Anatomi dan Fisiologi Ikan Lele

17 renik, seperti kutu-kutu air Daphnia, Cladosera, Copepoda, cacing-cacing, larva jentik-jentik serangga, siput-siput kecil dan sebagainya Suyanto 1986. Ikan lele secara alami makan di dasar perairan, tetapi dapat dilatih dan sifat ini membuka peluang bagi penggunaan pakan buatan dalam usaha budidaya baik pakan permukaan maupun tengah dan dasar Anonim 1992. 2.1.5 Tingkah laku Ikan lele adalah ikan yang hidup di air tawar dan bersifat nokturnal, artinya ia aktif pada malam hari atau lebih menyukai tempat yang gelap. Siang hari yang cerah, ikan lele lebih suka berdiam di dalam lubang-lubang atau tempat yang tenang dan aliran air yang tidak terlalu deras. Ikan lele membuat sarang di dalam lubang-lubang di tepi sungai, tepi-tepi rawa atau pematang sawah dan kolam yang teduh dan terang. Berhubung sifat-sifat dan tingkah lakunya itu, memancing ikan lele pada malam hari lebih berhasil dari pada siang hari, karena ikan lele aktif mencari makan pada malam hari atau sesudah matahari terbenam Suyanto 1986. Secara alami lele bersifat nokturnal, tetapi dalam usaha budidaya akan beradaptasi diurnal. Secara periodik lele akan muncul ke permukaan untuk mengambil oksigen bebas. Lele mampu bergerak di darat dengan menggunakan sirip dada. Padat penebaran yang relatif tinggi dan keadaan lapar dapat memacu sifat kanibalisme Anonim 1992.

