26 pada ikan subtropis dan tropis selain itu juga menyebabkan morbiditas serius di
Florida dan Israel Noga 2000. Menurut Olson dan Pierce 1997, kista dari metaserkaria dapat menimbulkan respon pada inang definitif berupa proliferasi
kartilago dari perikondrium dan respon fibroblastik pada jaringan insang, selain itu juga mengakibatkan hiperplasia epitel insang dan fusi penyatuan lamela
insang sehingga terjadi kerusakan dan berkurangnya permukaan respirasi insang serta berkurangnya efisiensi difusi gas.
Beberapa trematoda digenea yaitu dari kelompok heterophyds Heterophyes, Haplorchis, Metagonimus dan opisthorchids Chlonorchis,
Opisthorchis dapat menginfeksi manusia karena cacing ini bersifat zoonosis. Manusia dapat terinfeksi dengan cara memakan daging ikan yang mengandung
kista dari metaserkaria trematoda digenea yang tidak dimasak dengan baik atau sempurna dan tidak diasinkan Noga 2000. Menurut Woo 2006, kasus pada
manusia pernah dilaporkan di negara Israel dan Jepang menyebabkan laryngitis akut pada manusia.
2.5 Penyakit-Penyakit Non-Infeksius pada Ikan Lele
2.5.1 Defisiensi Vitamin
Vitamin E tokopherol
Fungsi vitamin E dalam jaringan seperti halnya dalam diet menjadi komponen komplek dalam mekanisme protektif melawan efek toksik radikal
bebas. Tokopherol sebagai antioksidan dipengaruhi oleh sumbangan proton dari radikal bebas, diubah menjadi stabil sehingga menjadi senyawa yang tidak
berbahaya. Tokopherol berperan di dalam jaringan untuk regenerasi dengan mekanisme yang melibatkan selenium. Diet ikan yang mengandung lipid oksidasi
mengakibatkan jumlah tokopherol regenerasi tidak dapat mengimbangi tekopherol oksidasi dengan demikian akan mempercepat penipisan membran dan level
tokopherol seluler, ini menunjukkan tanda defisiensi. Gejala klinik defisiensi vitamin E berhubungan dengan distropi otot, steatitis, patologi otot jantung serta
anemia. Anemia berhubungan dengan membran eritrosit yang rapuh dimana dapat digunakan untuk menentukan status tokopherol pada ikan Roberts 2001.
27 Perubahan patologi akibat dari defisiensi vitamin E yaitu terjadinya
perubahan temperatur akibat respon patologi yang hebat, degenerasi hyalin pada otot, infiltrasi lemak subepikardial dan proliferasi fibroblas. Pemberian tekopherol
dapat mencegah kondisi ini, tentu saja level tokopherol dalam jaringan ketika diberikan makanan suplemen 5-10 kali di atas syarat diet minimum Roberts
2001. 2.5.2 Expose Bahan Toksik
Bermacam polutan dan logam berat menyebabkan perubahan morfologi insang pada ikan. Secara umum reaksi jaringan terhadap expose bahan toksik
lingkungan menyerupai respon inflamasi peradangan. Expose ikan terhadap logam berat, deterjen, nitropenol memperlihatkan pemisahan diantara sel epitel
dan dasar sel pilar sistem, dimana dapat terjadi koleps integriti struktur lamela sekunder. Contohnya respon dari expose zinc pada ikan trout pelangi dan
stickleback terlihat adanya “swelling”membengkak pada lamela sekunder dan pelepasan epitel lamela dari sel pilar sistem dan kerusakan sel epitel. Pada kasus
berat ruang interlamelar dimana air secara normal disalurkan, dapat menjadi komplit menyebabkan hiperplasia sel epitel di filamen primer dan produksi mukus
berlebihan Leatherland 1998. Menurut Hoole et al. 2001, perubahan- perubahan yang akut pada jaringan insang akibat dari terpapar bahan-bahan toksik
berupa fusi peleburan lamela dan piknosis sel-sel. Kasus-kasus kronis akan terjadi nekrosis, deskuamasi sel epitel, edema, dan ditandai dengan infiltrasi sel-
sel granuler eosinofilik dan jenis leukosit yang lain. Kondisi-kondisi ini mengurangi efisiensi difusi gas dan fungsi insang yang lain dan dapat berakibat
fatal.
Keracunan Pestisida
Pestisida menimbulkan efek secara general yaitu penurunan tingkat kelahiranproduksi atau menghambat pertumbuhan ikan. Kadang-kadang terjadi
overdosis atau melalui kontaminasi dapat menyebabkan kematian. Biasanya menimbulkan nekrosis akut dengan nekrosis pada hati dan ginjal. Kelangsungan
hidup ikan dipertahankan dengan penggantian jaringan fibrosis pada area nekrosis dan general rekover. Pada insang menyebabkan edema dikuti dengan deskuamasi
28 epitel lamela sekunder dan nekrosa sel epitel mengakibatkan gangguan respirasi
dan osmoregulasi serta mengakibatkan kematian Roberts 2001.
Ammonia
Ammonia lebih toksik dari nitrogen, dapat bersifat akut bagi ikan dan dapat mengakibatkan kematian. Ammonia di dalam air ada dua bentuk yaitu ion
ammonia NH
4 +
dan ammonia bebas NH
3
. Ammonia bebas NH
3
lebih toksik dari pada ion ammonia. Ammonia akan meningkat pada kondisi temperatur dan
pH air meningkat. Ammonia lebih toksik jika rendahnya level oksigen yang terlarut DO. Jika air mengandung biomass yang signifikan seperti macrophytes
dan algae pada saat terjadi fotosintesis dan respirasi malam akan mengakibatkan kenaikan atau penurunan level DO dan kenaikan atau penurunan level CO
2
hal ini dapat mempengaruhi pH Hoole et al. 2001
Toksisitas dari ammonia dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya : spesies ikan, level ekposur dari ammonia bebas NH
3
, periode ekposur dan beberapa efek aklimasi. Ikan yang terpapar toksik menyebabkan perubahan kimia
darah diantaranya : peningkatan pH, gangguan osmolegulator dan kesulitan bernafas. Gangguan osmolegulator, peningkatan permeabilitas, dimana ikan harus
mengimbanginya dengan peningkatan ekresi urin. Fakta menyatakan bahwa ammonia dapat merusak epitel insang, edema, deskuamasi epitel insang dan
nekrosis. Level ammonia yang tinggi menyebabkan kematian yang akut pada ikan. Ini karena kerusakan epitel dan usus, menyebabkan hemoragi,
mempengaruhi CNS dan tingkahlaku yang abnormal. Ekposur kronis level subletal dapat menyebabkan penurunan berat badan dan peningkatan kerentanan
infeksi Hoole et al. 2001.
2.6 Beberapa Perubahan Histopatologi