatif, terutama pada saat antesis Pechkeo et al. 2007, Hu et al. 1996. Pada stadia ini, tanaman buah-buahan akan menyerap semua unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan bunga dan buah. Suplai boron sebagai unsur yang tidak mobil akan bergantung kepada serapan boron dari akar menuju buah melalui xylem. Hu et al. 1996 dan Pechkeo et al. 2007 menjelaskan bahwa terjadi peningkatan jumlah boron pada jaringan bunga dan buah pada saat tanaman memasuki fase generatif. Peningkatan boron terutama terkait dengan penyusunan dinding sel jaringan buah. Lebih dari 70 boron pada jaringan sel berada pada dinding sel dan berikatan dengan pektin. Sifat unsur boron yang toksik menyebabkan boron tidak dapat diaplikasikan secara berlebihan. Marshner 1995 menyatakan boron toksik bagi tanaman pada tingkat-tingkat yang berbeda, perbedaan ini berkaitan dengan fungsi boron dan kebutuhan akan boron. Boron terutama akan diserap maksimal pada saat sintesis dinding sel, khususnya pada saat pembentukan lignin dan sebagai penyusun dinding sel. Untuk tanaman manggis, Martias 2012 dalam penelitiannya menemukan bahwa Kadar boron daun optimum 86.5 ppm mengeliminasi cemaran getah kuning hingga mencapai minimum 2.86 , namun peningkatan boron daun hingga 130 ppm menyebabkan cemaran getah kuning meningkat hingga 40.7 . Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa aplikasi boron dapat menurunkan cemaran getah kuning namun pada jumlah tertentu boron dapat bertindak sebagai toksik bagi tanaman. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kalsium mampu meningkatkan tingkat toleransi tanaman terhadap sifat toksik boron. Seperti yang dinyatakan oleh Tisdale et al. 1985 dalam penelitiannya bahwa terdapat hubungan antara kalsium dan boron terhadap tanaman. Pada saat kalsium berada dalam jumlah yang cukup, tanaman akan menjadi lebih toleran terhadap keberadaan boron. Keberadaan kalsium diketahui mampu meningkatkan tingkat toleransi tanaman terhadap keracunan boron dengan melakukan regulasi transportasi boron pada sel tanaman, dan melindungi sel dari masuknya boron ke dalam sel tanaman dalam jumlah berlebih. Hal ini akan meningkatkan efisiensi fungsi boron sebagai salah satu penyusun dinding sel seperti halnya kalsium. Dari hasil percobaan ini didapatkan bahwa sumber kalsium baik dolomit maupun kalsit secara umum memberikan pengaruh yang sama terhadap penurunan cemaran getah kuning. Namun demikian aplikasi boron bersama dengan kalsium yang bersumber dari dolomit cenderung menunjukkan nilai yang lebih baik dalam menurunkan persentase buah tercemar ataupun skor cemaran yang terjadi pada buah manggis. Waktu aplikasi kalsium dan boron Waktu aplikasi kalsium dan boron memberikan pengaruh terhadap persentase buah tercemar getah kuning pada aril pada tahun kedua percobaan, namun tidak memberikan pengaruh terhadap penurunan skor cemaran getah kuning pada aril pada tahun yang sama. Waktu aplikasi kalsium dan boron hanya memberikan pengaruh terhadap skor cemaran getah kuning pada tahun pertama aplikasi. Sedangkan pada persentase juring tercemar, waktu aplikasi kalsium dan boron tidak memberikan pengaruh baik pada tahun pertama maupun tahun kedua percobaan Tabel 6. Tabel 6. Waktu pemupukan kalsium dan boron pada tanaman manggis, terhadap persentase buah tercemar getah kuning pada arilpohon, skor cemaran getah kuning pada aril dan persentase juring tercemar selama dua tahun. Waktu aplikasi kalsium dan boron Cemaran getah kuning pada aril Buah tercemar pohon Juring tercemar buah Skor 1-5 2012 2013 2012 2013 2012 2013 Antesis + 1 MSA 70.00 42.33 b 0.23 0.22 2.08 b 2.10 Antesis + 4 MSA 72.77 45.55 a 0.23 0.23 2.25 a 2.11 Ket.: Data skoring diuji menggunakan uji peringkat Kruskal Wallis. Skor cemaran berdasar skor 1-5 dengan nilai 1 terbaiktanpa cemaran hingga nilai 5 terburuk memiliki skor cemaran tertinggi. Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom skor getah kuning menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Dunn 5 , pada kolom buah tercemar per pohon dan juring tercemar per buah menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5 . Waktu aplikasi kalsium dan boron tidak memberikan pengaruh terhadap penurunan persentase cemaran getah kuning pada kulit buah baik pada tahun pertama maupun kedua. Namun demikian waktu aplikasi kalsium dan boron memberikan pengaruh terhadap skor cemaran getah kuning pada kulit pada tahun pertama aplikasi, sedangkan pada tahun kedua tidak memberikan pengaruh. Aplikasi kalsium dan boron pada saat antesis + 4 MSA memberikan skor cemaran getah kuning terburuk dibandingkan aplikasi pada saat antesis + 1 MSA Tabel 7. Tabel 7. Waktu pemupukan kalsium dan boron pada tanaman manggis, terhadap persentase buah tercemar getah kuning pada kulitpohon dan skor cemaran getah kuning pada kulit buah selama dua tahun. Waktu aplikasi kalsium dan boron Cemaran getah kuning pada kulit Buah tercemar pohon Skor 1-5 2012 2013 2012 2013 Antesis + 1 MSA 82.22 60.77 2.35 b 2.37 Antesis + 4 MSA 81.66 60.66 2.46 a 2.33 Ket.: Data skoring diuji menggunakan uji peringkat Kruskal Wallis. Skor cemaran berdasar skor 1-5 dengan nilai 1 terbaiktanpa cemaran hingga nilai 5 terburuk memiliki skor cemaran tertinggi. Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom skor getah kuning menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Dunn 5 , pada kolom buah tercemar per pohon menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5 . Pada tahun kedua, aplikasi kalsium dan boron pada saat antesis + 1 MSA mampu menurunkan persentase buah tercemar getah kuning pada aril buah lebih baik dibandingkan aplikasi kalsium dan boron pada saat antesis + 4 MSA. Hal ini diduga bahwa aplikasi kalsium dan boron dapat memenuhi kebutuhan kalsium dan boron setelah dua tahun aplikasi untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan buah pada tahap selanjutnya. Sedangkan pada tahun pertama, waktu aplikasi hanya dapat menurunkan skor cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah, dengan aplikasi saat antesis + 1 MSA menurunkan skor cemaran getah kuning lebih rendah dibandingkan waktu aplikasi pada saat antesis + 4 MSA. Terdapat keterkaitan antara perkembangan buah dengan kebutuhan kalsium yang tersedia dalam tanah, yaitu terjadinya peningkatan serapan kalsium ke jaringan buah saat perkembangan buah. Peningkatan terjadi mengikuti stadia perkembangan buah, terutama terjadi pada stadia awal perkembangan buah dan kemudian menurun seiring peningkatan tingkat kematangan buah. Disebutkan oleh Tomala et al. 1989 bahwa penyerapan kalsium ke jaringan buah terjadi secara kontinu dan berfluktuasi dalam proses perkembangan buah. Pernyataan ini sesuai dengan Faust 1989, Wilkinson dan Perring 1961, Ford dan Quinlan 1979, Fuhr dan Wieneke 1974, Hu et al. 1996, Pechkeo et al. 2007 dan Wilsdorf 2011 yang menyatakan bahwa secara umum penyerapan kalsium oleh buah terjadi selama stadia awal pertumbuhan dan perkembangan buah. Penyerapan kalsium dan boron secara cepat oleh tanaman terutama terjadi diawal pertumbuhan dan perkembangan buah, yang ditranlokasikan melalui xylem menuju buah. Meningkatnya ukuran buah manggis menyebabkan buah rentan terhadap cemaran getah kuning pada aril maupun kulit buah karena adanya desakan akibat perkembangan buah. Desakan terjadi akibat adanya perbedaan laju pertumbuhan antara aril dan biji terhadap kulit buah. Desakan ini berpotensi menyebabkan terjadinya pecahnya saluran getah kuning pada jaringan pericarp buah yang kemudian mencemari aril Poerwanto et al. 2010. Aplikasi kalsium dan boron melalui perakaran pada saat antesis diduga dapat memenuhi kebutuhan kalsium terutama pada stadia cepat perkembangan buah tersebut, yaitu pada 1-4 Minggu Setelah Antesis MSA. Dijelaskan oleh Poovarodom 2009 pada buah manggis terdiri dari tiga stadia perkembangan buah yaitu stadia I 1-4 MSA, stadia II 5-13 MSA, dan stadia III 14-15 MSA. Oleh karena itu aplikasi kalsium dan boron yang dilakukan dua kali pada saat antesis + 1 MSA diduga mampu meningkatkan serapan dan tranlokasi kalsium ke jaringan buah melalui xylem dibandingkan aplikasi pada saat antesis + 4 MSA. Aplikasi kalsium dan boron pada saat antesis + 4 MSA diduga kurang efektif dalam peningkatan serapan dan translokasi kalsium dan boron ke jaringan buah. Hal ini disebabkan pada saat 4 MSA kebutuhan kalsium dan boron terhadap pertumbuhan