22 2.3.4 Kelebihan Populasi overcrowded atau Multikultur
Penyakit infeksi menjadi ancaman utama keberhasilan akuakultur. Pemeliharaan ikan dalam jumlah besar dan padat pada area yang terbatas,
menyebabkan kondisi lingkungan tersebut sangat mendukung berkembang dan penyebarnya penyakit infeksi. Kondisi dengan padat tebaran tinggi akan
menyebabkan ikan mudah stres sehingga menyebabkan ikan menjadi mudah terserang penyakit, selain itu kualitas air, volume air dan alirannya berpengaruh
terhadap berkembangnya suatu penyakit. Populasi yang tinggi akan mempermudah penularan karena meningkatnya kemungkinan kontak antara ikan
yang sakit dengan ikan yang sehat Irianto 2005. 2.3.5 Sistem Imun Ikan Lele yang Rendah
Beragam faktor yang mempengaruhi masing-masing individu dalam menanggapi suatu patogen potensial. Patogen harus dapat menembus sistem imun
ikan untuk dapat menimbulkan penyakit. Daya tahan alami imun memungkinkan suatu hewan menjadi terbebas dari serangan patogen karena tidak adanya jaringan
spesifik atau reseptor seluler bagi kolonisasi patogen atau tidak mampu mendukung syarat-syarat optimum baik dari sisi kecukupan nutrien maupun
lingkungan bagi pertumbuhan pathogen. Masing-masing individu hewan memiliki daya tahan individu yang ditentukan antara lain oleh umur, jenis kelamin, status
nutrien dan stres. Saat ikan pada kondisi lemah sistem imun rendah dan pada kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan maka ikan akan rentan terserang
patogen Irianto 2005.
2.4 Penyakit-Penyakit Infeksius pada Ikan Lele
2.4.1 Parasit Supriyadi
et al. 1986 menyatakan bahwa kematian benih ikan lele sekitar 80-100 disebabkan oleh parasit-parasit dari golongan ciliata seperti
Ichthiophthirius multifiliis, Trichodina spp. dan Epistylis spp. ; cacing monogenea seperti Gyrodactylus spp. dan Dactylogyrus spp. ; serta parasit yang tergolong
berbahaya dari golongan Myxosporea yaitu Henneguya spp.. Berdasarkan data yang ada pada Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat, bahwa parasit yang umum
23 menyerang ikan lele antara lain Ichthiophthirius multifiliis dan Argulus sp. Hasil
penelitian yang dilakukan di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi diperoleh jenis- jenis parasit yang ditemukan menginfeksi benih ikan lele dumbo yaitu Trichodina
spp.,Trichodinella spp., Ichthiophthirius multifiliis, Gyrodactylus spp., Cryptobia spp.. Sedangkan menurut Hariyadi 2006, parasit yang menyerang ikan lele yaitu
Vorticella, Cryptobia sp., Trichodina, Ichthyophthirius multifiliis, Myxosporidea, Gyrodactylus, Dactylogyrus, Branchionus, Metaserkaria dari trematoda digenea
dan Lytocestus parvulus. 1. Protoza
Epistylis spp. Menurut Kabata 1985, Epistylis spp. digolongkan dalam filum
Ciliophora, sub kelas Peritricha, ordo Peritrichida, sub ordo Sessilina, famili Epistylidae, genus Epistylis, spesies Epistylis spp..
Menurut Flynn 1973, tubuh berbentuk seperti kerucut dn mempunyai cilia di daerah ujung adoral. Organisme muda berenang bebas mempunyai cilia
tambahan yang melingkar disekitar ujung posterior tubuh. Kabata 1985 menambahkan, Epistylis spp. mempunyai makronukleus lonjong seperti sosis, ciri
perbedaan yang paling penting adalah tangkai yang tidak kontraktil. Selnya sendiri cukup baik untuk berkontraksi dan menarik kembali periostoma ke dalam
sel. Secara
individual Epistylis spp. hidup di dekat luka atau kerusakan lainnya
di daerah kulit. Beberapa genus ini bersifat parasit obligat dan hampir tidak spesifik terhadap ikan sebagai induk semang definitif. Asia Tenggara yang
kehidupan akuakultur air tawar kaya akan unsur organik mendukung dan mungkin dapat diharapkan adanya kondisi seperti itu untuk kehidupan protozoa. Gejala
klinis yang tampak pada ikan yang terserang Epistylis spp. yaitu ikan menjadi lemah, menyebabkan terjadinya iritasi kulit, menekan sel epitel yang diserangnya
mengakibatkan kelainan bentuk dan gangguan fungsi dari epitel. Kumpulan koloni pada kulit dapat menginfeksi alat pernafasan, pada beberapa ikan yang
umumnya kulit berfungsi sebagai alat untuk bernafas. Koloni besar dari Epistylis spp. pada opercula dapat menggangu gerakan normal dan menginfeksi alat
24 pernafasan, pertumbuhan terhambat serta berat badan ikan menurun Kabata
1985.