2.2 Anatomi dan Fisiologi Ikan Lele

2.2.1 Sistem Respirasi Insang Ikan dilengkapi dengan insang sebagai alat respirasi pengganti paru-paru pada hewan darat. Insang sangat berperan dalam menyelenggarakan homeostasis lingkungan bagi ikan. Lapis epitelnya tipis untuk memudahkan pertukaran gas, namun hal ini pun menjadikan insang sangat rawan terhadap infeksi dari hama- hama penyakit. Selain fungsinya dalam pertukaran gas, insangpun berfungsi sebagai pengatur pertukaran garam dan air, pengeluaran limbah-limbah yang mengandung nitrogen. Kerusakan struktur yang ringan sekalipun dapat sangat 18 mengganggu pengaturan osmose dan kesulitan pernafasan Nabib dan Pasaribu 1989. Insang terdiri dari dua rangkaian yang tersusun atas empat lengkungan tulang rawan dan tulang keras holobrankhia yang menyusun sisi faring. Masing- masing holobrankhia yang menonjol dari pangkal posterior lengkung insang. Hemibrankhia terdiri dari dua baris filamen tipis panjang yang disebut lamela primer. Lamela primer permukaannya mengalami perluasan oleh adanya lamela sekunder yang merupakan lipatan semilunar yang menutupi permukaan dorsal dan ventral. Insang juga dilengkapi dengan lapisan sel-sel penghasil mukus dan sel-sel yang mengekresi ammonia dan kelebihan garam. Pada bagian tepi tengah anterior dilengkapi stuktur gill rakers yang berperan menyaring pertikel-pertikel pakan Roberts 2001. Insang dilengkapi dengan sejumlah glandula yang dikenal sebagai glandula brankhial, yaitu sel-sel epitel insang yang mengalami spesialisasi. Glandula tersebut adalah glandula mukosa dan glandula asidofilik sel-sel khlorida. Glandula mukosa berupa sejumlah sel-sel tunggal berbentuk buah pear atau oval dan menghasilkan mukus dan terdapat baik pada lengkung insang, filamen insang maupun lamela sekunder. Mukus merupakan glikoprotein yang bersifat basa atau netral dengan fungsi: a. perlindungan atau proteksi, b. menurunkan terjadinya friksi atau gesekan, c. antipatogen, d. membantu pertukaran ion, dan e. membantu pertukaran gas dan air Irianto 2005. 2.2.2 Sistem Pencernaan Meskipun panjang usus ikan bisa berbeda-beda sesuai dengan makanannya, tetapi kebanyakan usus ikan merupakan suatu tabung sederhana yang tidak dapat bertambah diameternya untuk membentuk suatu kolon dibagian belakangnya. Usus bisa lurus, melengkung atau bergulung-gulung sesuai dengan bentuk dari rongga perut ikan. Usus mempunyai suatu epitel silindris sederhana yang berlendir menutupi suatu sub-mukosa yang mengandung sel eosinofilik yang dibatasi oleh suatu muskularis mukosa yang rapat dan lapisan fibroelastik. Rektum pada ikan berdinding lebih tebal dari pada usus dan sangat berlendir serta dapat sangat berkembang Nabib dan Pasaribu 1989. 19 Struktur histologi dinding dari intestin secara umum hampir sama dengan vetebrata tingkat tinggi dimana terdiri dari empat lapisan yaitu : mukosa, submukosa, muskularis dan serosa. Lapisan mukosa terdiri dari epitel mukosa, lamina basalis, lamina propria dan muskularis mukosa. Pada lapisan submukosa terdiri dari stratum kompaktum dan stratum granulosum. Pada lapisan muskularis terdiri dari lapisan otot sirkuler dan lapisan otot longitudinal, sedangkan pada lapisan serosa terdiri dari subserosa tella dan subserosa membran Takashima dan Hibiya 1995. 2.2.3 Sistem Integumen Kulit merupakan penghalang fisik terhadap perubahan lingkungan serta serangan patogen dari luar tubuh. Lapisan kulit terdiri atas kutikula, epidermis, membran basalis, dermis dan hipodermis. Ikan tidak memiliki lapisan keratin pada epidermisnya, tetapi dilapisi oleh kutikula yang memiliki mukus, mukopolisakarida, immunoglobulin spesifik, lisozim dan sejumlah asam lemak bebas. Sel lain yang ada pada lapisan epidermis yaitu sel-sel goblet yang berperan dalam sekresi mukus. Mukus memiliki kemampuan protektif bagi hewan karena : a. mukus melapisi permukaan tubuh sehingga mempermudah gerakan saat berenang, b. membentuk lapisan pelindung dari infeksi agensia patogenik dan mengandung senyawa anti mikroba, c. melindungi permukaan tubuh dari abrasi dan d. berperan dalam proses osmoregulator Irianto 2005. Sisik dan kulit merupakan bagian dari sistim pelindungan fisik tubuh ikan. Pada umumnya kerusakan sisik dan kulit dapat terjadi akibat penanganan handling stress, kelebihan populasi, dan infeksi parasit. Kelebihan populasi overcrowded atau multikultur dapat menyebabkan trauma akibat berkelahi disertai lepasnya sisik dan kerusakan kulit. Infestasi parasit dapat pula menyebabkan gangguan berupa kerusakan insang, kulit, sirip serta kehilangan sisik. Kerusakan pada sisik dan kulit akan mempermudah patogen menginvasi inang. Banyak kasus menunjukkan bahwa kematian ikan sebenarnya akibat dari infeksi sekunder oleh bakteri sebagai kelanjutan infestasi parasit yang berat dan berakibat pada kerusakan pelindung fisik tubuh seperti mukus, kulit dan sisik 20 tetapi tidak semua ikan memiliki sisik misalnya pada ikan lele Clarias spp. Irianto 2005. 2.2.4 Sistem Muskuloskeletal Otot Hasil pemeriksaan histopatologi dan biokhemis dari otot ikan ternyata terdapat sejumlah tipe serabut otot yang pada banyak spesies ikan tersusun dalam banyak kelompok-kelompok yang terpisah. Umumnya ada 2 kelompok yaitu, kelompok muskularis lateralis superfisialis terdiri atas yang disebut otot merah dan kelompok muskularis lateralis profundus yang terdiri atas serabut-serabut putih. Serabut-serabut merah ini adalah serabut aerobik dan berdaya kontraksi lamban dan banyak pembuluh darah, serupa dengan serabut-serabut merah pada otot mamalia, sedangkan serabut-serabut putih adalah anaerob berdaya kontraksi cepat dan mudah menderita kerusakan. Diantara lapisan otot-otot merah dan putih terdapat serabut merah muda yang fungsinya berada diantara serabut-serabut merah dan putih Nabib dan Pasaribu 1989.

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Munculnya Penyakit pada Ikan Lele