dan perkembangan buah tidak setinggi kebutuhan pada saat antesis + 1 MSA. Dijelaskan oleh Rigney dan Wills 1981 dan Poovarodom 2009 bahwa selama perkembangan buah manggis, kebutuhan kalsium pada dinding sel akan mengalami peningkatan namun kemudian akan menurun menjelang pemasakan. Stadia pertumbuhan buah cepat pada tanaman manggis terjadi pada 1-4 MSA. Pada masa ini unsur kalsium dan boron akan ditranlokasikan ke jaringan buah dalam jumlah banyak karena buah menjadi sink yang kuat terhadap berbagai unsur hara Marschner 1995. Pada stadia ini aliran translokasi kalsium dan boron yang sebelumnya dominan menuju daun akan beralih menuju buah. Aplikasi kalsium dan boron pada saat antesis + 4 MSA akan kurang efektif dibandingkan aplikasi kalsium dan boron pada saat antesis + 1 MSA karena pada saat aplikasi kedua di 4 MSA, kebutuhan kalsium dan boron tidak sebanyak pada saat 1 MSA. Namun demikian aplikasi kalsium dan boron pada saat tahun kedua aplikasi menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap penurunan cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah manggis. Selisih waktu 1 MSA dan 4 MSA masih belum dapat menunjukkan pengaruh aplikasi kalsium dalam penurunan cemaran getah kuning secara jelas. Jarak waktu antara 1MSA dan 4 MSA diduga masih terlalu dekat untuk mengetahui pengaruh waktu aplikasi kalsium terhadap penuruunan cemaran getah kuning pada buah manggis. Stadia I yaitu 1-4 MSA merupakan waktu kebutuhan kalsium dan boron yang terpenting bagi tanaman. Aplikasi kalsium dan boron pada saat antesis berperan penting dalam memenuhi kebutuhan kalsium dan boron untuk menurunkan cemaran getah kuning. Selain itu jumlah dan tingkat stadia pertumbuhan dan perkembangan buah yang berbeda pada satu tanaman diduga mempengaruhi tingkat serapan dan translokasi kalsium dan boron terhadap buah manggis. Hasil percobaan menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh dari perlakuan pemberian kalsium dan boron terhadap seluruh peubah kualitas buah manggis yang diamati diantaranya Bobot Buah Buah Segar, Bobot Kulit Buah Segar, Bobot Biji Segar Total, Bobot Tangkai dan Cupat Segar, Bobot Aril, Kekerasan kulit buah, Diameter transversal, Diameter Longitudinal, Tebal Kulit Buah, Edible portion, Total Padatan Terlarut, dan Total Asam Terlarut Lampiran 2. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi kalsium dan boron tidak mempengaruhi kualitas buah yang lain kecuali penurunan persentase buah tercemar, skor dan juring tercemar getah kuning. Oleh karena itu aplikasi kalsium dan boron dapat diterapkan tanpa ada kekuatiran akan mempengaruhi jumlah produksi dan atau kualitas buah lainnya. Kesimpulan Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Aplikasi 3.2 kg kalsium dolomit pohontahun + 2.8 g B pohontahun dapat menurunkan cemaran getah kuning pada aril buah manggis mencapai 53 dan pada kulit mencapai 46, sedangkan tanaman tanpa kalsium dan boron kontrol menghasilkan cemaran getah kuning sebesar 91.66 pada aril dan 86 pada kulit. 2. Aplikasi boron sebesar 2.8 gpohontahun mampu menurunkan persentase buah tercemar getah kuning serta skor cemaran getah kuning pada aril dan kulit, namun tidak sebesar aplikasi Ca 3. Pemupukan kalsium dan boron pada saat antesis dan 1 MSA dapat menurunkan persentase buah tercemar getah kuning pada aril. BAB IV APLIKASI KALSIUM BERDASARKAN STADIA PERTUMBUHAN BUAH UNTUK MENGATASI CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS Garcinia mangostana L. Latar Belakang Bogor adalah salah satu sentra produksi buah manggis di Indonesia dengan skor cemaran getah kuning yang tinggi. Martias 2012 menemukan bahwa keragaan cemaran getah kuning di Jawa Barat sekitar 8.7 - 54.04 untuk persentase aril bergetah kuning, persentase juring bergetah kuning dan persentase kulit buah bergetah kuning. Pecahnya saluran getah pada buah manggis terjadi karena sel-sel epitel penyusun saluran getah kuning mendapat tekanan. Tekanan kemungkinan terjadi karena satu atau dua hal, yaitu pertama, disebabkan adanya peningkatan potensial cairan getah akibat menyerap air berlebih pada saat terjadi perubahan potensial air tanah yang mendadak. Kedua, tekanan dari aril dan biji yang tumbuh