Eimeria
Menurut Woo 2006, Emeria digolongkan dalam filum Apicomplexa,
kelas Sporozoasida, Subkelas Coccidiasina, Ordo Eucoccidiorida, Subordo
Eimeriorina, famili Eimeriidae dan genus eimeria. Eimeria spp. merupakan coccidia yang menginfeksi beragam jenis ikan air
tawar dan air laut serta menyebabkan penyakit coccidiosis. Emeria tidak hanya menginfeksi sel-sel epitel tetapi juga organ dalam termasuk gonad. Emeria
subepitelia merupakan spesies emeria yang menginfeksi ikan-ikan cyprinid menyebabkan area bintik-bintik putih agak menonjol pada bagian saluran
pencernaan anterior dan tengah. E. carpelli menginfeksi ikan cyprinid menyebabkan borok, hemoragi pada saluran pencernaan. Adapun E. sardinae
menginfeksi ikan-ikan air laut menyebabkan reaksi granulomatous pada hati dan testis Irianto 2005. Infeksi pada usus sering bersifat asimtomatis tetapi dapat
menyebabkan nekrosa pada epitel usus dan enteritis. Inflamasi pada usus disebabkan oleh pembentukan ookista. Parasit ektraintestin dapat juga
menyebabkan lesion dengan kerusakan sel target yang khas dan diikuti dengan inflamasi. Selain itu, infeksi juga terjadi pada organ reproduksi, hati, limpa dan
gelembung renang Noga 2000. 2. Trematoda Digenea
Anatomi Trematoda Digenea
Digenea menyebabkan infeksi asimtomatik pada ikan yang hidup liarbebas. Ada 1700 spesies digenea dewasa menginfeksi ikan. Metaserkaria lebih
sering terdapat pada ikan dewasa Noga 2000. Bentuk tubuh pipih dorsoventral, tidak bersegmen, biasanya berbentuk oval atau seperti wajik kadang-kadang juga
berbentuk oval secara melintang leher lebih dominan. Trematoa digenea umumnya mempunyai dua alat penghisap sucker, satu penghisap oral yang
terletak di dekat anterior dan satu penghisap ventral yang letaknya bervariasi Kabata 1985.
25
Siklus Hidup
Menurut Noga 2000, siklus hidup dari trematoda digenea yaitu digenea dewasa menghasilkan telur yang keluar dari usus inang definitif ikan, beruang
atau mamalia, telur menetas menjadi mirasidium yang menginfeksi moluska siput atau keong sebagai inang antara. Serkaria berkembang dikeluarkan oleh
moluska dan mengalami penetrasi pada ikan. Setelah menempati jaringan target, serkaria berubah menjadi metaserkaria dimana biasanya membentuk kista di
jaringan. Ikan yang juga sebagai inang antara mengandung kista dari metaserkaria trematoda digenea dimakan oleh inang definitif kemudian metaserkaria berubah
menjadi dewasa. Irianto 2005 menambahkan, trematoda digenea memiliki siklus hidup yang komplek dengan melibatkan sejumlah inang definitif. Ikan dapat
berperan sebagai inang sementara dan inang definitif tergantung spesies trematoda digenea. Trematoda dapat berupa parasit ekternal atau internal pada berbagai
macam organ.
Patogenesis
Kebanyakan digenea dewasa berada di dalam gastrointestinal, tetapi jarang menginfeksi gelembung renang, ovary, peritoneum, vesica urinaria atau sistem
sirkulasi Noga 2000. Kerusakan inang biasanya terjadi selama serkaria migrasi yang
menyebabkan hemoragi, nekrosis dan inflamasi di tempat migrasi dari serkaria, jika terjadi infeksi bersifat akut sangat fatal khususnya pada ikan kecil. Serkaria
berpindah atau migrasi dari jaringan inang definitif dapat mengganggu fungsi organ. Metaserkaria dapat ditemukan di beberapa jaringan, tergantung pada
spesies digenea yang menginfeksi. Metaserkaria dapat merusak nilai estetika dan menurunnya laju pertumbuhan pada ikan. Lesion terlihat bewarna putih atau
kuning karena warna dari cacing, selain itu juga bewarna hitam karena hiperpigmentasi reaksi dari inang definitif Noga 2000.
Metaserkaria trematoda digenea dapat berbahaya bagi ikan yaitu Diplostomum yang metaserkarianya menginfeksi lensa mata ikan salmon dan ikan
lainnya, menyebabkan kebutaan dan selanjutnya dapat menghambat kemampuan mencari makan. Metaserkaria dari famili heterophyidae menyebabkan kerusakan
hebat pada insang, penurunan kemampuan respirasi dan mortalitas yang tinggi
26 pada ikan subtropis dan tropis selain itu juga menyebabkan morbiditas serius di
Florida dan Israel Noga 2000. Menurut Olson dan Pierce 1997, kista dari metaserkaria dapat menimbulkan respon pada inang definitif berupa proliferasi
kartilago dari perikondrium dan respon fibroblastik pada jaringan insang, selain itu juga mengakibatkan hiperplasia epitel insang dan fusi penyatuan lamela
insang sehingga terjadi kerusakan dan berkurangnya permukaan respirasi insang serta berkurangnya efisiensi difusi gas.
Beberapa trematoda digenea yaitu dari kelompok heterophyds Heterophyes, Haplorchis, Metagonimus dan opisthorchids Chlonorchis,
Opisthorchis dapat menginfeksi manusia karena cacing ini bersifat zoonosis. Manusia dapat terinfeksi dengan cara memakan daging ikan yang mengandung
kista dari metaserkaria trematoda digenea yang tidak dimasak dengan baik atau sempurna dan tidak diasinkan Noga 2000. Menurut Woo 2006, kasus pada
manusia pernah dilaporkan di negara Israel dan Jepang menyebabkan laryngitis akut pada manusia.
2.5 Penyakit-Penyakit Non-Infeksius pada Ikan Lele