Faktor-faktor yang Mempengaruhi Munculnya Penyakit pada Ikan Lele

20 tetapi tidak semua ikan memiliki sisik misalnya pada ikan lele Clarias spp. Irianto 2005. 2.2.4 Sistem Muskuloskeletal Otot Hasil pemeriksaan histopatologi dan biokhemis dari otot ikan ternyata terdapat sejumlah tipe serabut otot yang pada banyak spesies ikan tersusun dalam banyak kelompok-kelompok yang terpisah. Umumnya ada 2 kelompok yaitu, kelompok muskularis lateralis superfisialis terdiri atas yang disebut otot merah dan kelompok muskularis lateralis profundus yang terdiri atas serabut-serabut putih. Serabut-serabut merah ini adalah serabut aerobik dan berdaya kontraksi lamban dan banyak pembuluh darah, serupa dengan serabut-serabut merah pada otot mamalia, sedangkan serabut-serabut putih adalah anaerob berdaya kontraksi cepat dan mudah menderita kerusakan. Diantara lapisan otot-otot merah dan putih terdapat serabut merah muda yang fungsinya berada diantara serabut-serabut merah dan putih Nabib dan Pasaribu 1989.

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Munculnya Penyakit pada Ikan Lele

2.3.1 Suhu Ikan merupakan hewan ektotermik yang berarti tidak menghasilkan panas tubuh, sehingga suhu tubuhnya tergantung atau menyesuaikan pada suhu lingkungan sekelilingnya Hoole et al. 2001. Ikan memiliki derajat toleransi terhadap suhu dengan kisaran tertentu yang sangat berperan bagi pertumbuhan, inkubasi telur, konversi pakan dan resistensi terhadap penyakit. Ikan akan mengalami stes manakala terpapar pada suhu di luar kisaran yang dapat ditoleransi Irianto 2005. Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stres yang ditandai dengan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal. Pada suhu rendah, akibat yang ditimbulkan antara lain ikan menjadi rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri pathogen akibat melemahnya sitem imun. Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah 21 menyebabkan stres pernafasan dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen Irianto 2005. 2.3.2 Cahaya Pada sistem budidaya intensif, intensitas cahaya, lama penyinaran, area berkanopi dan penyerapan cahaya lebih mudah dikontrol. Parameter-parameter ini akan berperan dalam laju pertumbuhan dan maturisasi ikan. Pada system intensif berair dangkal, sinar ultraviolet cahaya matahari yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan “sunburn” pada bagian dorsal ikan Irianto 2005. Penetrasi cahaya dapat terhalang oleh turbiditas air yang disebabkan melimpahnya populasi fitoplankton alga bloom dan partikel-partikel padatan terlarut. Apabila penetrasi cahaya tidak dapat mencapai dasar kolam atau tambak, akan menghambat tumbuhnya algae berfilamen dan tumbuhan air pengganggu pada dasar kolam. Sampai batas tertentu melimpahnya fitoplankton tertentu sangat menguntungkan karena kebutuhan pakan alami tercukupi Boyd 1991. 2.3.3 Stres Stres yaitu suatu keadaan saat suatu hewan tidak mampu mengatur kondisi fisiologis normal karena berbagai faktor merugikan yang mempengaruhi kondisi kesehatannya. Sehingga stres didefinisikan sebagai pengaruh segala bentuk perubahan atau tantangan lingkungan yang mendorong homeostatik atau proses- proses penyeimbang lainnya melebihi batas kemampuan normal segala tingkatan organisasi biologis Irianto 2005. Stres berpengaruh terhadap sistem pertahanan tubuh inang definitif yaitu mukus. Segala bentuk stres akan menyebabkan perubahan kimiawi dalam mukus yang dapat menyebabkan penurunan efektivitasnya sebagai pelindung kimiawi inang terhadap patogen dan parasit. Stres akan mengganggu keseimbangan elektrolit tubuh Na, K, Cl sehingga menyebabkan penyerapan air yang berlebihan atau dapat pula berupa kehilangan air dehidrasi. Kondisi stres menyebabkan tuntutan kerja mukus dalam mengatur osmoregulasi yang efektif menjadi sangat penting Irianto 2005. 22 2.3.4 Kelebihan Populasi overcrowded atau Multikultur Penyakit infeksi menjadi ancaman utama keberhasilan akuakultur. Pemeliharaan ikan dalam jumlah besar dan padat pada area yang terbatas, menyebabkan kondisi lingkungan tersebut sangat mendukung berkembang dan penyebarnya penyakit infeksi. Kondisi dengan padat tebaran tinggi akan menyebabkan ikan mudah stres sehingga menyebabkan ikan menjadi mudah terserang penyakit, selain itu kualitas air, volume air dan alirannya berpengaruh terhadap berkembangnya suatu penyakit. Populasi yang tinggi akan mempermudah penularan karena meningkatnya kemungkinan kontak antara ikan yang sakit dengan ikan yang sehat Irianto 2005. 2.3.5 Sistem Imun Ikan Lele yang Rendah Beragam faktor yang mempengaruhi masing-masing individu dalam menanggapi suatu patogen potensial. Patogen harus dapat menembus sistem imun ikan untuk dapat menimbulkan penyakit. Daya tahan alami imun memungkinkan suatu hewan menjadi terbebas dari serangan patogen karena tidak adanya jaringan spesifik atau reseptor seluler bagi kolonisasi patogen atau tidak mampu mendukung syarat-syarat optimum baik dari sisi kecukupan nutrien maupun lingkungan bagi pertumbuhan pathogen. Masing-masing individu hewan memiliki daya tahan individu yang ditentukan antara lain oleh umur, jenis kelamin, status nutrien dan stres. Saat ikan pada kondisi lemah sistem imun rendah dan pada kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan maka ikan akan rentan terserang patogen Irianto 2005.

2.4 Penyakit-Penyakit Infeksius pada Ikan Lele