lebih cepat daripada kulit buah. Kedua tekanan tersebut akan menyebabkan sel epitelium pecah bila dinding selnya lemah Poerwanto et al. 2010. Dinding sel yang lemah dan mudah pecah diduga akibat dinding sel-sel epital saluran getah kuning kekurangan kalsium Dorly et al. 2008. Kalsium menjadi substansi perekat pada struktur dinding sel dalam bentuk Ca-pektat yang mengikat rantai pektin sehingga dinding sel menjadi kuat Marschner 1995; Huang et al. 2005. Namun demikian, beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan kalsium yang dilakukan pada kondisi dan saat yang tidak tepat tidak efektif. Pemupukan kalsium pada saat menjelang berbunga tidak dapat meningkatkan kandungan kalsium buah, tetapi meningkatkan kandungan kalsium pada daun Dorly 2009. Aplikasi kalsium pada saat belum terbentuk buah membuat kalsium akan ditranslokasikan ke jaringan daun karena distribusi kalsium yang dipengaruhi oleh transpirasi. Sifat kalsium yang tidak mobil menyebabkan kalsium yang tersimpan di daun tidak akan diretranslokasikan ke jaringan lain termasuk buah Marschner 1995. Pertumbuhan buah cepat akan berkaitan dengan serapan dan translokasi kalsium ke jaringan buah Rosen et al. 2006. Berdasarkan stadia perkembangan buah manggis, Poovarodom 2009 membaginya menjadi tiga stadia : stadia I yaitu 1-4 minggu setelah antesis MSA, stadia II yaitu 5-13 MSA, dan stadia III yaitu 14-15 MSA. Stadia I menjadi stadia yang penting dalam pemenuhan kalsium pada buah manggis karena pada stadia ini buah menjadi sink yang kuat dan terjadi perkembangan buah secara cepat. Tetapi belum diketahui kapan waktu aplikasi kalsium yang tepat pada stadia I untuk menurunkan cemaran getah kuning pada buah manggis. Percobaan sebelumnya menunjukkan bahwa waktu aplikasi kalsium pada saat antesis + 1 MSA dan saat antesis + 4 MSA hanya memberikan pengaruh terhadap persentase cemaran getah kuning pada aril pada tahun kedua percobaan, dan tidak memberikan pengaruh terhadap skor cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah serta persentase juring tercemar getah kuning. Oleh karena itu dilakukan percobaan untuk 1 mendapatkan informasi waktu awal aplikasi kalsium paling tepat untuk mengatasi cemaran getah kuning berdasarkan stadia perkembangan buah, 2 mengetahui waktu kritis kebutuhan kalsium oleh buah berdasarkan stadia pertumbuhan buah, 3 mengetahui pengaruh xylem dan pita kaspari terhadap translokasi kalsium ke jaringan buah berdasarkan stadi pertumbuhan dan perkembangan buah manggis. Bahan dan metode Tempat dan waktu Penelitian dilakukan di kebun manggis Kelompok Tani Manggis Karya Mekar, di Kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian 390- 398 m di atas permukaan laut dpl. Pengukuran fisik buah dilaksanakan di Lab. Pasca Panen IPB. Foto morfologi jaringan batang, tangkai buah dan kulit buah di Lab. Mikroteknik, IPB. Analisis kalsium kulit buah dilakukan di Lab. Tanah, Balai Penelitian Tanah, Bogor. Penelitian berlangsung selama 18 bulan yaitu pada bulan Maret 2011 hingga April 2012 melakukan percobaan pemupukan berdasarkan stadia pertumbuhan buah, selanjutnya September 2012-Maret 2013 melakukan pengamatan mikroskopis terhadap keberadaan jaringan xylem di ranting, pedisel dan kulit buah. Bahan dan alat Bahan tanaman yang digunakan adalah tanaman manggis produktif yang telah berumur berumur lebih kurang 20 tahun dan Kalsit sebagai sumber kalsium dengan kandungan sebesar 45 . Pemilihan tanaman sampel dilakukan seperti yang dilakukan pada pada BAB III Metode percobaan Percobaan dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok RAK non faktorial dengan 3 ulangan, terdiri atas perlakuan waktu aplikasi kalsium yang terdiri atas : 1. kontrol tidak diberi kalsium 2. sebelum berbunga 2 minggu setelah musim hujan dimulai 3. saat bunga muncul 80 dari populasi berbunga 4. saat antesis 80 dari populasi antesis 5. saat buah tumbuh stadia I 1 MSA 6. saat buah tumbuh awal stadia II 5 MSA 7. buah tumbuh stadia II 6 MSA Pemberian kalsium dilakukan pada daerah perakaran manggis. Kalsit ditaburkan di dalam larikan yang telah dibuat sekeliling pohon manggis. Larikan berada di bawah tajuk dengan diameter lebih kurang 2 m. Setelah