21
Kemudian Soebandi 2008: 113 menyatakan bahwa di masa sekarang ini pengembangan pendidikan apresiasi seni adalah keniscayaan. Pendidikan
apresiasi perlu mendapat tempat yang layak dalam kurikulum serta proses pembelajaran di sekolah. hal tersebut juga ditegaskan Mendiknas yang
menyatakan bahwa dengan pendidikan apresiasi seni, para peserta didik akan mampu menghargai dan menikmati seni secara optimal. Dengan pendekatan
apresiasi, peserta didik dapat merangsang estetikanya dalam kehidupan sehari- hari, dengan penuh nalar, apresiasi dan cinta damai. Lebih dari itu, dengan
apresiasi seni diharapkan peserta didik akan terangsang kesadaran spiritualnya melalui proses merasakan dan menikmati keindahan sang pencipta.
Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut bahwa peran pendidikan seni rupa di sekolah memiliki peran yang strategis dalam meningkatkan apresiasi siswa.
Melalui pendidikan ini tidak hanya mempertinggi kemampuan teknis atau keterampilan dalam melaksanakan pembelajaran seni rupa, melainkan pembinaan
peningkatan apresiasi peserta didik terhadap seni rupa yang bermanfaat untuk memupuk peserta didik untuk mencintai budaya bangsa dan sesamanya.
2.1.7 Media Pembelajaran
Pelaksanaan proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah merupakan sistem dengan komponen-komponen yang saling berhubungan satu sama lainnya.
Makmun 2001 dalam Soebandi, 2008: 155 menyatakan bahwa media pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam proses belajar dan mengajar.
2.1.7.1 Pengertian Media
22
Kata media berasal dari bahasa Latin merupakan bentuk jamak dari kata medium
yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar Sadiman, 2009: 6. Sementara itu Briggs dalam Sadiman, 2009: 6 berpendapat bahwa media adalah
segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu
proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluranmedia tertentu ke penerima pesan.
Menurut Schramm 1977 dalam Iswidayati, 2010: 4-5 mengatakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan
untuk keperluan pembelajaran. Pesan-pesan yang akan disampaikan komunikator atau guru kepada komunikan siswa tidak hanya terbatas dengan melalui kata-
kata verbal atau hanya melalui tulisan, melainkan memerlukan media tertentu yang lebih menarik sebagai perantaranya.
Sebagaimana diungkapkan oleh Brody Kant, 1993 dalam Iswidayati, 2010: 5 yang menjelaskan bahwa 90 komunikan siswa lebih memahami
pesan dengan menggunakan audio dan visual, pemahaman pesan berupa teks sebesar 7. Hal tersebut menunjukkan bahwa media pemebelajaran sebagai alat
bantu siswa dalam memahami bahan ajar dan memfasilitasi siswa melakukan kegiatan pembelajaran, sehingga siswa memperoleh pengalaman belajar dan hasil
belajar yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Anak-anak menghabiskan banyak jam dalam hari-harinya dengan media.
“Children between the ages of eight and eighteen live media saturated lives spending an average of nearly six and a half hours a day with media
” Jools dan
23
Grande 2005: 30. Oleh karena itu, media supaya dapat dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar, bahkan media dan seni supaya dapat diintegrasikan
dalam semua bidang konten akademik. “The principle is that media literacy and the arts should inform one another as disciplines for teaching and learning and
that these disciplines can be integrated with all other academic content areas while meeting state education standards
” Jools dan Grande, 2005: 25.
2.1.7.2 Jenis-Jenis Media