kalsit ditaburkan, kemudian larikan ditutup dengan tanah. Pupuk kalsium yang digunakan bersumber dari kalsit CaCO 3 sebanyak 10 kg kalsitpohontahun atau setara dengan 4.5 kg kalsium pohontahun. Setiap taraf perlakuan terdiri atas satu tanaman sehingga diperlukan 21 tanaman manggis dewasa umur lebih kurang 20 tahun dan telah berbuah yang relatif seragam dalam satu lokasi percobaan Lampiran 1. Jika hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh pada uji F taraf 5 , dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test DMRT. Pelabelan buah Pelabelan buah dilakukan terhadap 100 bungapohon. Pelabelan bertujuan untuk menentukan buah-buah yang akan digunakan selama pengamatan. Pemanenan Buah dipanen pada umur 112 hari setelah antesis. Pengamatan Peubah yang diamati adalah : 1. Cemaran getah kuning pada aril. Seperti pada BAB III 2. Cemaran getah kuning pada kulit. Seperti pada BAB III 3. Kandungan kalsium perikarp buah. Diukur dengan AAS Atomic Absorption Spectrophotometer, Perkin-Elmer model 1100B. Seperti pada BAB III 4. Komponen kualitas buah. Seperti pada BAB III 5. Pengamatan mikroskopik terhadap keberadaan jaringan xylem. Pengamatan mikroskopik terhadap keberadaan jaringan xylem dilakukan pada ranting, pedisel dan kulit buah manggis berumur 30 hari setelah antesis HAS dan 90 HAS. Hasil dan Pembahasan Aplikasi kalsium berdasarkan stadia pertumbuhan buah Aplikasi kalsium pada saat 1 MSA mampu menurunkan persentase buah tercemar getah kuning pada aril menjadi sebesar 30 dan skor cemaran getah kuning pada aril sebesar 1.4 dibanding tanpa aplikasi kalsium yaitu sebesar 56.7 dan skor cemaran getah kuning pada aril sebesar 1.8. Walaupun menunjukkan tidak berbeda nyata dengan perlakuan aplikasi kalsium lainnya. Aplikasi kalsium pada saat bunga muncul dan 1 MSA menghasilkan nilai persentase juring tercemar per buah terendah yaitu hanya 9 dan 8 , sedangkan tanpa aplikasi kalsium menghasilkan persentase cemaran pada juring sebesar 24 Tabel 8. Tabel 8. Pengaruh waktu aplikasi kalsium terhadap persentase buah tercemar getah kuning pada arilpohon, skor cemaran getah kuning pada aril dan persentase juring tercemar. Waktu aplikasi Ca Cemaran getah kuning pada aril Buah tercemar pohon Juring tercemar buah Skor 1-5 Kontrol 56.7 a 24 a 1.8a Sebelum berbunga 46.7 ab 14 ab 1.5ab Saat bunga muncul 33.3 ab 9 b 1.4b Saat antesis 33.3 ab 15 ab 1.3b Saat 1 MSA 30.0 b 8 b 1.4b Saat 4 MSA 40.0 ab 12 ab 1.4b Saat 6 MSA 46.7 ab 17 ab 1.6ab Ket.: Data skoring diuji menggunakan uji peringkat Kruskal Wallis. Skor cemaran berdasar skor 1-5 dengan nilai 1 terbaiktanpa cemaran hingga nilai 5 terburuk memiliki skor cemaran tertinggi. Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom skor getah kuning menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Dunn 5 , pada kolom buah tercemar per pohon dan juring tercemar per buah menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5 . Perlakuan pemberian kalsium pada saat antesis mampu menurunkan persentase buah tercemar pada kulit menjadi 50 dan skor cemaran getah kuning sebesar 1.5, sedangkan kontrol menghasilkan 100 buah tercemar getah kuning pada kulit dengan skor cemaran mencapai nilai 2.7 Tabel 9. Tabel 9. Pengaruh waktu aplikasi kalsium terhadap persentase buah tercemar getah kuning pada kulitpohon dan skor cemaran getah kuning pada kulit buah Waktu aplikasi Ca Cemaran getah kuning pada kulit buah Buah tercemar pohon Skor 1-5 Kontrol 100.0 a 2.7 a Sebelum berbunga 73.3 bc 2.2 bc Saat bunga muncul 63.3 cd 1.7 de Saat antesis 50.0 d 1.5 e Saat 1 MSA 90.0 ab 2.0 cd Saat 4 MSA 83.3 ab 2.1 c Saat 6 MSA 90.0 ab 2.5 ab Ket.: Data skoring diuji menggunakan uji peringkat Kruskal Wallis. Skor cemaran berdasar skor 1-5 dengan nilai 1 terbaiktanpa cemaran hingga nilai 5 terburuk memiliki skor cemaran tertinggi. Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom skor getah kuning menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Dunn 5 , pada kolom buah tercemar per pohon menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5 . Pemberian kalsium saat antesis menunjukkan kandungan kalsium total pada pericarp yang nyata lebih tinggi. Kandungan kalsium total tertinggi didapatkan pada pemberian kalsium saat antesis sebesar 0.75 bobot kering jaringan pericarp dan menunjukkan terjadi penurunan persentase cemaran getah kuning pada kulit menjadi hanya 50 , sedangkan kontrol menghasilkan 100 tercemar Gambar 9. Gambar 9. Persentase buah tercemar getah kuning pada kulit dan kandungan kalsium total pada pericarp buah, berdasarkan waktu aplikasi kalsium. Terdapat keterkaitan antara perkembangan buah dengan ketersediaan kalsium yang tersedia dalam tanah, dimana terjadi peningkatan serapan kalsium ke jaringan buah yang terjadi berdasarkan stadia perkembangan buah, terutama terjadi pada fase awal perkembangan buah dan kemudian menurun seiring peningkatan tingkat kematangan buah. Disebutkan oleh Tomala et al. 1989 bahwa penyerapan kalsium ke jaringan buah terjadi secara kontinu dan berfluktuasi dalam proses perkembangan buah. Selanjutnya Faust 1989, Wilkinson dan Perring 1961, Ford dan Quinlan 1979, Fuhr dan Wieneke 1974, dan Wilsdorf 2011 menerangkan bahwa penyerapan kalsium secara cepat oleh tanaman terutama terjadi diawal pertumbuhan dan perkembangan buah, penyerapan kemudian mengalami penurunan bertahap sampai kemudian berhenti pada saat memasuki masa panen. Meningkatnya ukuran buah menyebabkan buah rentan terhadap cemaran getah kuning pada aril maupun kulit buah, hal ini disebabkan karena adanya desakan perkembangan buah. Akibat desakan ini berpotensi menyebabkan terjadinya pecahnya saluran getah kuning pada jaringan pericarp buah yang dapat mencemari aril maupun permukaan buah Poerwanto et al. 2010. Aplikasi kalsium melalui perakaran pada saat antesis, dapat memenuhi kebutuhan kalsium terutama pada fase cepat perkembangan buah yaitu pada 1-4 MSA, dan menurunkan skor cemaran pada aril. Dijelaskan oleh Poovarodom 2009 pada buah manggis terdiri dari tiga stadia perkembangan buah yaitu stadia I 1-4 MSA, stadia II 5-13 MSA, dan stadia III 14-15 MSA. Kalsium termasuk sebagai unsur hara yang tidak mobil di dalam jaringan tanaman, hal ini menyebabkan kalsium tidak dapat dipindahkan dari jaringan tua ke jaringan muda termasuk buah. Berbeda dengan unsur lainnya yang dapat ditranslokasikan melalui xylem dan phloem, pemenuhan kebutuhan kalsium pada buah hanya disuplai dari serapan akar yang ditranlokasikan melalui xylem menuju buah Rosen et al. 2006. Oleh karena itu kalsium yang tersedia pada saat perkembangan buah menjadi hal yang mutlak dan sangat penting. Peningkatan serapan kalsium menuju jaringan buah didukung oleh keberadaan buah sebagai sink yang kuat. Buah menjadi sink yang kuat meskipun telah memasuki stadia matangtua. Poovarodom 2009 menyatakan dalam penelitiannya bahwa stadia awal pertumbuhan buah adalah saat yang penting karena buah akan menyerap semua unsur hara yang dibutuhkan termasuk kalsium untuk mendukung awal perkembangan buah yang cepat. Dorly 2009 menemukan bahwa pada stadia awal pertumbuhan buah terjadi peningkatan tebal kulit pericarp yang cepat. Hal ini diperjelas oleh Marschner 1995, Pessarakli 2002, Poovarodom 2009, dan Wilsdorf 2011 yang menyatakan bahwa pada saat stadia pertumbuhan buah semua unsur hara akan ditranlokasikan ke jaringan buah untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan buah, termasuk kalsium yang diserap oleh akar dan ditranslokasikan melalui xylem menuju jaringan kulit buah. Aplikasi kalsium pada saat antesis hingga pada stadia I pertumbuhan buah, mampu menurunkan persentase buah tercemar pada kulit buah manggis. Aplikasi kalsium pada saat antesis dapat menurunkan persentase buah tercemar getah kuning pada kulit lebih rendah dibandingkan tanpa kalsium. Demikian pula aplikasi kalsium pada saat 1 MSA mampu menurunkan persentase buah tercemar getah kuning pada aril dan cemaran getah kuning pada juring, lebih baik dibandingkan tanpa aplikasi kalsium. Penurunan persentase buah tercemar getah kuning dengan aplikasi kalsium pada saat antesis dan 1 MSA menjadi gambaran bahwa waktu setelah antesis yaitu stadia I, adalah waktu kritis kebutuhan kalsium. Waktu kritis ini berkaitan dengan kebutuhan kalsium pada saat terjadi pembelahan dan perkembangan sel-sel di pericarp secara cepat diawal pertumbuhan buah. Kalsium terutama diserap pada stadia awal pertumbuhan buah manggis, sebagai bagian dari stadia pertumbuhan cepat buah. Pentingnya memenuhi kebutuhan kalsium pada saat stadia I juga dilaporkan oleh Depari 2011 dalam hasil percobaannya bahwa untuk meningkatkan serapan dan tranlokasi ke jaringan buah manggis sebaiknya dilakukan 2 kali pada masa stadia pertumbuhan cepat, yaitu pada saat antesis dan akhir stadia I dari pertumbuhan dan perkembangan buah manggis. Aplikasi kalsium pada pada saat antesis + akhir stadia I 4 MSA mampu meningkatkan kandungan kalsium total pada endokarp sebesar 1.27 dari bobot kering jaringan Menurut Poovarodom 2009, 65 akumulasi kalsium pada buah terjadi dalam 7 minggu setelah fruitset, yaitu pada stadia I sampai pertengahan stadia II perkembangan buah. Pada stadia I terjadi proses pembelahan sel, stadia II terjadi pembelahan dan pembesaran sel yang ditandai dengan peningkatan berat segar secara linier dengan umur buah, kemudian pertumbuhan mulai menurun saat stadia III. Pemberian kalsium saat antesis akan memenuhi kebutuhan kalsium buah pada saat tahap pertumbuhan cepat. Kalsium membutuhkan waktu dalam proses translokasinya dari akar menuju tiap jaringan buah. Kalsium yang telah diserap dan kemudian ditranlokasikan ke jaringan buah pada saat yang tepat akan menurunkan cemaran getah kuning dan meningkatkan produksi buah manggis yang bebas cemaran getah kuning. Kalsium yang ditranslokasikan dari akar tanaman melalui xylem akan ditranslokasikan ke setiap jaringan tanaman termasuk jaringan pericarp buah manggis Rosen et al. 2006. Translokasi kalsium menuju pericarp buah akan melalui tangkai buah dan kemudian masuk ke jaringan pericarp. Setelah melewati tangkai buah, kalsium akan diserap dan digunakan sebagai penyusun dinding sel khususnya pada jaringan mesocarp dan eksocarp buah manggis. Tisdale et al. 1985 yang menjelaskan bahwa mobilisasi kalsium terutama melalui aliran massa yang dipengaruhi oleh transpirasi jaringan tanaman termasuk jaringan buah yang berkembang. Adanya pertumbuhan cepat dan transpirasi yang meningkat pada saat pertumbuhan dan perkembangan buah menyebabkan terjadi alokasi kalsium ke jaringan pericarp buah, terutama pada jaringan mesocarp dan eksocarp. Alokasi kalsium ke jaringan pericarp buah akan peningkatan kekuatan sel-sel epitel penyusun saluran getah kuning. Meningkatnya kekuatan dinding sel dari sel-sel penyusun saluran getah kuning terutama pada bagian mesocarp dan endocarp buah manggis, menyebabkan terjadi penurunan skor cemaran dan persentase cemaran getah kuning pada permukaan kulit buah manggis Pemberian kalsium melalui media tanah di sekitar perakaran tanaman menjadi metode aplikasi kalsium yang lebih mudah dilakukan oleh petani, bila dibandingkan dengan aplikasi kalsium langsung pada jaringan buah manggis. Hal ini karena posisi buah manggis yang berada di dalam kanopi serta posisi dan jumlah cabang dan ranting pohon manggis yang relatif rapat dan banyak, menyebabkan aplikasi pemberian kalsium secara langsung pada jaringan kulit buah manggis menjadi sulit. Aplikasi kalsium melalui tanah membutuhkan waktu untuk dapat memenuhi kebutuhan kalsium saat perkembangan tiap-tiap buah. Keragaman perkembangan buah menyebabkan kalsium yang diberikan diduga tidak dapat ditranslokasikan secara merata dan tepat pada tiap buah manggis berdasarkan fase perkembangannya, yang menyebabkan belum dapat menurunkan persentase juring tercemar dan persentase getah kuning pada aril apabila dilihat secara keseluruhan produksi tanaman. Namun dengan manajemen waktu aplikasi yang baik, dengan aplikasi kalsium tepat pada saat antesis, akan menurunkan cemaran getah kuning hingga mencapai 50 dari total keseluruhan produksi yang tentunya menjamin kualitas buah yang mampu diterima pasar khususnya pasar Internasional. Aplikasi kalsium berdasarkan stadia pertumbuhan buah memberikan kekhawatiran adanya pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan buah. Namun hasil percobaan menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh dari perlakuan waktu aplikasi kalsium berdasarkan stadia pertumbuhan buah manggis terhadap seluruh peubah kualitas buah manggis yang diamati. Peubah kualitas buah yang diamati yatu Bobot Buah Buah Segar, Bobot Kulit Buah Segar, Bobot Biji Segar Total, Bobot Tangkai dan Cupat Segar, Bobot Aril, Kekerasan kulit buah, Diameter transversal, Diameter Longitudinal, Tebal Kulit Buah, Edible portion, Total Padatan Terlarut, dan Total Asam Terlarut Lampiran 3. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi kalsium berdasarkan stadia pertumbuhan buah tidak mempengaruhi kualitas buah yang lain kecuali penurunan persentase buah tercemar, skor dan juring tercemar getah kuning. Oleh karena itu aplikasi kalsium berdasarkan stadia pertumbuhan buah dapat diterapkan tanpa ada kekuatiran akan mempengaruhi jumlah produksi dan atau kualitas buah lainnya. Keberadaan xylem pada pedisel buah manggis Hasil pengamatan mikroskopik terhadap organ ranting, pedisel dan kulit buah manggis muda 4 MSA dan tua 13 MSA menggambarkan adanya perbedaan keberadaan xylem di pedisel dari kedua umur buah tersebut. Hal ini menggambarkan adanya kerusakan saluran xylem pada pedicel khususnya pada pedisel buah tua. Pada buah manggis muda masih terlihat susunan xylem dan phloem pada tangkai, pangkal pedisel, ujung pedisel dan kulit buah. Pada buah manggis tua, xylem hanya terlihat pada tangkai sedangkan pada pangkal dan ujung pedisel serta kulit buah manggis tua tidak terlihat adanya jaringan xylem, hanya terlihat jaringan phloem Gambar 10. Rigney dan Wills 1981 menyatakan bahwa kalsium dinding sel meningkat seiring pertumbuhan dan perkembangan buah, namun kemudian menurun secara langsung pada saat awal fase pemasakan buah. Diperjelas oleh Faust 1989 dan Poovarodom 2009 bahwa setelah melewati stadia pertumbuhan buah cepat, kalsium tetap ditranslokasikan ke jaringan buah walau dalam jumlah sangat kecil dan berhenti pada saat akan mendekati fase pematangan buah. Gambar 10. Keberadaan pembuluh xylem dan phloem pada tanaman manggis. ranting [1], pangkal pedisel [2], ujung pedisel [3] dan pangkal buah [4] pada stadia buah muda 4 MSA [A] dan stadia buah matang 13 MSA [B]. ph=phloem; xy= xylem 1 1 Xy Xy Xy Xy Ph Ph Ph Ph Xy Ph Ph Ph Ph Ph [A] [B] 2 3 4 2 3 4 Perbedaan keberadaan jaringan xylem pada pedisel buah muda dan tua menunjukkan bahwa kalsium hanya dapat diserap oleh buah manggis pada saat buah masih muda dan jaringan xylem di pedisel belum rusak. Apabila jaringan xylem pada pedisel sudah rusak maka kalsium yang diserap dari akar tidak dapat ditranlokasikan ke dalam buah manggis. Jaringan xylem pada pedisel buah hanya berfungsi optimal pada stadia awal pertumbuhan buah, setelah itu jaringan xylem akan mengalami kerusakan Drazeta et al. 2004. Aplikasi kalsium pada saat yang tidak tepat menyebabkan kalsium tidak dapat diserap dan ditranlokasikan ke jaringan buah Gambar 18. Kondisi xylem pada pedisel sangat penting untuk menentukan kapan waktu aplikasi kalsium yang terbaik. Saluran xylem pada jaringan buah muda akan berangsur rusak seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan buah akan memasuki stadia pematangan buah. Selanjutnya pada stadia I merupakan stadia pertumbuhan buah secara cepat, yaitu kondisi buah menjadi sink yang kuat dan menyerap berbagai unsur hara yang dibutuhkan termasuk kalsium. Kalsium ditranlokasikan ke buah hanya dapat melalui jaringan xylem. Oleh karen itu stadia I menjadi waktu kritis pemenuhan kebutuhan kalsium dikarenakan tingginya kebutuhan kalsium saat pertumbuhan buah cepat, serta belum terjadi kerusakan xylem pada pedisel. Kesimpulan Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Aplikasi kalsium pada saat antesis dan 1 MSA mampu menurunkan persentase buah tercemar pada aril masing-masing menjadi 33 dan 30 . 2. Waktu kritis kebutuhan kalsium pada tanaman manggis adalah pada stadia I yaitu pada saat stadia pertumbuhan buah cepat. Masa ini terjadi lebih kurang pada 1-4 minggu setelah antesis. 3. Antesis hingga akhir stadia I adalah waktu untuk aplikasikan kalsium dalam usaha menurunkan persentase buah tercemar pada aril dan kulit karena jaringan xylem di pedisel berfungsi optimal dan akar muda telah terbentuk. 4. Keberadaan xylem di pedisel menjadi faktor penting dalam proses translokasi kalsium dari akar menuju jaringan buah manggis

BAB V APLIKASI KALSIUM